Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyoroti ramainya pemerasan pelajar oleh anggota kepolisian di Semarang, Jawa Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Haedar menuturkan, rentetan kasus yang belakangan melibatkan personel kepolisian di Tanah Air, perlu disikapi secara cepat para petinggi korps Bhayangkara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami melihat proses reformasi di kepolisian masih terus berlangsung saat ini," kata Haedar di Yogyakarta Senin 3 Februari 2025.
Rentetan kasus yang melibatkan personel kepolisian seperti kejadian di Semarang, ujar Haedar, jangan sampai dibiarkan berlarut-larut. Apalagi tak transparan dalam penuntasan proses hukumnya.
"Jadi perlu tindakan-tindakan cepat untuk mengatasi persoalan itu agar masyarakat bisa tetap percaya pada polisi," ujarnya.
Kasus pemerasan anggota polisi di Semarang Jawa Tengah itu terjadi pada Jumat petang 31 Januari 2025 lalu. Saat itu sepasang remaja masih berstatus pelajar sedang memarkirkan mobilnya di sekitar Sekolah Terang Bangsa, Semarang Barat. Tiba-tiba ada mobil lain berisi tiga orang termasuk dua anggota polisi mendekati mobil mereka.
Salah satu dari polisi itu lalu memaksa salah satu korban masuk ke dalam mobil mereka dan meminta uang sebesar Rp 2,5 juta. Korban lalu diarahkan ke ATM di sekitar lokasi untuk menarik uang. Setelah mendapatkan uang, pelaku juga merampas KTP dan kunci mobil korban. Salah satu korban kemudian keluar mobil dan berteriak meminta pertolongan warga.
Selain memeras korban, anggota polisi yang terlibat juga mengancam akan menembak warga yang mencoba menolong korban. Ketiganya kini telah ditetapkan sebagai tersangka pemerasan oleh Polrestabes Semarang.