Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Perjuangan Novita Dwi Susanti, Difabel S2 Teknik Elektro ITB

Novita Dwi Susanti berhasil meraih gelar master teknik elektro dari Institut Teknologi Bandung atau ITB.

27 Oktober 2019 | 10.00 WIB

Novita Dwi Susanti lulusan S2 ITB penyintas diabetes dan kanker darah putih. Dok. ITB
Perbesar
Novita Dwi Susanti lulusan S2 ITB penyintas diabetes dan kanker darah putih. Dok. ITB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Novita Dwi Susanti berhasil lulus dari Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung atau ITB. Dia meraihnya dengan perjuangan karena keterbatasan fisik. Novita mengidap diabetes dan kanker darah putih yang membuat matanya tidak bisa melihat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Sabtu, 19 Oktober 2019, Novita Dwi Susanti mengikuti Sidang Terbuka Wisuda Pertama ITB Tahun Akademik 2019/2020 di Gedung Sabuga. Untuk tesisnya, Novita membuat sistem sensor konsentrasi alkohol pada destilator atau alat penyulingan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Setelah lulus SMA pada 2003, dia melanjutkan kuliah D3 Teknik Telekomunikasi di Politeknik Negeri Malang (sebelumnya bernama Politeknik Brawijaya). Novita lulus pada 2006 kemudian berlanjut ke S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Brawijaya, Malang.

Pada 2010, perempuan asal Nganjuk, Jawa Timur, ini bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung. Ketika itu penyakit diabetesnya memburuk dan divonis terkena penyakit kanker darah putih. Saat itu kedua matanya sampai mengalami perdarahan.

Sempat hilang penglihatan selama dua bulan, Novita lalu menjalani operasi mata. Setelah dioperasi, mata kanannya bisa melihat dengan kondisi juling, sementara mata kirinya sama sekali tak berfungsi. Novita kemudian pindah kerja ke Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna atau P2 TTG LIPI Subang.

Setahun bekerja di sana, Novita melanjutkan studi S2 sesuai syarat LIPI. Beasiswa pendidikan dari pemerintah menyokongnya kuliah di Magister Teknik Elektro ITB. Selama masa kuliah, dia harus berjuang dan melawan keterbatasan fisik.

Misalnya harus naik-turun tangga ketika lift tidak bisa digunakan. Penglihatan yang terbatas membuat Novita harus ekstra fokus saat kuliah. Sering pula kuliahnya sampai malam. Di ITB selalu ada orang yang bersedia membantunya saat berkuliah dan melakukan aktivitas lain.

Awalnya Novita Dwi Susanti merasa tidak pantas berkuliah di ITB karena banyak mahasiswa yang lebih pintar. "Tapi banyak juga yang menyemangati saya dan mau menggandeng saya saat berjalan," ujar ibu satu anak itu.

Setelah wisuda Novita masih perlu waktu untuk meniti karier selanjutnya karena sangat bergantung dengan kondisi tubuhnya. Sementara ini, Novita Dwi Susanti ingin mengembangkan bisnis kuenya.

Rini Kustiani

Rini Kustiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus