Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Rezeki Tambahan Lahan Banjir

Budi daya serat kenaf menguntungkan petani di lahan langganan banjir yang kurang produktif. Berkah bagi petani di bantaran Bengawan Solo.

7 April 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiga mobil pikap beriringan di jalan Desa Pesanggrahan, Kecamatan Laren, Lamongan, Senin pekan lalu. Mobil tersebut mengangkut serat kenaf. Serat kenaf kering itu diikat, dibundel tiap 50 kilogram, lalu ditampung di rumah Nursilah, 51 tahun, ketua kelompok tani Loh Jinawe, petani khusus tanaman kenaf Desa Pesanggrahan.

Rumah Nursilah, yang bercat kuning-cokelat, pada Februari-Maret lalu jadi lebih sibuk dibanding pada bulan-bulan lain. Dari rumah itu bundelan serat kenaf diangkut untuk dijual ke PT Global Agrotex Nusantara (GAN), perusahaan pengolah tanaman kenaf yang berpusat di Malang.

Laren memang salah satu sentra penghasil kenaf turun-temurun sejak masa kolonial Belanda. Di Lamongan luas lahan tanaman kenaf sekitar 1.400 hektare. Februari-Maret adalah masa puncak musim panen kenaf di 11 dari 20 desa di Kecamatan Laren. Desa penghasil kenaf di Laren adalah Pesanggrahan, Jabung, Plangwot, Bulu Tigo, Siser, Mojo Asem, Keduyung, Centini, Duri Kulon, Pajeng, dan Gelap.

Di Pesanggrahan, desa yang dihuni 400 keluarga, misalnya, 80 persen warganya mengolah kenaf. Di desa itu kenaf ditanam di lahan seluas 120 hektare. Mereka menanam kenaf sejak 1982, berselang-seling dengan padi.

Awalnya petani menyetor serat kenaf ke PT Perkebunan Nusantara untuk memenuhi kebutuhan industri pembuatan karung goni. Belakangan, karung goni kalah bersaing dengan karung plastik. Produksi karung goni pun dihentikan.

"Setelah PTPN berhenti berproduksi, kami masuk ke bisnis serat kenaf. Kebetulan saja," kata juru bicara PT GAN, Mochammad Ariefudin, awal Maret lalu. GAN mengambil alih hasil budi daya tanaman kenaf petani pada 1997. Petani yang sebelumnya memasok kenaf ke PTPN lalu menjual hasil tanamannya itu ke GAN.

Setiap tahun GAN menerima dan memproduksi serat kenaf 2.400 ton. GAN memasok kenaf ke PT Toyota Boshoku Indonesia (TBIna). Perusahaan ini memproduksi fiberboard untuk interior mobil. Bagian interior yang menggunakan serat kenaf adalah dashboard, pelapis daun pintu, dan langit-langit. Bukan untuk sembarang kendaraan, serat kenaf dipakai untuk kendaraan premium. Menurut Ariefudin, produsen kendaraan Toyota, Jepang, telah lama menggunakan bahan alami ini sebagai komponen otomotif.

Selain untuk interior kendaraan, kenaf bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku tekstil, seperti jins, geotekstil, dan karpet. Kenaf juga bisa diolah menjadi bubur untuk kertas meterai dan kertas uang.

Bukan hanya seratnya, semua bagian tanaman yang sangat mirip dengan pohon ganja itu bisa dimanfaatkan. Bijinya bisa diolah menjadi alkohol, daunnya untuk bahan baku rokok pengganti tembakau. Batang kayu tanaman kenaf yang menjadi limbah pun bisa diolah menjadi kayu lantai, kemasan kardus, papan partikel, dan serbuk kayu. Namun, karena GAN hanya memasok serat ke TBIna, batang kayunya diolah menjadi serbuk kayu. Selebihnya, kata Arief, batang kenaf dimanfaatkan sebagai kayu bakar.

Untuk TBIna saja, GAN tak sanggup memasok sepenuhnya. Setiap tahun GAN menerima permintaan kenaf 3.000 ton. Tapi yang bisa dipenuhi hanya 2.600 ton. Selebihnya kebutuhan kenaf dipenuhi dengan mengimpor dari Bangladesh dan Vietnam.

Untuk mendongkrak produksi, GAN berusaha mengembangkan kenaf di sejumlah daerah. Selain di Lamongan, di Jawa Timur kenaf diusahakan ditanam di Malang. Sebanyak 30 petani di Singosari menanam kenaf seluas 10 hektare. Di luar Jawa Timur, tanaman serat itu dikembangkan di Goa, Sulawesi Selatan, serta di Kalimantan dan Riau sejak tahun lalu. Namun di Goa dan Kalimantan kenaf tak berkembang maksimal, sehingga hanya bertahan setahun. Sedangkan di Riau perkembangannya optimal. Petani menanam kenaf di sela tanaman kelapa sawit. Luas lahan kenaf di Riau mencapai 300 hektare dan berpotensi dikembangkan menjadi 4.000 hektare.

