Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Persahabatan tutut untuk tim-tim

Indonesia membentuk perhimpunan persahabatan indonesia-portugal (ppip). targetnya, mempercepat normalisasi hubungan kedua negara. ny. siti hardiyanti rukmana menjadi ketuanya.

15 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CARLOS Galvao de Melo agaknya melihat Ny. Siti Hardiyanti Rukmana sebagai tokoh istimewa. Dan purnawirawan perwira tinggi dari angkatan udara Portugal ini punya pujian khusus untuk putri sulung Presiden Soeharto yang beken dengan nama Tutut itu. "Dia adalah orang muda yang cantik dan peduli dengan masalah politik di negerinya," ujar De Melo seusai bertamu ke kantor Tutut di Lantai 23 Gedung Bank Bumi Daya, Jakarta Pusat, Kamis sore pekan lalu. De Melo terbang dari Lisabon sebagai Ketua Asosiasi Persahabatan Portugal-Indonesia (APPI). Dengan payung APPI, agaknya ia ingin mencoba-coba merintis pencairan hubungan kedua negara yang membeku sejak Timor Timur (bekas koloni Portugal) berintegrasi dengan Indonesia hampir 18 tahun lampau. Sebelum bertemu dengan Tutut, De Melo sempat menjumpai Panglima ABRI Jenderal Feisal Tanjung, Menteri Pertahanan dan Keamanan Edi Sudradjat, dan Menteri Luar Negeri Ali Alatas. Kepada para pejabat tinggi Indonesia itu, De Melo terus terang menunjukkan pendiriannya yang pro integrasi, hal yang tak sejalan dengan sikap Lisabon. "Saya yakin integrasi Timor Timur ke Indonesia adalah tindakan yang tepat," ujarnya. Ia bahkan mengecam sikap pemerintahnya yang, setiap berunding dengan Indonesia, selalu menuntut dilakukannya referendum untuk menentukan nasib Tim-Tim. "Saya kira tuntutan itu munafik. Tak ada manfaatnya," ujar bekas anggota parlemen yang pernah tercatat sebagai kandidat Presiden Portugal itu. Pensiunan marsekal ini menginginkan pula pencairan hubungan diplomatik Indonesia-Portugal. "Pemulihan hubungan itu harus, harus, harus dilakukan," ujarnya berapi-api. Manfaatnya, katanya, banyak, misalnya untuk menjalin hubungan bisnis. Ia mengaku pula punya seperangkat mebel buatan Indonesia yang dibelinya di Belanda. "Kalau saya membeli langsung, tentu lebih murah," ujarnya menambahkan. Namun, dalam posisinya yang "cuma" sebagai ketua sebuah lembaga swadaya masyarakat, De Melo tidak punya kewenangan membuat perjanjian politik apa pun dengan pejabat Indonesia. Tapi ia punya mitra lain yang sejajar: Ny. Siti Hardiyanti Rukmana. Sebab, Tutut diam-diam telah dipercaya mengetuai lembaga serupa yang diberi nama Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Portugal (PPIP). Kepengurusan lengkap di lembaga ini akan diresmikan awal pekan depan. Kemitraan antara PPIP dan APPI itu, menurut Tutut, bertujuan menjalin persahabatan antara masyarakat Indonesia dan Portugal. "Jadi, ini tidak ada politiknya," ujar Tutut. Namun, ia mengakui bahwa kedua LSM itu akan menyelenggarakan misi-misi kebudayaan, yang kelak bisa dijadikan pendorong bagi hubungan diplomatik yang telah lama terputus. "Kalau kita berniat baik, insya Allah Tuhan akan mengizinkan. Hubungan diplomatik bisa lebih cepat dibuka," Tutut menambahkan. Putri sulung Pak Harto itu mengaku punya niat membentuk lembaga PPIP itu sejak Agustus lalu, setelah bertemu dengan Macedo, salah seorang pemrakarsa pembentukan APPI, di Jakarta. Ketika itu, Macedo mengatakan ingin membentuk APPI, dan Tutut menjawab dengan rencana mendirikan PPIP itu. Tak lama kemudian, Macedo membentuk APPI di Lisabon, dan di Jakarta dibikin PPIP. Pemerintah RI setuju dengan program itu. Maklum, upaya-upaya resmi lewat jalur diplomatik untuk membuat Portugal ikhlas dengan integrasi Tim-Tim selalu mentok di tengah jalan. Tutut sendiri kini telah resmi "go international" dalam urusan Tim-Tim dan Portugal. Pertengahan Desember lalu, ia terbang ke London, melakukan lobi dengan para tokoh masyarakat Tim-Tim yang sejak integrasi 1976 hijrah ke Eropa, Makao, atau Australia (lihat Reuni di Hanbuly Manor). Ketua Golkar ini tentu mau cepat. Bulan Februari nanti, menurut rencana, PPIP akan mengirim tim kesenian Tim-Tim dan wartawan ke Lisabon. Pada saat yang sama, Komisi Hak Asasi PBB bakal bersidang di Jenewa, forum yang biasa menghasilkan tudingan ke pemerintah Indonesia soal Tim-Tim. Agaknya, Tutut telah menyiapkan misi tandingan.Putut Trihusodo, Nunik Iswardhani, dan Diah Purnomowati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus