Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, setelah Bung Karno dan Bung Hatta atas nama rakyat Indonesia memproklamasikannya di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Namun, beberapa wilayah Indonesia baru mengetahui informasi tersebut beberapa hari atau minggu kemudian. Salah satunya adalah Aceh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, berita proklamasi baru sampai ke Aceh pada 24 Agustus 1945. Hal tersebut dikarenakan Jepang berusaha menghalangi tersebar luasnya berita kemerdekaan Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tindakan tersebut di antaranya adalah melarang masuk kerja bagi orang Indonesia yang bekerja di Kantor Berita Jepang (Domei), menyita radio-radio penduduk, menyeleksi berita-berita yang dikeluarkan oleh surat kabar Atjeh Sinbun.
Walaupun berita kemerdekaan Indonesia ditutup-tutupi oleh Jepang, tetapi tetap saja sampai ke telinga rakyat Aceh. Berita tersebut diperoleh dari orang yang bekerja di bagian jaringan radio dan telegraf yang pada saat itu dikuasai oleh Jepan dengan cara “menangkap” saluran yang memberitakan tentang kemerdekaan Indonesia ketia orang Jepang lengah.
Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia itu pun disambut oleh rakyat Aceh dengan rasa gembira. Semenjak itu, para pemuda Aceh berusaha menyebarluaskan berita kemerdekaan ke seluruh daerah Aceh.
Pada 26 Agustus 1945, sebuah pesawat terbang Belanda dengan rendah dan menjatuhkan selebaran-selearan kertas di atas kota Kutaraja (sekarang Banda Aceh). Selebaran itu berjudul: “Kepada Penduduk Indonesia” dan berisikan informasi bahwa perang telah selesai karena Jepang sudah mengaku kalah kepada sekutu. Di akhir selebaran tertulis pernyataan: “Hiduplah Seri Ratu!, Hiduplah Indonesia!!”.
Usai mendapat kabar itu, sejumlah upaya dilakukan untuk memberi tahu masyarakat lain. Salah satunya adalah tiga pegawai Kantor Kepolisian Kutaraja mengibarkan bendera putih pada malam hari. Tujuannya agar diketahui masyarakat keesokan harinya.
Pengibaran bendera ini disebut sebagai pengibaran bendera pertama kali yang dilakukan di Tanah Rencong. Aksi nekat itu dilakukan oleh seorang pemuda bernama Teuku Nyak Arif. Ia berkeliling Banda Aceh dengan mengendarai mobil sambil mengibarkan bendera putih.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia akhirnya menjadi pendongkrak semangat rakyat Aceh melawan penjajahan. Mendengar kemerdekaan yang sudah mutlak, semangat perjuangan rakyat Aceh pun meledak.
Semangat kebangkitan melawan penjajahan semakin tersebar luas di Aceh. Teungku Daud Beureueh menyerukan lewat seluruh ulama agar rakyat Aceh mendukung Bung Karno dan Bung Hatta. Semangat rakyat Aceh pun dikobarkan Daud hingga puncaknya.
M. RIZQI AKBAR