Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Purnawirawan Mengejar Bawahan

Pensiunan tentara terpecah dua. Kubu Jokowi masih mengandalkan peran Luhut Pandjaitan.

28 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mantan Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Djoko Santoso (kiri) di Jakarta, Juni 2016.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ACARA di Ballroom Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Sabtu dua pekan lalu, sesungguhnya hanya membedah buku Pandangan Strategis Prabowo Subianto: Paradoks Indonesia. Digelar bakda zuhur, sang penulis, Prabowo, berbicara soal kedaulatan ekonomi Indonesia di hadapan tamu yang kebanyakan purnawirawan Tentara Nasional Indonesia. Pada spanduk yang terpampang di panggung tertulis ”Ngobrol Bareng 300 Jenderal dan Para Intelektual”.

Setelah calon presiden yang berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno itu rampung berbicara, tiba-tiba bekas Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Purnawirawan Imam Sufaat, yang duduk di barisan depan, berdiri dan maju ke mimbar. Dia lalu mengambil mikrofon. ”Hari ini, di tempat ini, kita punya satu semangat membulatkan tekad untuk berjuang bersama, menyatukan hati, saling bergandeng tangan secara erat dan kuat untuk memberikan dukungan penuh kepada Prabowo Subianto,” kata Imam.

Prabowo tersenyum. Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus yang telah duduk itu lalu bangkit dan meraih mikrofon. ”Saya terima ini sebagai penugasan,” ujar Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya tersebut. Seusai acara, Prabowo mengaku kaget terhadap deklarasi dukungan itu. Dia mengklaim datang hanya untuk berdiskusi.

Sekretaris Eksekutif Tim Pemenangan Prabowo-Sandiaga, Mayor Jenderal Purnawirawan Musa Bangun, mengatakan dukungan yang disampaikan Imam Sufaat mewakili semua tamu yang hadir. Mayoritas adalah purnawirawan. ”Ada sipil juga,” ucap Musa saat dihubungi, Rabu pekan lalu. Menurut mantan Koordinator Staf Ahli Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini, dukungan purnawirawan lewat Imam muncul berkat pendekatan bekas Panglima TNI Djoko Santoso, yang kini menjabat ketua tim kampanye nasional Prabowo-Sandiaga. Kala Djoko menjabat panglima, Imam menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Udara.

Pembina Cakra 19, Jenderal TNI Purnawirawan Luhut Binsar Pandjaitan (keenam dari kiri) bersama Ketua Cakra 19 Andi Widjajanto (ketujuh dari kiri) di Jakarta, 12 Agustus 2018 (bawah).  partial(

Pensiunan TNI lain yang merapat ke kubu Prabowo adalah Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan dalam Kabinet Kerja, Tedjo Edhy Purdijatno. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut tersebut dicopot oleh Presiden Joko Widodo pada Agustus 2015. Tedjo kemudian meninggalkan Partai NasDem dan menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya besutan Hutomo Mandala Putra. Partai ini ikut menyokong pasangan Prabowo-Sandiaga dalam pemilihan presiden.

Juru bicara tim Prabowo-Sandiaga, Ferry Juliantono, mengatakan Tedjo didapuk menjadi wakil ketua dewan penasihat. Setelah dicopot sebagai menteri, kata Wakil Ketua Umum Gerindra tersebut, Tedjo merapat ke kubu Prabowo. Saat acara bedah buku Prabowo pun Tedjo hadir. Dimintai tanggapan soal ini, telepon seluler Te-djo tak aktif.

Ferry membenarkan kabar bahwa kubu Prabowo-Sandi mencoba menggalang dukungan dari para purnawirawan. Menurut dia, purnawirawan yang memiliki ilmu militer, seperti penguasaan wilayah dan intelijen, bakal membantu memenangkan Prabowo-Sandi. Misalnya mereka mampu memetakan dukungan publik terhadap calon presiden di wilayah tertentu. ”Mereka sudah teruji,” ujarnya.

Sadar akan pentingnya peran mantan tentara, Prabowo membentuk wadah untuk menampung para purnawirawan di partainya tahun lalu. Perkumpulan bernama Purnawirawan Pejuang Indonesia Raya ini menjadi organisasi sayap Gerindra dengan Mayor Jenderal Purnawirawan Musa Bangun sebagai salah seorang pengurusnya. Organisasi ini dibentuk di rumah Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, pada Oktober 2017. Saat itu, Prabowo mengajak kawan-kawannya yang dulu di Akademi Militer bergabung. ”Ini cara Pak Prabowo mengakomodasi mereka,” ucap Ferry.

Pengamat militer dari Universitas Padjadjaran, Muradi, mengatakan dukungan pensiunan tentara sebenarnya tak terlalu signifikan. Dukungan itu hanya akan memberi efek psikologis berupa meningkatnya kepercayaan diri calon presiden untuk memenangi pemilihan. Efek itu, kata Muradi, kian kecil jika purnawirawan yang direkrut telah lama pensiun. Menurut dia, makin muda purnawirawan yang direkrut, akan makin efektif. ”Karena kaki mereka masih cukup kuat di daerah,” ujar Muradi.

Ini agaknya disadari oleh kubu Joko Widodo-Ma’ruf Amin, yang juga memburu dukungan purnawirawan. Meskipun sudah memiliki Bravo-5, yang dikomandoi Luhut Binsar Pandjaitan (kini Menteri Koordinator Kemaritiman), kubu Jokowi meresmikan Cakra 19 pada Agustus lalu. ”Cakra 19 berisi mereka yang baru satu-dua tahun pensiun,” kata juru bicara Cakra yang juga mantan Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Muda Purnawirawan Iskandar Sitompul.

Tak hanya berisi bekas tentara, Cakra 19—diambil dari ”cakra” yang berarti pusat energi dan ”19” untuk tahun 2019—juga beranggotakan warga sipil. Sedangkan Bravo-5 kebanyakan personelnya angkatan 1970-an. Mantan Wakil Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Fachrul Razi, misalnya, seangkatan dengan Luhut, yang lulus dari Akademi Militer pada 1970.

Sekretaris Jenderal Cakra 19, Eko Wiratmoko, pensiunan bintang tiga, mengatakan Cakra 19 juga diinisiasi oleh Luhut dan dipimpin mantan Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto. ”Kami difasilitasi oleh beliau,” ujar Eko. Sebagian personel Cakra 19 memang mantan anak buah Luhut. Eko menjabat Sekretaris Kementerian Koordinator Politik saat Luhut menjadi menteri di sana. Wakil Sekretaris Jenderal Cakra, Andogo Wiradi, purnawirawan bintang dua, menjabat Deputi V Kantor Staf Presiden saat Luhut memimpin lembaga itu. Luhut belum bisa dimintai tanggapan soal perannya tersebut. Dia tak membalas panggilan telepon dan pesan pendek yang dilayangkan Tempo.

Sama seperti Luhut, sebagian latar belakang mereka adalah personel baret merah alias Kopassus. Eko, misalnya, pernah menjabat Asisten Intelijen Kopassus. Begitu pula mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Letnan Jenderal Purnawirawan Hinsa Siburian. Meski difasilitasi oleh Luhut, Eko membantah kabar bahwa para pensiunan tentara di Cakra menerima gaji dari dia. ”Kami memang murni mendukung Jokowi.”

Iskandar Sitompul mengatakan Cakra sebenarnya terbentuk pada akhir 2017. Pada Maret lalu, mereka mulai bekerja mendata purnawirawan TNI di semua wilayah yang berpotensi membantu memenangkan Jokowi. Para pensiunan yang pernah menjabat panglima komando daerah militer menjadi koordinator di wilayah tersebut. Merekalah yang menarik mantan anak buahnya ke tim pemenangan di wilayah itu. Hinsa, yang pernah menjabat Panglima Kodam Cenderawasih, misalnya, dipercaya mengamankan suara dan menarik mantan bawahannya di Papua.

Tak hanya merekrut pensiunan militer, personel Cakra juga menarik ”anak kolong”—sebutan untuk anak tentara. Andogo Wiradi, yang pernah menjabat Kepala Staf Kodam Bukit Barisan, merekrut Supirman, pengusaha yang merupakan anak tentara kenalannya. Supirman kini menjadi koordinator wilayah Riau. ”Saya harus memenangkan Jokowi di Riau,” kata -Supirman.

Para purnawirawan yang ditemui Tempo belum bisa memastikan jumlah purnawirawan yang telah bergabung dengan Cakra 19. ”Kalau di sana 300 jenderal, di sini juga kurang-lebih sama,” ujar Iskandar Sitompul, lalu tertawa.

DEVY ERNIS, CHRISTY, PRAMONO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus