Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Executive Editor The Conversation Indonesia Prodita Sabarini mengatakan beberapa tantangan yang dihadapi pada peneliti adalah ada tiga. "Dari survei yang kami buat, tantangannya itu pendanaan untuk penelitian, proses mendapatkan alat penelitian untuk dikirim ke Indonesia sulit, dan harganya mahal," kata Prodita pada acara bertajuk "Empowering Breakthroughs Together": Inauguration of Collaboration Lab Merck - FMIPA UI pada 31 Maret 2021.
Baca: Begini Jadinya Saat Peneliti Mencoba Memasak di Antartika
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prodita mengatakan survei itu dilakukan untuk para peneliti muda S3. Prodita pun sangat menyayangkan investasi untuk para peneliti di Indonesia hanya 0,24 persen dari pendapatan nasional. "Angka ini masih kecil dibandingkan dengan Jerman yang mencapai 3 persen GDP," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaksana Tugas Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ismunandar mengatakan untuk menangani masalah pendanaan salah satu solusinya adalah dengan kolaborasi antara industri dan peneliti.
Menurut Ismunandar, industri memiliki banyak problem yang solusinya bisa didapat dari teman-teman akademisi. Sebaliknya, akademisi pun bisa terbantu dengan adanya bantuan dana atau peralatan dari industri demi kelancaran berbagai risetnya. "Harapannya ada interaksi antara industri dan akademisi. Peneliti mungkin ada passion jangka panjang, sedangkan industri kan dituntut investasi dan bisa segera menghasilkan return," katanya.
Ismunandar mengakui dana untuk riset masih sangat rendah. "Dan 80 persen itu dari pemerintah. Dengan insentif, kami mendorong bagaimana swasta berperan dalam pengembangan riset," katanya.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) dan Merck bekerja sama mendirikan laboratorium kolaborasi antara perusahaan dan UI. Laboratorium kolaborasi yang berlokasi di Gedung Departemen Biologi FMIPA UI ini didirikan untuk membantu memajukan penelitian dan perkembangan inovasi ilmu Hayati (life science) di Indonesia.
Presiden direktur PT Merck Chemicals dan Life Science Christopher Thomas mengatakan melalui laboratorium kolaborasi ini, Merck akan memfasilitasi kebutuhan peralatan laboratorium canggih, mendukung transfer keahlian dan pengetahuan, serta memperluas akses laboratorium kepada akademisi dan ilmuwan untuk penelitian life science dari dalam dan luar UI, termasuk lembaga penelitian lainnya. "Kami berharap dukungan kami dapat memberdayakan para peneliti muda untuk menghasilkan penelitian dan terobosan life science berkualitas dunia,” kata Christopher.
Upaya untuk melahirkan riset dan teknologi yang kuat, tidak bisa sendirian dan harus melibatkan berbagai pihak. Sejak tahun 2020, Kementerian Riset dan Teknologi mendorong Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024 dengan berbagai fokus diantaranya melahirkan inovasi yang tepat guna, mudah dijangkau, inovasi melahirkan substitusi impor dan peningkatan lokal konten. "Inovasi yang melahirkan nilai tambah terutama dari sumber daya alam beserta komersialisasi, dan inovasi yang bisa mengejar frontier technology,” kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Republik Indonesia/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang P.S. Brodjonegoro.
Bambang pun berharap kolaborasi ini dapat dilanjutkan inovasi, industrialisasi, hingga tahap komersialisasi. "Kami selalu mendukung kerja sama yang memupuk dunia riset dan inovasi di Indonesia. Kami berharap apa yang dilakukan Merck dan UI dapat memacu lebih banyak kolaborasi, khususnya dalam dunia life science di negeri ini,” katanya.
Pejabat Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Rokhmatuloh mengatakan ada beberapa topik yang rencananya akan menjadi bahan penelitian di laboratorium itu. "Harapannya para peneliti bisa membuat penelitian dengan topik kekinian, seperti soal pandemi, perubahan iklim, mikrobiologi, serta penelitian yang sifatnya advance yang bisa dimanfaatkan komunitas perguruan tinggi dan juga industri," katanya.