Di kawasan tertentu yang menjadi langganan banjir sehingga tak produktif, kenaf adalah berkah. Seperti di Laren, tanaman ini memberikan penghasilan tambahan dari lahan yang sebenarnya tak bisa dimanfaatkan untuk tanaman apa pun. Lahan kenaf berada di sepanjang aliran Bengawan Solo.

Sebagian besar persawahan di Laren justru baru ditanami padi jika musim kemarau, tidak seperti daerah lain yang bertanam padi pada musim hujan. Pada musim hujan, sawah Laren tak bisa dimanfaatkan karena terendam air, sehingga tanaman padi rusak. Kenaf satu-satunya tanaman yang dapat tumbuh di lahan yang hampir selalu kebanjiran itu.

Dalam setahun petani Laren menanam padi dan kenaf masing-masing satu kali. Kenaf ditanam setelah panen padi (sekitar September) dan dipanen mendekati kemarau, kira-kira Maret-April. "Ini strategi petani di lahan banjir," kata Wukirlan Hadi Utomo, pengawas tanaman kenaf PT GAN untuk Kecamatan Laren.

Sebagai mitra, GAN menyediakan benih kenaf gratis. Petani menyediakan lahan, pupuk, dan tenaga kerja, dari penanaman, perawatan, panen, hingga pengeringan. Serat kenaf yang sudah kering dikumpulkan di kelompok tani masing-masing dan akan dibeli perusahaan. GAN membeli kenaf menurut harga pasar, sekitar Rp 5.000 per kilogram.

Pambudi, kepala perwakilan PT GAN untuk wilayah Lamongan, mengatakan produksi kenaf tiap tahun tidak sama, tergantung cuaca. Jika pasokan air cukup, satu hektare lahan bisa menghasilkan 1-1,5 ton serat. Pada 2014, produksi kenaf Lamongan menurun. "Karena rendahnya curah hujan," katanya Kamis dua pekan lalu.

Kepala Desa Pesanggrahan Ali Siswanto, 47 tahun, yang menanam kenaf di dua hektare sawahnya, menghasilkan sekitar 3 ton. Dengan harga kenaf Rp 5.500 per kilogram, Ali memperoleh Rp 16,5 juta. Dikurangi biaya produksi sekitar 35 persen untuk ongkos tenaga kerja, ia mengantongi laba bersih lebih dari Rp 10 juta. "Lumayan."

Meski begitu, tak semua petani bersedia menanam kenaf. Kendala yang paling nyata adalah pasokan air. Jika air tak mencukupi, produksi akan menurun dan kualitas kenaf terganggu. "Air dari dam di Bendung Gerak Sungai Bengawan Solo di Kecamatan Babat yang sering dipermainkan," kata Ali. Kadang pintu air ditutup sehingga air yang masuk ke persawahan berkurang. Akibatnya, harga kenaf merosot.

Kendala lain, mereka harus melakukan pekerjaan tambahan pascapanen. Setelah ditanam empat bulan dan siap panen, kenaf harus ditebang dan kulitnya dipisahkan. Kulit kenaf lalu direndam air selama 15-25 hari. Perendaman dilakukan agar kulit kenaf membusuk sehingga menghasilkan serat halus berwarna putih.

Untuk itu petani harus menyediakan kolam perendaman. Pengolahan pascapanen inilah yang dianggap merepotkan dan menambah biaya produksi. "Petani yang tidak terbiasa mengolah serat kenaf enggan menanam lagi," kata Kepala Bagian produksi GAN, Joko Sutrisno.

Peristiwa seperti ini terjadi di Pagak, Kabupaten Malang, tahun lalu. Petani menanam kenaf di lahan 20 hektare. Hasilnya bagus. Tinggi tanaman mencapai enam meter dengan diameter batang lima sentimeter. Padahal rata-rata tinggi tanaman kenaf sekitar empat meter dengan diameter dua sentimeter. Tapi petani ogah menanam lagi karena dibutuhkan tenaga dan biaya tambahan setelah panen.

Persoalan seperti ini sepertinya tidak akan terjadi di Laren. Kolam rendam disediakan oleh alam. Mereka cukup merendamnya di Bengawan Solo. Meski seperti semua serba mudah, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemerintah Kabupaten Lamongan Aris Setiadi mengaku tak tinggal diam. Dinas menyediakan penyuluh pendamping tanaman di lapangan. Tenaga penyuluh bekerja sama dengan PT GAN untuk mempertahankan kualitas tanaman.

Endri Kurniawati, Edo Widyanto, Sujatmiko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus