KANTOR pengacara di Jl. Letjen Suprapto Jakarta Pusat itu tampak
sempit. Tak kelihatan ada klien yang lagi menunggu di ruang
tamu. Tapi itu tak berarti sepi dari pengaduan. "Sekretaris saya
lebih sibuk menerima pengaduan dan keluhan masyarakat, daripada
urusan kantor pengacara saya," kata yang empunya kantor pada
wartawan TEMPO Harun Musawa. Dia adalah R.O. Tambunan SH, 41,
yang belakangan ini sering muncul di halaman depan koran-koran.
Sebagai anggota Komisi III DPR, pengacara yang berdahi lebar dan
berpakaian sederhana itu, belakangan ini memang lebih sibuk
menyoroti kasus korupsi besar di Dolog Kaltim yang rupanya tak
berputar pada Budiadji dan anak buahnya. Berdasarkan dokumen
yang ada padanya, wakil rakyat dari fraksi Karya Pembangunan itu
yakin benar ada sejumlah oknum di Bulog yang terlibat dalam
perkara Budiadji.
Keyakinan itu sudah ia kemukakan dalam acara dengar pendapat
dengan Kepala Bulog Bustanil Arifin SH, 52, yang kemudian
melakukan pertemuan 'empat mata' atas permintaan Tambunan.
Pertanyaan para anggota Komisi III itu adalah tentang para
pejabat teras Bulog yang disebut menerima upeti secara berkali
dari bekas Kepala Dolog Kaltim Budiadji. Tapi Bustanil, telah
menolak tuduhan begitu. "Anak buah saya bersih 100o," tangkis
Bustanil.
Apa sebenarnya yang dikemukakan Kepala Bulog itu dalam pertemuan
'empat mata' dengan Tambunan? "Saya sebenarnya segan memberikan
keterangan mengenai pertemuan empat mata dengan Ka Bulog," kata
Tambunan. "Tapi apa boleh buat. Sebab saya tak menyangka
Bustanil Arifin dalam pertemuan itu akan menyambut beberapa
fakta yang saya kemukakan dengan cara demikian."
Alkisah, dalam pertemuan duaan wae itu, Tambunan telah
menyodorkan daftar yang memuat nama orang Bulog yang menerima
'upeti' itu. Menurut yang empunya cerita, Bustanil Arifin kaget
dan menyatakan "tak masuk akal," ketika membaca nama seorang
pejabat terasnya yang dianggapnya sebagai "orang yang jujur"
bisa tersangkut menerima uang sogok. Pendek kata, kesan yang
diperoleh dari pertemuan Tambunan-Bustanil Arifin itu menjurus
pada polemik.
Ada dua hal yang menurut Tambunan perlu segera dilakukan
Bustanil: "Menertibkan aparat administrasi dan keuangan Bulog
yang rapuh itu, dan melakukan skorsing" kepada anak buah Kepala
Bulog yang terbukti melakukan komersialisasi jabatan itu. Tapi
Bustanil, menurut Tambunan, tak bersedia bertindak begitu. "Ia
tetap beranggapan berita-berita yang dimuat koran dan
fakta-fakta yang saya kemukakan sebagai tak benar."
Mengapa sampai anggota DPR itu beranggapan perlu segera
dilakukan tindakan administratif terhadap 40 orang Bulog yang
disebut tersangkut korupsi Budiadji? Begitu yakinkah dia mereka
bersalah? Sembari mengusap dahinya, pengacara yang agak gondrong
itu berkata: "Sumbernya semula memang dari Sunarto. Tapi
sekarang saya tambahkan bahan yang saya peroleh dari orang Dolog
Kaltim, yang dicatat oleh jaksa."
Sunarto Surodibroto SH adalah pembela Budiadji, yang juga
beranggapan ada sejumlah oknum Bulog yang tersangkut perkara
korupsi di Dolog Kaltim. Dia juga sudah didengar pendapatnya
oleh DPR. Tapi terhadap persoalan yang dibawakan pembela
memang tak sepasti yang dilontarkan Tambunan. Tapi siapa orang
Dolog yang mengaku pada jaksa itu? "Faisal Anwar," tukas
Tambunan. "Bisa dicek kepada jaksa dan Faisal - dua orang itu
masih hidup."
Faisal Anwar, putera bekas Kepala Sub-Dolog di Samarinda Makka
Malik termasuk yang ditahan Kejaksaan Tinggi di Balikpapan.
Sebagai orang kepercayaan ayahnya, Faisal dianggap banyak tahu.
Diduga keterangan jaksa yang diperoleh dari Faisal itu
berdasarkan dokumen-dokumen di Sub-Dolog Samarinda yang tak
keburu dimusnahkan oleh Budiadji. Seperti diketahui, 9 Nopember
tahun lalu, Budiadji sempat datang ke Dolog Samarinda dan
memerintahkan seorang kepala bagian di sana agar membakar semua
dokumen. Tapi seorang kepala bagian keuangan - setelah malam
harinya sembahyang tahajud - berketetapan tak melaksanakan
perintah Budiadji itu. Dan setumpuk dokumen itupun kemudian
jatuh ke tangan tim pemeriksa di Balikpapan. Itu pula yang
membuat Budiadji jadi lemas di tempat (lihat TEMPO 18 Desember
1976).
Buka Sepatu
Mudah diduga dokumen yang ada pada Tambunan itu juga tersimpan
dalam file Kejaksaan Agung. Dua hari setelah pertemuan 'empat
mata' yang berlangsung sekitar dua jam itu, Robert Odjahan
Tambunan diminta menghadap Jaksa Agung Ali Said. Begitu bertemu
Tambunan 7 September lalu, Ali Said langsung buka sepatu dan
duduk bersila di kursinya. "Ya, saya ingin tahu apa hasil
pertemuan dengan Ka Bulog," kata Ali Said. Jawaban Tambunan
singkat: "Pak Bus tak mau bertindak apa-apa."
Lalu dia langsung balik bertanya kepada Jaksa Agung. "Apa ada
hambatan untuk mengusut Bulog lebih lanjut?" "Tak ada," jawab
Ali Said. "Saya sudah dapat restu dari Presiden untuk terus
mengusut sampai tuntas - sampai ke akar-akamya. Itu akan saya
usut. Tidak bohong, ini 'kan bulan puasa dan saya seorang
muslim."
Seakan tak sabar menunggu, Tambunan bertanya: "Kapan akan
bertindak?" Sang Jaksa Agung menjawab: "Nanti. Selesaikan dulu
yang di Kaltim, baru pindah sasaran."
Bagi anak Tapanuli yang "berontak kalau ada penyelewengan,"
duduk perkaranya sudah jelas. "Soal Bulog ini akan saya
permasalahkan terus. Dan fraksi Karya Pembangunan akan
mengambil-alih persoalan agar kita dapat vertindak lebih luas
lagi," katanya.
Sehari setelah Tambunan diterima Ali Said, Bustanil Arifin
mengungkapkan kepada pers apa sebabnya dia menerima ajakan
anggota DPR itu. Menurut Bustanil, diterimanya ajakan itu karena
"adanya bukti pada anggota DPR Tambunan bahwa ada staf teras
Bulog yang sebelumnya sudah mengetahui tentang pemalsuan
dokumen-dokumen di Dolog Kaltim." Tapi selama pertemuan itu,
menurut Bustanil, lain lagi yang dikemukakan Tambunan. Yakni,
"adanya tuduhan bahwa Deputi Bulog Brigjen Sukriya Atmaja telah
mendatangi Jaksa Agung Muda Sadeli SH di rumahnya setelah
terbongkarnya kasus Dolog Kaltim - dengan tujuan untuk tidak
meneruskan perkara tersebut."
Apa latar belakangnya hingga orang kedua di Bulog itu mendatangi
Sadeli! Kata Bustanil, itu "adalah atas perintah saya untuk
membawa surat pengajua resmi masalah tuntutan Bulog terhadap ex
Kadolog Kaltim dan sekaligus memberi petunjuk tentang
barang-barang bukti yang ada di tangan Bulog."
Tapi siapa yang benar. Bustanil atau tuduhan Tambunan? Mungkin
perlu wasit yang adil - dan pengusutan yang terbuka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini