Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jombang – Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari (MINHA) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, diresmikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada Selasa, 18 Desember 2018. Museum ini bisa dibilang museum Islam terbesar di Indonesia yang dibangun dengan dana APBN yang cukup besar, yakni Rp30 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Museum ini dibangun tiga lantai namun saat diresmikan koleksi museum baru terisi di lantai dasar. Itu pun masih belum begitu banyak koleksi yang ditampilkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut salah satu anggota tim arsitek museum, Aing R. Nayadilaga, atap bangunan museum merupakan simbol kiai dan santri. “Ada dua atap utama yang saling berhimpitan seperti orang yang sedang sungkem atau menunduk. Ini melambangkan penghormatan santri pada kiai,” kata Aing ditemui usai peresmian museum.
Selain atap, simbol-simbol Islam lainnya juga ditampilkan dalam ornamen-ornamen yang ada di dalam bangunan. “Salah satunya ornamen berbentuk kaligrafi Arab kotak yang ditempel di tembok ruang lobi sebelum masuk ruang utama,” kata Aing yang juga alumni ITB dan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti.
Ornamen kaligrafi Arab berwarna emas itu merupakan bacaan zikir tasbih, tahmid dan takbir. “Masing-masing bacaan ada 33 ornamen, jadi totalnya ada 99 ornamen kaligrafi tasbih, tahmid, dan takbir,” kata Aing.
Masuk ke dalam ruang pameran museum terdapat beberapa koleksi benda atau artefak baik asli maupun duplikat diantaranya mangkok dari Tiongkok, nisan makam kuno, prasasti, mahkota, lontar, kitab suci kuno dan sebagainya. “Ada yang asli dan ada yang duplikat. Kalau yang asli pinjam dari museum lain,” kata salah satu petugas keamanan museum.
Selain koleksi artefak, museum menampilkan gambar dan narasi berbagai proses masuknya Islam di beberapa pulau di Indonesia sampai terbentuknya kerajaan-kerajaan Islam dari Aceh hingga Maluku.
Di dalam museum juga terpasang gambar tokoh-tokoh Islam era kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan dari berbagai organisasi masyarakat baik Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Syarikat Islam, Masyumi, dan lain-lain.
Museum ini dibangun di atas lahan milik Pemerintah Kabupaten Jombang seluas 4,9 hektar di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, sekitar 500 meter di selatan Pesantren Tebuireng.
Pengasuh Pesantren Tebuireng yang juga penggagas museum, KH Salahudin Wahid atau Gus Sholah, mengatakan museum islam ini bisa jadi pusat informasi mengenai proses masuknya Islam di nusantara hingga menjadi Indonesia sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia. “Kita perlu memberikan informasi pada masyarakat bagaimana Islam itu datang ke nusantara dengan cara damai tanpa dukungan militer dan politik, semata-mata berdakwah dan berniaga,” kata Gus Sholah.