Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pendekatan Keamanan Picu Kerusuhan di Dogiyai

Kerusuhan pecah di Kabupaten Dogiyai, Papua. Salah kaprah pendekatan keamanan.

19 Juli 2021 | 00.00 WIB

Kendaraan dan bangunan rusak dibakar di Kabupaten Dogiyai, Papua, Juli 2021. Dok. Polda Papua
Perbesar
Kendaraan dan bangunan rusak dibakar di Kabupaten Dogiyai, Papua, Juli 2021. Dok. Polda Papua

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Kerusuhan pecah di Kabupaten Dogiyai, Papua, pada Sabtu lalu.

  • Polisi menyatakan kerusuhan dipicu sekelompok orang yang mabuk di landas pacu bandara.

  • Pendekatan keamanan di Papua sudah sepatutnya diakhiri.

JAKARTA – Pendekatan keamanan dalam isu Papua menjadi pemicu terjadinya kerusuhan di Kabupaten Dogiyai, Papua. Pemerintah diminta mengutamakan pendekatan dialog dalam penanganan masalah Papua, sehingga kerusuhan seperti yang terjadi di Dogiyai tak terulang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo Hesegem, mengatakan segala bentuk kekerasan ini tidak akan berakhir jika pemerintah tak melakukan dialog. “Ini bukan persoalan makan dan minum, melainkan soal ideologi penuntutan untuk masyarakat Papua ingin bebas dari negara ini,” tutur Theo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Theo, kesalahan pendekatan inilah yang membuat banyak kekerasan terjadi di wilayah Pegunungan Tengah Papua. Wilayah ini meliputi 14 kabupaten, di antaranya Jayawijaya, Puncak Jaya, Pegunungan Bintang, Tolikara, Yahukimo, Nduga, Yalimo, Lani Jaya, Mamberamo Tengah, Puncak, dan Dogiyai.

Theo mengatakan kekerasan kerap terjadi lantaran banyak aparat militer yang diterjunkan ke wilayah itu dengan dalih keamanan. Namun pemerintah tidak mengajak kelompok yang berseberangan untuk berdialog ihwal penyelesaian konflik. Padahal hal itu merupakan satu-satunya upaya menyelesaikan kekerasan.

Pembakaran belasan rumah dan kios di Kabupaten Dogiyai terjadi setelah anggota Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara menegur sejumlah orang yang mabuk di landasan pacu Bandar Udara Moanemani, Dogiyai, pada pukul 17.25 WIT. Namun anggota militer bergegas pergi lantaran terdapat sekumpulan orang yang menenteng panah, parang, dan batu. Sekitar 20 orang hendak mengeroyok anggota Paskhas TNI Angkatan Udara tersebut.

Kebakaran di Kabupaten Dogiyai, Papua, Juli 2021. Dok. Polda Papua

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua, Komisaris Besar Ahmad Musthofa Kamal, menceritakan, pada saat itu, anggota Paskhas TNI AU melepaskan tembakan peringatan. Gerombolan orang tersebut melarikan diri. Beberapa menit kemudian, sekelompok warga itu kembali lagi dengan berbekal parang dan kapak.

Mereka menyerang personel Paskhas TNI AU. Korban dari pihak militer kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat. “Pada pukul 19.35 WIT, di lokasi berbeda, massa mulai berkumpul di Kampung Ekimanida, Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai,” tutur Kamal. Sekitar satu jam setelahnya, massa tiba-tiba membakar bengkel dan warung bakso milik seorang warga di kampung itu.

Pada malam itu juga terjadi penjarahan dan pembakaran rumah di Kampung Ikabo, Distrik Kamuu. Warga kampung itu mulai mengungsi. Penjarahan isi toko pun sempat terjadi. Baru pada pukul 05.43 WIT masyarakat mulai memadamkan api.

Kamal tak memungkiri bahwa pembakaran belasan rumah di Kabupaten Dogiyai pada Sabtu lalu itu menambah panjang rentetan peristiwa kekerasan yang terjadi di Papua. “Peristiwa ini bukan yang pertama. Mereka tidak bisa memilah siapa yang bermasalah (pihak kedua), tapi mereka melampiaskan kemarahannya bisa kepada siapa saja,” kata Kamal.

Direktur Eksekutif Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo Hesegem, menyatakan pembakaran rumah di Kabupaten Dogiyai itu terjadi karena aparat keamanan gagal mengendalikan situasi. Semestinya aparat mengoptimalkan tindakan persuasif dan tidak melakukan tembakan peringatan. Tembakan tersebut memicu reaksi protes dari masyarakat dan aksi serangan. “Kalau melihat kasus ini, saya merasa sedih dan menyesalkan. Apalagi saat ini situasi di Papua kian menyulitkan untuk melakukan perdamaian,” kata Theo.

Pegiat hak asasi manusia dan pengurus gereja, Yones Douw, mengatakan insiden di Kabupaten Dogiyai itu berawal dari kesalahpahaman antara pemuda setempat dan aparat militer. Mereka kemudian terlibat perselisihan. “Sekarang kondisinya sudah aman. Aparat dan wakil bupati turun langsung ke masyarakat,” ujar Yones ketika dimintai konfirmasi.

Yones juga mengatakan kekerasan di wilayah itu terus terjadi selama beberapa tahun terakhir. “Kondisi mudah memanas setelah TNI membuat pangkalan militer di Dogiyai,” kata dia.

AVIT HIDAYAT
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus