Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Pengamat Dorong Pesantren Miliki Big Data

Data juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti distribusi informasi, distribusi konten, dan berbagai produk pesantren.

22 Oktober 2019 | 12.19 WIB

Ribuan santri menghadiri Malam Puncak Hari Santri atau Santriversary 2019 yang digelar di Lapangan Banteng, Jakarta, Senin, 21 Oktober 2019. Acara Santriversary 2019 tersebut diisi dengan kegiatan lantunan shalawat, tausiah perdamaian, dan melantunkan ayat suci Al-Quran. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Ribuan santri menghadiri Malam Puncak Hari Santri atau Santriversary 2019 yang digelar di Lapangan Banteng, Jakarta, Senin, 21 Oktober 2019. Acara Santriversary 2019 tersebut diisi dengan kegiatan lantunan shalawat, tausiah perdamaian, dan melantunkan ayat suci Al-Quran. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Komunikonten Hariqo Wibawa Satria mendorong pesantren memiliki "big data" atau mega data soal pemetaan sepak terjang santri di era Industri 4.0 yang basisnya data.

"Misalnya, berapa alumnusnya yang jadi guru, pengusaha, dan birokrat. Semakin banyak data, semakin detail data tersebut akan semakin bagus sehingga data juga menjadi salah satu bahan pertimbangan pesantren sebelum membuat keputusan," kata Hariqo saat dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan data juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Hal paling sederhana misalnya distribusi informasi, distribusi konten, dan berbagai produk pesantren.

Terkait dengan perkembangan pesantren dari sisi teknologi informasi,kata alumnus Pondok Modern Gontor itu, sejumlah ponpes sudah berhijrah dari penikmat konten menjadi produsen konten.

"Pesantren Tebuireng, Jombang, telah punya Rumah Produksi Film sejak 1 Juli 2018 dan sudah memproduksi dua film. Pondok Modern Gontor juga sudah punya Gontor TV juga sudah membuat akun Youtube sejak 3 April 2011," kata dia.

Ratusan video produksi Gontor TV hingga hari ini, 22 Oktober 2019, kata dia, sudah ditonton 42,902,855 kali. Ke depan, sejumlah pesantren agar terus memproduksi konten, terutama dengan bahasa asing, sehingga pesantren bisa diakses oleh warga dunia.

Hariqo mengutip pernyataan salah satu pendiri Ponpes Gontor K.H. Imam Zarkasyi, "Andai kata muridku tinggal satu, akan tetap kuajar, yang satu ini sama dengan seribu, kalaupun yang satu ini pun tidak ada, aku akan mengajar dunia dengan pena".

"Maksudnya untuk konteks sekarang, alumnus pesantren wajib mengajar, jika tidak punya pesantren, maka mengajarlah lewat telepon genggam," katanya.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus