Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Renungan telepon dan interkom

Gereja pantekosta di indonesia, jakarta, menyelenggarakan dakwah lewat telepon. sedang di madura ada 2 pondok pesantren memberi pengajian kepada parasan tri dan penduduk dengan menggunakan interkom.

2 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH nomor telepon 7393513 di putar dan ada bunyi "tut" beberapa kali, lalu terdengar, "Salam sejahtera dalam kasih Yesus Kristus. Inilah Gereja Pantekosta di Indonesia, Jalan Zainul Arifin 39 Jakarta Pusat, dengan renungan untuk hari ini." Selanjutnya, sejumlah kutipan aat-ayat Alkitab. Itulah sebuah cara baru berdakwah, lewat telepon, di Jakarta. Sabtu, 26 Maret lalu, ada renungan yang dipetik dari Matius 5, ayat 14-16. "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di gunung. Tidak rnungkin tersembunyn Saudara-saudara, dunia tempat kita ini adaIah dunia kegelapan...." Setelah sepuluh menit, renungan itu berakhir. "Sesudah mendengar tanda bel, Anda bisa menitip pesan," kata Aha Mande, 55 tahun, pendeta di GPDI sejak 20 tahun lalu. "Lewat telepon Anda juga bisa minta konsultasi suatu problem. Kami akan menjawab, asal Anda meninggalkan nomor telepon." Renungan itu diubah setiap hari. Kasetnya, sepanjang 7 hingga 12 menit, disusun dengan tema kerohanian. "Cara ini untuk menolong jemaah, di setiap saat," ujar Aha Mande yang tinggal di Kedoya Raya 30 itu. Ide itu muncul dari yang sudah jalan di Inggris dan AS. Caranya, di pesawat telepon itu diberi alat khusus. Alat itu tak beda dengan yang dipakai di kantor-kantor, untuk merekam atau menyampaikan pesan, ketika pemiliknya tak di tempat. "Kami memanfaatkan teknologi yang terus maju," tutur Aha Mande lagi. Nomor telepon tersebut hanya diberikan untuk kalangan sendiri - umat Pantekosta. Tapi kalau ada umat beragama lain mendengar, tentu tak bisa dicegah. Persis seperti khotbah di radio atau siaran agama di TVRI. Di Madura lain lagi. Khotbah renungan disampaikan lewat interkom. Puluhan ribu meter kabel menghubungkan ratusan interkom di beberapa desa di Kecamatan Pragaan, Ganding, Lenteng dan Guluk-Guluk, Sumenep. Melalui alat semacam telepon itu, setiap pagi Kiai M. Zakki Sanusi memberi pengajian dari kitab seperti Safinat al-Najat (Kapal Keselamatan) atau a'lim al-Mtaallim (Pengajaran bagi Siswa), dari pusatnya di Pondok Pesantren As-Salafiyah, Rombiya Ganding. Lima ratus santrinya, dan ratusan penduduk, mendengar pengajian itu lewat interkom pula, di rumah masing-masing. Hal serupa dilakukan pula oleh K.H. Habibullah, dari Pondok Pesantren al-lsa'at, Klabaan, Guluk-Guluk. Santrinya yang 700 orang mendengar, ditambah penduduk. Tapi tema pidto Kiai Abdul Wasik Bahar, di rumahnya di Karduluk Prenduan, bervariasi. Kiai yang ahli penyakit batin itu, malah lewat interkom, tahun lalu bisa menangkap maling 4 orang. Meskipun tak punya santri formal, Pak Kiai didengar omongannya karena punya karisma - antara lain dibentuk lewat interkom tadi. Ahmadie Thaha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus