Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Pasca-melirik anak lurah

Pasca-KKN (Kuliah Kerja Nnyata) yang dilaksanakan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu dimaksudkan untuk menjaga kelanjutan dan menyelesaikan kegiatan yang telah dirintis dalam program KKN.

31 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INSTITUT Pertanian Bogor (IPB), sebagai salah satu pencetus ide program Kuliah Kerja Nyata (KKN), kini melahirkan gagasan baru, yakni Pasca-KKN. Program ini dimaksudkan untuk menjaga kelanjutan dan menyelesaikan "proyek" yang dirintis dalam program KKN. "Program KKN sangat singkat, cuma dua bulan sehingga program yang dibuat terputus. Padahal, banyak program yang penting dan ingin dikembangkan lebih lanjut oleh masyarakat," kata Rektor IPB, Prof. Dr. Sitanala Arsyad, kepada TEMPO. Karena alasan itu, IPB mengumumkan diri sebagai pionir untuk tindak lanjut KKN itu. Pertengahan Januari lalu, sekitar 765 mahasiswa dari 16 himpunan profesi IPB diturunkan ke desa lagi. Sebelum berangkat, peserta program yang dibimbing Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) itu telah memilih masalah yang akan digarap di desa. Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan, misalnya, memilih Desa Pangandaran. Mereka ingin membimbing penduduk meningkatkan keterampilan dalam mengolah ikan tradisional. Lalu, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) melatih para tukang kuda di Kodya Bogor untuk mendiagnosa dan mengobati kuda delman. Ide Pasca-KKN memang berasal dari LPM IPB. Sudah lama mereka mengadakan evaluasi terhadap hasil-hasil program KKN. Menurut hasil evaluasi itu, KKN meleset dari tujuan. KKN selama ini cenderung menitikberatkan kepentingan mahasiswa, pengembangan jangka panjang daerah dan masyarakat sasaran nyaris terabaikan. Kegagalan itu, menurut Sitanala, bermula dari melesetnya pengertian mahasiswa tentang tujuan KKN. "Banyak mahasiswa yang datang ke desa cuma membuat pelang desa, daftar pegawai, atau membangun jalan," katanya. Padahal, KKN tak sama dengan proyek ABRI Masuk Desa (AMD) yang memang lebih banyak berbuat secara fisik. Apalagi, kata Sitanala, mahasiswa bukan ABRI. Tugas mahasiswa adalah menyerap masalah di pedesaan dan mencoba memperbaikinya. Celakanya, LPM yang menangani KKN biasanya tak memberikan gambaran mengenai apa yang harus dilakukan mahasiswa. "Paling-paling cuma diberikan coaching dua minggu. Itu pun membicarakan cara-cara membuat WC, penyuluhan KB, dan sebagainya," kata Edi Syahputera, mahasiswa tingkat akhir di Universitas Sumatera Utara. Wajar kalau KKN dianggap kegiatan kerja bakti ke desa sambil piknik dan melirik anak Pak Lurah. Ide IPB melaksanakan program Pasca-KKN itu sebenarnya tak terlalu mengagetkan. "Kalau yang dimaksud agar KKN bermanfaat dan ada tindak lanjutnya, sudah sejak dua tahun lalu diterapkan di Jawa Timur," kata Rektor Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Soedarso. Tetapi, kalau yang dimaksud adalah pembinaan terus-menerus suatu daerah tanpa membuka lokasi baru, bagi Soedarso, itu adalah suatu pembaruan. Universitas Gadjah Mada, tanpa memberikan label "Pasca-KKN", pun sebenarnya telah melaksanakannya sejak 1974. Pusat pengelolaan KKN UGM selalu menyiapkan program lanjutan setelah satu periode KKN berakhir. "Itulah sebabnya kami terus berhubungan dengan desa lokasi KKN walau mahasiswa sudah selesai," kata Prof. Soedjito Sosrodihardjo, Ketua LPM, kepada TEMPO ketika meninjau lokasi KKN Telogowungu, Temanggung, Jawa Tengah. "Jadi, Pasca-KKN IPB itu sudah kami laksanakan selama 16 tahun," katanya. Priyono B. Sumbogo, Diah Purnomowati, Wahyu Muryadi, Affan Bey Hutasuhut

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus