Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tambunan, setelah 2 x empat mata

Kepala bulog bustanil arifin melakukan pertemuan empat mata dengan ro tambunan. beberapa pejabat teras bulog, terlibat dalam kasus budiadji. akan diusut terus sampai tuntas, kata ali said.

17 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KANTOR pengacara di Jl. Letjen Suprapto Jakarta Pusat itu tampak sempit. Tak kelihatan ada klien yang lagi menunggu di ruang tamu. Tapi itu tak berarti sepi dari pengaduan. "Sekretaris saya lebih sibuk menerima pengaduan dan keluhan masyarakat, daripada urusan kantor pengacara saya," kata yang empunya kantor pada wartawan TEMPO Harun Musawa. Dia adalah R.O. Tambunan SH, 41, yang belakangan ini sering muncul di halaman depan koran-koran. Sebagai anggota Komisi III DPR, pengacara yang berdahi lebar dan berpakaian sederhana itu, belakangan ini memang lebih sibuk menyoroti kasus korupsi besar di Dolog Kaltim yang rupanya tak berputar pada Budiadji dan anak buahnya. Berdasarkan dokumen yang ada padanya, wakil rakyat dari fraksi Karya Pembangunan itu yakin benar ada sejumlah oknum di Bulog yang terlibat dalam perkara Budiadji. Keyakinan itu sudah ia kemukakan dalam acara dengar pendapat dengan Kepala Bulog Bustanil Arifin SH, 52, yang kemudian melakukan pertemuan 'empat mata' atas permintaan Tambunan. Pertanyaan para anggota Komisi III itu adalah tentang para pejabat teras Bulog yang disebut menerima upeti secara berkali dari bekas Kepala Dolog Kaltim Budiadji. Tapi Bustanil, telah menolak tuduhan begitu. "Anak buah saya bersih 100o," tangkis Bustanil. Apa sebenarnya yang dikemukakan Kepala Bulog itu dalam pertemuan 'empat mata' dengan Tambunan? "Saya sebenarnya segan memberikan keterangan mengenai pertemuan empat mata dengan Ka Bulog," kata Tambunan. "Tapi apa boleh buat. Sebab saya tak menyangka Bustanil Arifin dalam pertemuan itu akan menyambut beberapa fakta yang saya kemukakan dengan cara demikian." Alkisah, dalam pertemuan duaan wae itu, Tambunan telah menyodorkan daftar yang memuat nama orang Bulog yang menerima 'upeti' itu. Menurut yang empunya cerita, Bustanil Arifin kaget dan menyatakan "tak masuk akal," ketika membaca nama seorang pejabat terasnya yang dianggapnya sebagai "orang yang jujur" bisa tersangkut menerima uang sogok. Pendek kata, kesan yang diperoleh dari pertemuan Tambunan-Bustanil Arifin itu menjurus pada polemik. Ada dua hal yang menurut Tambunan perlu segera dilakukan Bustanil: "Menertibkan aparat administrasi dan keuangan Bulog yang rapuh itu, dan melakukan skorsing" kepada anak buah Kepala Bulog yang terbukti melakukan komersialisasi jabatan itu. Tapi Bustanil, menurut Tambunan, tak bersedia bertindak begitu. "Ia tetap beranggapan berita-berita yang dimuat koran dan fakta-fakta yang saya kemukakan sebagai tak benar." Mengapa sampai anggota DPR itu beranggapan perlu segera dilakukan tindakan administratif terhadap 40 orang Bulog yang disebut tersangkut korupsi Budiadji? Begitu yakinkah dia mereka bersalah? Sembari mengusap dahinya, pengacara yang agak gondrong itu berkata: "Sumbernya semula memang dari Sunarto. Tapi sekarang saya tambahkan bahan yang saya peroleh dari orang Dolog Kaltim, yang dicatat oleh jaksa." Sunarto Surodibroto SH adalah pembela Budiadji, yang juga beranggapan ada sejumlah oknum Bulog yang tersangkut perkara korupsi di Dolog Kaltim. Dia juga sudah didengar pendapatnya oleh DPR. Tapi terhadap persoalan yang dibawakan pembela memang tak sepasti yang dilontarkan Tambunan. Tapi siapa orang Dolog yang mengaku pada jaksa itu? "Faisal Anwar," tukas Tambunan. "Bisa dicek kepada jaksa dan Faisal - dua orang itu masih hidup." Faisal Anwar, putera bekas Kepala Sub-Dolog di Samarinda Makka Malik termasuk yang ditahan Kejaksaan Tinggi di Balikpapan. Sebagai orang kepercayaan ayahnya, Faisal dianggap banyak tahu. Diduga keterangan jaksa yang diperoleh dari Faisal itu berdasarkan dokumen-dokumen di Sub-Dolog Samarinda yang tak keburu dimusnahkan oleh Budiadji. Seperti diketahui, 9 Nopember tahun lalu, Budiadji sempat datang ke Dolog Samarinda dan memerintahkan seorang kepala bagian di sana agar membakar semua dokumen. Tapi seorang kepala bagian keuangan - setelah malam harinya sembahyang tahajud - berketetapan tak melaksanakan perintah Budiadji itu. Dan setumpuk dokumen itupun kemudian jatuh ke tangan tim pemeriksa di Balikpapan. Itu pula yang membuat Budiadji jadi lemas di tempat (lihat TEMPO 18 Desember 1976). Buka Sepatu Mudah diduga dokumen yang ada pada Tambunan itu juga tersimpan dalam file Kejaksaan Agung. Dua hari setelah pertemuan 'empat mata' yang berlangsung sekitar dua jam itu, Robert Odjahan Tambunan diminta menghadap Jaksa Agung Ali Said. Begitu bertemu Tambunan 7 September lalu, Ali Said langsung buka sepatu dan duduk bersila di kursinya. "Ya, saya ingin tahu apa hasil pertemuan dengan Ka Bulog," kata Ali Said. Jawaban Tambunan singkat: "Pak Bus tak mau bertindak apa-apa." Lalu dia langsung balik bertanya kepada Jaksa Agung. "Apa ada hambatan untuk mengusut Bulog lebih lanjut?" "Tak ada," jawab Ali Said. "Saya sudah dapat restu dari Presiden untuk terus mengusut sampai tuntas - sampai ke akar-akamya. Itu akan saya usut. Tidak bohong, ini 'kan bulan puasa dan saya seorang muslim." Seakan tak sabar menunggu, Tambunan bertanya: "Kapan akan bertindak?" Sang Jaksa Agung menjawab: "Nanti. Selesaikan dulu yang di Kaltim, baru pindah sasaran." Bagi anak Tapanuli yang "berontak kalau ada penyelewengan," duduk perkaranya sudah jelas. "Soal Bulog ini akan saya permasalahkan terus. Dan fraksi Karya Pembangunan akan mengambil-alih persoalan agar kita dapat vertindak lebih luas lagi," katanya. Sehari setelah Tambunan diterima Ali Said, Bustanil Arifin mengungkapkan kepada pers apa sebabnya dia menerima ajakan anggota DPR itu. Menurut Bustanil, diterimanya ajakan itu karena "adanya bukti pada anggota DPR Tambunan bahwa ada staf teras Bulog yang sebelumnya sudah mengetahui tentang pemalsuan dokumen-dokumen di Dolog Kaltim." Tapi selama pertemuan itu, menurut Bustanil, lain lagi yang dikemukakan Tambunan. Yakni, "adanya tuduhan bahwa Deputi Bulog Brigjen Sukriya Atmaja telah mendatangi Jaksa Agung Muda Sadeli SH di rumahnya setelah terbongkarnya kasus Dolog Kaltim - dengan tujuan untuk tidak meneruskan perkara tersebut." Apa latar belakangnya hingga orang kedua di Bulog itu mendatangi Sadeli! Kata Bustanil, itu "adalah atas perintah saya untuk membawa surat pengajua resmi masalah tuntutan Bulog terhadap ex Kadolog Kaltim dan sekaligus memberi petunjuk tentang barang-barang bukti yang ada di tangan Bulog." Tapi siapa yang benar. Bustanil atau tuduhan Tambunan? Mungkin perlu wasit yang adil - dan pengusutan yang terbuka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus