MAU ke mana para pensiunan Gubernur? Bagi Ali Sadikin 50 sudah
jelas. Terpilih sebagai ketua umum PSSI, bekas Gubernur DKI Jaya
ini kini dikabarkan akan punya kantor di gedung Wisma
Metropolitan Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta sebagai orang
swasta. Bagi delapan gubernur yang lain, yang dalam tahun ini
juga resmi akan diganti, belum lagi banyak terdengar ke mana
mereka hendak pergi. Ada yang katanya siap untuk pensiun dan
hidup lebih 'tenang' di Jakarta. Ada pula yang konon tengah
sibuk berupaya melamar pos baru, entah di dalam negeri, entah
ingin jadi duta.
Hein Victor Worang 57, Gubernur Sulawesi Utara yang angker tapi
punya humor itu, konon masih merasa mampu duduk dalam
pemerintahan Masyarakat Minahasa di Jakarta ada juga yang
menyebut-nyebut "Worang ingin jadi dutabesar." Edy Sabara, 50,
Gubernur Sulawesi Tenggara menurut beberapa sumber ingin
"membaktikan dirinya sebagai anggota BPK (Badan Pengawas
Keuangan)." Ahmad Lamo 57, yang telah dua kali menjadi Gubernur
Sulawesi Selatan (10 tahun) - dan sebelumnya duduk sebagai Pj.
Gubernur selama setahun di sana - kini kabarnya ingin 'pensiun'
di Jakarta.
Tak begitu jelas akan ke mana Arifin Ahmad, 53, dari Riau, Wahab
Syahrani dari Kalimantan Timur, Kadarusno dari Kalimantan Barat
dan Marah Halim dari Sumatera Utara. Tapi Letjen Taher, kini
Sekjen Perhubungan, disebut-sebut sebagai calon kuat pengganti
Marah Halim. Kecuali Kadarusno yang baru menjalani satu kali
masa jabatan, semua gubernur yang akan berhenti itu sudah dua
kali menjabat sebagai penguasa daerah.
Di 'luaran' orang mulai membicarakan siapa saja yang kiranya
menjadi calon-calon kuat sebagai pengganti para gubernur itu.
Meskipun DPRD Sulawesi Utara belum lagi terdengar bersidang
membicarakan agenda calon gubernur, tak urung sementara
masyarakat Minahasa di Jakarta sudah keburu menyebut favoritnya.
Tampaknya mereka bersepakat menilai Mayjen G.H. Mantik, kini
Panglima Kodam di Jakarta, sebagai salah seorang favorit.
"Selain berhasil dalam karirnya, dia itu masih bersih," kata
pemuka Sulawesi Utara asal Manado di Jakarta. Tapi beberapa
sumber TEMPO lainnya mendapat kabar bahwa Mayjen J.E. Kanter
SH, 53 tahun, lebih besar kemungkinannya sebagai pengganti
Worang. Kini ia adalah ketua Tearn Oditur Pusat Kopkamtib dan
Kepala Babinkum (Badan Pembinaan Hukum) ABRI, juga ketua umum
Persatuan Sarjana Hukum Indonesia (Persani) Pusat. Kantor yang
asal Manado itu tergolong orang yang cepat naik bintang.
Sementara Mantik dikabarkan akan menjabat Pangkowilhan
I/Sumatera dan Kalimantan Barat.
Masuk akal kalau orang-orang daerah - di mana juga mereka ada -
ingin melihat putera daerah tampil sebagai gubernur. Koran
TNI-AD Berita Yudha, dalam penerbitannya 7 September lalu,
menyebut ir. Mustafa A.N., 42, kini Inspektur Wilayah Sumatera
pada Ditjen Bina Marga Departemen PUTL - sebagai pengganti
Arifin Ahmad. Sudah pula memasang foto keluarga Mustafa, harian
itu menyebutkan bahwa putera daerah itu yang banyak disebut dan
diusulkan masyarakat luas di Riau sebagai memenuhi persaratan
sebagai gubernur.
Tukar Tempat
Tapi hingga akhir pekan lalu yang sudah resmi diumumkan oleh
Menteri Dalam Negeri baru dua orang: Brigjen Soedjiman sebagai
pengganti Kadarusno dan ir. Azwar Anas, 46, yang akan meneruskan
kedudukan Pj. Gubernur Harun Zain. Tapi benarkah Harun Zain, 50,
alumni Fakultas Ekonomi U.I. dan bekas Rektor Universitas
Andalas itu, yang akan menjadi Dir-Ut pabrik semen Padang di
Indarung, bertukar tempat dengan Azwar? Kepada Ed Zoelverdi dari
TEMPO yang baru kembali bertugas di Sumatera Barat. Harun Zain
tak segera menjawab. Menghela nafas sebentar, dia pun berkata:
"Ada benarnya." Namun dengan cepat dia menyambung, "tapi itu
tidak akan." Dijelaskannya bahwa setelah ditimbang-timbang
kemudian "kurang enak keadaannya."
Dengan begitu bisa dipastikan bahwa Harun Zain, yang juga
menjadi salah seorang komisaris PT Semen Padang, mengurungkan
niatnya untuk bertukar tempat dengan Azwar. Lalu akan jadi apa
Harun Zain setelah timbang terima jabatan dengan Azwar sekitar
10 Oktober bulan depan? Kabarnya ada tawaran jabatan baru? "Itu
tergantung pada pak Harto," jawabnya.
Akan halnya Azwar Anas, buat orang Minangkabau nampaknya bukan
kabar baru. Sejak setahun belakangan ini, insinyur kimia
berpangkat Kolonel TNI-AD itu menjadi buah bibir akan 'mewarisi'
jabatan Harun Zain. Dia dikenal sebagai muslim yang saleh, yang
sering nampak dalam pelbagai kegiatan sosial-keagamaan. Sebagai
orang yang gemar bola, dia berhasil menampilkan beberapa andalan
pemain untuk bon Padang, lewat Porsep: kelab sepakbola yang
dibentuknya di lingkungan karyawan Indarung.
Harun Zain yang rupanya lama mengamati langkab Dir-Ut pabrik
semen itu tak mengelak adalah dia juga yang menjagoi Azwar.
Oleh Harun dia dinilai sebagai tokoh yang "berorientasi pada
tugas dan prestasi." Usaha Harun untuk melicinkan jalan Azwar ke
atas itu juga disambut Dt Palimo Kayo, ketua Majelis Ulama
Sumbar. "Azwar Anas penasehat kami di majelis ulama," katanya,
dan "kami mendoakan agar ia mampu melanjutkan kebijaksanaan baik
Harun Zain selama 11 tahun ini."
Tapi bagaimana sampai persiapan Harun Zain mencari penggantinya
itu tak dilakukan lewat DPRD? Harun sendiri tak memberi jawaban
soal penunjukan caretaker yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan
itu. "Yang jelas saya tak keliru pilih toh?" katanya. Kini yang
jadi persoalan memang bukan keliru tidaknya memilih calon, tapi
soal itu prosedur pemilihannya (lihat box).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini