Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

Perlawanan Mahasiswa dari Masa ke Masa

Gerakan perlawanan mahasiswa kembali bergejolak pada awal masa pemerintahan Prabowo Subianto. Menjadi bagian dari sejarah.

19 Februari 2025 | 06.00 WIB

Aksi mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Tempo/DR/Rully Kesuma
Perbesar
Aksi mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Tempo/DR/Rully Kesuma

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Sejak era pra-kemerdekaan, pelajar dan mahasiswa telah bersuara kritis.

  • Pada era Orde Lama, mahasiswa mengeluarkan Tritura.

  • Gerakan mahasiswa pada era Orde Baru ikut menumbangkan rezim Soeharto.

DALAM dua hari terakhir, aksi mahasiswa kembali menghiasi jalanan di kota-kota besar di Indonesia. Di Jakarta, Badan eksekutif mahasiswa atau BEM dari beberapa kampus, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, memadati jalanan Ibu Kota.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Aksi yang membawa tema "Indonesia Gelap" itu mengkritik berbagai kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam 100 hari pemerintahannya. Aksi ini direncanakan terus membesar hingga besok, Kamis, 20 Februari 2025, sebagai puncaknya.

Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia Herianto mengatakan demonstrasi yang juga ramai di media sosial dengan tagar #IndonesiaGelap ini merupakan bentuk keresahan kolektif mahasiswa dan kelompok masyarakat sipil terhadap situasi politik dan demokrasi di Indonesia. Mereka menilai kebijakan yang dijalankan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat, dari memangkas anggaran hingga mengesahkan revisi Undang-Undang Mineral dan Batu Bara, cenderung merugikan rakyat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia menggelar aksi unjuk rasa di sekitar Patung Arjuna Wijaya, Jakarta, 17 Februari 2025. TEMPO/Ilham Balindra

"Sehingga kami telah menyiapkan aksi yang lebih besar eskalasinya," kata Herianto kepada Tempo, Selasa, 18 Februari 2025.

Unjuk rasa itu seperti ingin menegaskan bahwa mahasiswa pada era saat ini masih tetap bisa diandalkan sebagai tulang punggung demokrasi. Dari rezim ke rezim, gerakan perlawanan selalu mewarnai proses menjaga dan merawat demokrasi, bahkan menumbangkan kekuasaan.

Perjuangan pemuda dan mahasiswa dimulai dari masa pra-kemerdekaan. Lahirnya Boedi Oetomo menjadi tonggak perjuangan pemuda pada masanya. Pada 20 Mei 1908, Soetomo bersama rekan-rekannya membentuk Boedi Oetomo, dengan Soetomo sebagai ketuanya. Organisasi ini menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan nasional dan hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Pada fase kedua era pra-kemerdekaan, lahir gerakan Sumpah Pemuda pada 1928. Peristiwa ini kemudian menjadi penggerak para pemuda dan pelajar dalam membangkitkan kesadaran bangsa atas kolonialisme. Gerakan ini menjadi tonggak perlawanan terhadap penjajahan, yang kemudian diteruskan sejumlah tokoh, seperti Sukarno dan Hatta.

Peran gerakan mahasiswa makin terlihat pada era pasca-kemerdekaan dan menjadi kelompok penekan pemerintahan. Di era ini, gerakan mahasiswa pertama kali lahir pada 1960-an.

Kala itu gerakan mahasiswa dipicu oleh percobaan kup atau kudeta yang tidak lama usianya. Partai Komunis Indonesia yang dituding menjadi dalang percobaan kup tersebut lalu mendapat sentimen dari masyarakat, khususnya kalangan mahasiswa.

Aksi mahasiswa dan pelajar di Jakarta, 1966. TEMPO/Salim Said

Masifnya gerakan mahasiswa ini dimanfaatkan militer untuk menggulingkan Sukarno. Soeharto kemudian berkuasa dan mengubah Orde Lama menjadi Orde Baru di bawah kepemimpinannya.

Pada awal Orde Baru, mahasiswa tetap menjadi garda terdepan kelompok kritis. Puncaknya terjadi saat demonstrasi menolak dominasi modal asing berlangsung pada 15 Januari 1974 atau dikenal sebagai peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari).

Setelah peristiwa tersebut, rezim Orde Baru menerapkan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Kebijakan itu praktis membuat gerakan mahasiswa mati suri.

Setelah NKK/BKK dicabut pada 1990 oleh Menteri Pendidikan kala itu, Fuad Hasan, gerakan mahasiswa perlahan bangkit kembali. Lewat Senat Mahasiswa yang dibentuk kampus, gerakan mahasiswa perlahan berkembang dan berkonsolidasi.

Pada era itu, mahasiswa berkolaborasi dengan kelompok-kelompok sipil. Meski kerap berhadapan dengan tindakan represif aparat keamanan saat itu, gerakan mahasiswa terus berkembang. Hingga akhirnya terjadi peristiwa penculikan yang mewarnai gerakan mahasiswa tersebut.

Puncaknya adalah aksi besar-besaran mahasiswa pada Mei 1998. Aksi ini membesar setelah aparat keamanan secara brutal membubarkan aksi di depan kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.

Pada 12 Mei 1998, empat mahasiswa Trisakti, yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie, tewas terbunuh oleh peluru aparat keamanan. Sebelumnya, pada 8 Mei 1998, seorang mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Moses Gatutkaca, juga tewas dalam aksi menuntut Soeharto mundur di kawasan Gejayan.

Gerakan mahasiswa itu akhirnya memaksa Soeharto lengser pada 21 Mei 1998. Gerakan mahasiswa terus berlanjut pada era Presiden B.J. Habibie yang menggantikan Soeharto. Hingga kini, gerakan mahasiswa terus mewarnai berbagai peristiwa demokrasi di negeri ini.

---

Pada era ini, lahir gerakan mahasiswa ekstrakampus, seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, dan Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia.

Kala itu mahasiswa menyoroti kedekatan Sukarno dengan PKI. Mereka lantas bergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia dan mengeluarkan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura). Tiga tuntutan itu adalah bubarkan PKI, rombak Kabinet Dwikora, dan turunkan harga-harga.

Pada 24 Februari 1966, mahasiswa turun ke jalan dan seorang mahasiswa Universitas Indonesia, Arief Rachman Hakim, tewas terkena timah panas. Tewasnya Arief menjadi martir gerakan mahasiswa dan memicu demonstrasi yang lebih besar untuk menumbangkan Sukarno.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Andi Adam Faturahman

Andi Adam Faturahman

Berkarier di Tempo sejak 2022. Alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mpu Tantular, Jakarta, ini menulis laporan-laporan isu hukum, politik dan kesejahteraan rakyat. Aktif menjadi anggota Aliansi Jurnalis Independen

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus