Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Pabrik itu selesai juga

Pabrik makanan ayam di payakumbuh diresmikan. petani diminta membentuk organisasi dan mempersiapkan daerah pemasaran baru, terutama ke riau. pengaruh pabrik bagi peternak masih ditunggu. (dh)

15 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PABRIK makanan ayam di Payakumbuh resmi jadi. Tombol ditekan Gbernur Sumbar drs. Harun Zain disaksikan wakil Dubes Jerbar Dr. Wers Dorfer dua pekan silam. Tempatnya komplek peternakan Labuh Basilang, Kodya Payakumbuh. Bangunan pabrik ini memang lumayan megah. Berdiri di atas tanah seluas 800 m2, seluruhnya menelan biaya Rp 49 juta. Jumlah itu bisa disebut uman. Sedangkan mesin-mesinnya menelan Rp 90 juta. Ini pokok di Jerman. Belum terhitung biaya sampai mesinnya berputar, akhir bulan Maret silam. ADS 1970 Mestinya pabrik ini sudah lama berdiri, begitu Jafri Kepala Dinas Pertanian Sumbar mengatakan. Rencana sudah dimulai sejak tahun 1970 dalam rangka proyek Agricultural Development Shdies (ADS) antara Jerman dan RI.Tapi kesepakatan baru tercapai tahun 1972. Malangnya Pemerintahan RI belum sepenuhnya siap. Sebab pihak Jerbar sudah memberi tahu bahwa tahun 1974 mesin-mesin telah sedia. Sebagai diduga, Jerman Barat tidak bersedia mengirim itu mesin jika bangunan belum jadi. Apalagi kontrak menyebut begitu. Tapi pemerintah agaknya patut dimaafkan. Sebab dalam sibuknya pembangunan, anggaran memang terbatas. Apalagi Pemerintahan Pusat kemudian melimpahkan tanggung jawah pengadaan itu gedung kepada Pemda Sumbar. Bisa dibayangkan susahnya Pemda propinsi. Mujurnya pihak tamu berbaik budi saja. Okey-lah paling tidak fundasi itu pabrik sudah mesti ada. Dan memang, begitu fondasi selesai, mesin-mesin pun datang. Meski begitu bangunan sebenarnya baru bisa berdiri dan selesai Nopember tahun silam. Dan cerita seperti itu dipaparkan Jafri yang memimpin proyek ini dari pihak Pemerintah RI Tapi ia bukan cuma menyebut perkara adanya kelalaian saja, ketika memberikan penjelasan. Juga dari sudut ide. Yang disebut ide adalah tidak berkembangnya peternakan ayam ras di daerah Sumbar selama ini karena belum tersedia makanan sehat. Itulah sebabnya buru-buru pabrik harus berdiri. Sampai di sini Jafii memang benar. Sebab selama ini penerangan, penjelasan atawa bimbingan segala sudh diberikan oleh pihak petugas dinas kehewanan kepada penduduk khususnya di Payakumbuh yang sudah punya tradisi beternak ayam. Namun malang makanan sehat tidak ada. Apalagi obat-obatan. Jikapun ada harganya terbilang mahal juga. Bayangkan sekilogram di pasaran Payakumbuh mencapai Rp 85 hingga Rp 100. Ke Riau Perlunya pabrik memang bukan untuk itu saja. Misalnya gubernur setempat Harun Zain mengungkapkan bahwa perkembangan peternakan ayam di propinsi ini meningkat naik. Tahun 1967 jumlah ayam ras baru ada sebanyak 760.000 ekor. Tahun 1974 melonjak mencapai 2.165.300 ekor. Produksi telor tahun 1967: 1.878.000 butir. Tujuh tahun kemudian melonjak sampai 96.372.500 butir. Dan gubernur mengingatkan agar pemasaran baru perlu disiapkan. Misalnya Riau. Propinsi ini dalam banyak hal memang memerlukan kebutuhan makanan dari Sumbar. "Cepat bentuk organisasi" begitu Harun menegaskan kepada ratusan petani peternak ayam yang hadir di situ. Adakah peternakan ayam setelah pabrik jadi ini bakal meningkat maju di Sumbar? Pertanyaan serupa itu agaknva perlu dipegang orang dinas kehewanan setempat. Sebab setelah pabrik ada, jangan-jangan peternakan jadi mundur. Dengan kapasitas 3 ton per jam kebutuhan makan ayam memang sudah akan terpenuhi di kawasan propinsi ini. Cuma saja harapan petani peternak ayam, harga penjualan makanan bisa meluncur turun. Jika selama ini di pasaran mereka membeli Rp 100 per Kg. bagaimana bisa meluncur sampai seperdua. "Tapi itu tergantung kalkulasi" jawab seorang petugas pabrik kepada TEMPO. Dan sementara ini harga penjualan pabrik memang belum diumumkan. Agaknya itupun bisa dimaklumi. Namanya saja barang baru. Perlu hitung untung rugi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus