Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Perlawanan Antiklimaks Anggota Dewan

Perseteruan antara DPRD Karanganyar dan Menteri Dalam Negeri soal pemilihan Bupati Karanganyar berakhir antiklimaks.

21 Desember 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMENANGAN Gunadi Wirjo Soekarjo dan Drajat Sri Widodo seperti sayur asam kurang garam. Anyep. Sepi, tanpa sorak dan luapan emosi. Ketegangan bahkan mewarnai pasangan yang baru saja menang dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Karanganyar itu. Kok?

Barulah ketika seorang anggota DPRD mendatangi mereka, para pejabat "tandingan" itu bangkit menerima ucapan selamat. "Terima kasih, rakyat Karanganyar, semoga daerah ini jadi lebih baik," kata Gunadi singkat.

Pemilihan ulang bupati oleh DPRD Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa pekan lalu itu memang terkesan serba kikuk. Maklum, dari 45 anggota Dewan, hanya 26 orang yang hadir. Semuanya dari Fraksi PDI Perjuangan ditambah tiga anggota Fraksi Partai Golkar. Itulah antiklimaks "perlawanan" anggota Dewan.

Sedangkan pemilihan pada 17 Oktober silam, yang dimenangi Rina Iriani Ratna Ningsih, lebih meriah. Saat itu koalisi partai kecil (PPP, PAN, PKB, PK dan lainnya) sukses mengalahkan duet PDIP-Partai Golkar. Rina mengantongi 25, Gunadi 11, dan Sudewa 8 suara. Satu lainnya abstain.

Cuma, kemenangan mantan guru SD di Tasikmadu, Karanganyar, itu kemudian tersodok isu politik uang. Itulah yang diadukan dua anggota Fraksi PDIP, Sri Darwanto dan Sumarso Dhiyono. Ujungnya, ya, pemilihan ulang itu. DPRD lalu membatalkan kemenangan Rina, yang dibalasnya dengan pengaduan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) di Semarang.

Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno sama tak diam. Ia mengirim surat No. 131.33/2583/SJ, yang juga berisi pembatalan kemenangan Rina. Hanya, Menteri Hari Sabarno kemudian "merevisi" suratnya, dan memerintahkan Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto menyelidiki berita acara hasil uji publik DPRD Karanganyar. Tapi Dewan ngotot berpegang pada surat Menteri terdahulu, yang membatalkan pemilihan Rina.

Setelah money politics dinyatakan tak terbukti, Hari Sabarno meminta DPRD Karanganyar meninjau kembali keputusan pembatalan Rina sebagai bupati. Bersamaan dengan itu, gugatan Rina di PTUN Semarang dimenanginya.

Pada 8 Juli, DPRD memutuskan pemilihan ulang. Menteri Dalam Negeri justru meminta Dewan menggelar rapat pengesahan Rina sebagai bupati. Ditolak, pada 6 Agustus Dewan menggelar rapat pemilihan ulang—yang di luar dugaan menjadi ricuh. Beberapa anggota Dewan melemparkan gelas ke meja pimpinan. Meski rapat ditutup tanpa membacakan suatu keputusan, Ketua DPRD Sumarso Dhiyono malah menandatangani berita acara dan surat penetapan Rina-Sri Sadoyo sebagai bupati dan wakil bupati.

Anehnya, DPRD menganulir keputusan ketuanya itu. Mereka bersiap menggelar pemilihan ulang, pada 13 November, dengan dua pasangan calon terdahulu—Gunadi Wirjo Soekarjo-Drajat Sri Widodo dan Sudewa-Juliatmono.

Pada 2 Desember, Menteri Dalam Negeri mengirim surat pengesahan pengangkatan Rina-Sri Sadoyo. Lewat kawat, ia meminta Gubernur segera melantik mereka. "Kami menganulir SK pengesahan Rina, karena surat kami dulu belum dibahas rapat paripurna khusus yang menetapkan bupati terpilih," kata sang Ketua DPRD Karanganyar. Sumarso juga mengaku, saat itu ia dalam ancaman.

Meski Rina telah dilantik, sejumlah anggota Dewan bertekad memboikotnya. Kata Sekretaris Fraksi PDIP, Nur Sanyoto, "DPRD berwenang menetapkan bupati. Kewenangan itu belum pernah kami lakukan, tahu-tahu pemerintah pusat melantik Rina."

Juliatmono mengaku pihaknya mau tak mau harus mengakui pelantikan Rina. Toh, meski perlawanan politis sudah habis, ujar Ketua Fraksi PDIP itu kepada TEMPO, "Masih ada upaya hukum." Begitu Rina dilantik, Fraksi Partai Golkar, yang awalnya seiring dengan Fraksi Banteng, berbalik 180 derajat.

Pengurus PDIP Karanganyar, Jumat sore pekan lalu, kabarnya sudah "bertekuk lutut" pada pengurus pusat yang meminta mereka legawa mengakui Rina.

Rina sendiri tampak ayem. Saat DPRD menggelar pemilihan ulang, yang merupakan hari pertamanya sebagai bupati, dia berapat dengan stafnya dan berkoordinasi dengan pimpinan polisi dan militer setempat soal pengamanan Pemilu 2004. Siangnya, ia meluncur ke Semarang dengan mobil dinas AD 1 F, mengikuti rapat kerja bupati se-Jawa Tengah. "Yang terpenting sekarang membuat Karanganyar tenteram. Pelan-pelan saya akan merangkul semua pihak," kata Ibu Bupati yang cantik itu.

Adi Prasetya, Imron Rosyid, dan Anas Syahirul (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus