PAMER harta sudah kuno. Yang lagi mode kini makan - dalam arti kata sebenarnya - harta. Itu terjadi diJepang, yang yennya lagi jadi raja di dunia valuta asing. Persisnya, orang Jepang kini lagi gemar makan emas. Di Tokyo menjamur rumah makan dengan menu serba emas. Misalnya, sushi emas (ikan mentah mengandung emas) yang dimakan sambil menghiru sake emas. Beberapa rumah makan bahkan menambahkan, sumpit makannya pun berlapis emas. "Saya makan sushi emas tiap hari karena bentuknya yang indah, dan saya dengar baik untuk kesehatan," kata seorang pemilik perusahaan konstruksi di Tokyo. Sebuah restoran Cina di Hyofo, Jepang Barat, menyuguhkan menu baru: "mi hidup panjang". Itulah masakan campuran sup ginseng Korea dan mi yang ditaburi bubuk emas. Harga masakan emas ini 1.880 yen atau sekitar Rp 23.000,00 per mangkuk. Ini termasuk jenis masakan emas termurah. Di Inaho Sushi, rumah makan khusus sushi di Chiba dekat Tokyo, untuk mencicipi seporsi sushi emas Anda mesti bayar 5 ribu yen atau sekitar Rp 60.000,00. Yang merasa paling mencicipi enaknya masakan emas ini ternyata produsen gold leaf (lempengan emas yang sangat tipis). Daun emas itulah yang oleh para koki dimasak sebagai bumbu tambahan. Kabarnya, penjualan daun emas naik 40% dibanding tahun lalu dalam periode yang sama. Ini kesempatan Indonesia buat menjual emas ke Jepang, mungkin. Soalnya kini, adakah efek makan emas itu. Umpamanya kulit jadi berkilau bagai matahari. Makan emas tidak merugikan atau menguntungkan bagi tubuh, kata para dokter. Mereka yang pernah mencicipi masakan emas mengatakan, "Emas tak menambah enak masakan, hanya memberi sensasi tak enak pada lidah." Tapi ada yang cemas, yakni Keishi Amano, ahli kesehatan makanan di sebuah universitas di Tokyo. Soalnya, daun emas yang dipakai mencampuri masakan itu mengandung tembaga. Menurut dia, betapapun sedikit, tembaga bisa mempengaruhi kesehatan. Namun, sering orang lebih memilih gengsi daripada sehat, Amanosan. Farida Sendjaja
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini