MEDIA da'i berdakwah kini bervariasi. Selain berbumbu kocak - tapi bukan melawak-lawak - untuk mencegah umat pendengarnya menguap, bahkan fasilitas teknologi sudah dimanfaatkan. Karena itu, radius penyebarannya memberi berdampak . Contohnya, ceramah subuh dan pesan rohani Kosim Nurzeha di Radio Kayu Manis, Jakarta Timur, sudah direkam ke kaset dan laris dijual. Selama ini orang hanya mengenal kaset rekaman pembaca Quran. Dustur dakwah Kosim agaknya memang menghindar ubar bahasa muluk dan tinggi. Pendekatannya lebih dari hati ke hati, dan utamanya menyasar ke kalangan bawah. .Ia "tidak menggebuk atau menakut-nakuti" pendengarnya. Ada contoh yang enak dari haji ini. Pada 1986, dalam ceramah di depan calon jemaah haji di Hotel Sahid Jaya, ia bilang, "Bapak-bapak dan Ibu-ibu, kita ini camat." Setelah menarik napas sebentar, ustad yang bertubuh subur itu bertanya, "Tahu arti camat?" Setelah diam sebentar, bak penulis cerpen menempatkan suspense, ia jawab sendiri, "Bapak-bapak dan Ibu-ibu camat itu kepanjangannya calon mati." Ngeri? Kaum bapak terkakah, dan para ibu terkikik-kikik, sembari menutup muka dengan selendang mereka. Senyap "gerr" Kosim meneruskan, "Karena itu, jika sebelum ke Mekah masih merupakan tukang salat, setelah pulang berhaji, insya Allah, kita akan menjadi ahli salat." Amiiin, sambut hadirin. Haji Zainuddin M.Z., yang ceramahnya sudah 27 judul direkam, dikenal pula pandai meramu tema-tema aktual. Gayanya hidup, sehingga pendengarnya sepertl sedang berhadapan dengan film Cosby Sho. "Suaranya berdakwah terkadang seperti Rendra membaca puisi. Bisa juga bak orang tua menasihati anak-anaknya. Bahkan mirip Bung Karno berpidato. Bahasanya segar," begitu kesan pendengarnya di Yogya yang direkam wartawan TEMPO I Made Suarjana. Kaset Zainuddin yang sudah lebih dari sejuta "dimakan" pasar itu direkam Naviri Record di Glodok Plaza, Jakarta. "Heran, kaset dakwah sekarang laku deras," kata Haji Dharmawan Susanto, Dirut Naviri, pada Ahmadie Thaha dari TEMPO. Ia juga produser kaset Kosim Nurzeha. Honor mereka? "Itu rahasia perusahaan." Judul-judul kaset Zainuddin yang paling laris: Hari Kiamat, Bila Alam Mulai Bicara Tujuh Golongan Penghuni Sorga, Arak dan Judi, dan Bila Ajal Tiba. Di Yogya, tiap hari diudarakan Radio Unisi pada pukul 05.15-05.30 dan 15 menit menjelang azan magrib. Menurut manajer siarannya, Cuk Sahana, rata-rata kaset Zainuddin laku 60 buah sehari. Unisi tak membayar apa-apa pada Naviri, tetapi memperoleh royalti dari penjualan kaset lewat studionya. Zainuddin, 36 tahun, sehari-hari pengelola Yayasan Nurul Falah, Jakarta, yang muridnya 1.500 itu. Tapi dakwahnya kian memikat kuping banyak remaja dan mahasiswa. Sebelumnya melorot, setelah kaset-kaset ustad tersebut diudarakan, menurut angket 1987, pendengar Unisi di subuh hari melonjak 94%. "Ia tidak menggurui. Ia mengangkat permasalahan sehari-hari, yang terus dikaitkan dengan Quran dan Hadis," kata Heru Prayogo, mahasiswa Seni Rupa IKIP Yogya. Bahkan dakwah ustad dari Betawi itu juga jadi jam beker. "Dulu saya malas bangun pagi, sekarang setia mendengarkan dakwah Zainuddin," ujar Sunarto, mahasiswa Fakultas Filsafat UGM. Seperti kelompok sandiwara radio Saur Sepuh, Zainuddin, yang pernah di Fakultas Ushuluddin IAIN Jakarta, 10 April ini berapat akbar di Masjid Syuhada dengan pendengarnya di Yogya dan sekitarnya. Z.M.P
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini