Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab mengatakan Ijtima Ulama tidak memperjuangkan politik pragmatis, politik identitas, kedinastian, atau politik dagang sapi, dan politik daging babi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ingat Ijtima Ulama IV tidak memperjuangkan politik pragmatis kekuasaan atau politik identitas kedinastian, atau politik dagang sapi, apalagi politik dagang babi,” ujar Rizieq di Ijtima Ulama IV melalui video di Lorin Hotel, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin 5 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rizieq mengatakan, Ijtima memainkan siyasah syariah, yaitu politik syariat yg memperjuangkan nilai keadilan dan kemanusiaan. Acara ini, kata dia, menawarkan agenda kebangkitan Islam dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Untuk itu ia mengharapkan agar pendukungnya di berbagai daerah tetap istiqomah. Dia pun berharap agar Ijtima Ulama ini dapat menghasilkan keputusan yang bisa menjadi pedoman umat Islam, khususnya pengikut FPI, GNPF Ulama, dan PA 212. “Semoga Ijtima Ulama IV ini akan menghasilkan keputusan yang bisa menjadi pedoman,” tuturnya.
Panitia Ijtima Ulama IV, Bernard Abdul Jabar, mengatakan Ijtima kali ini membahas arah perjuangan anggota GNPF Ulama, FPI, dan PA 212. “Insya Allah akan dibahas pula apa-apa saja yang akan dilakukan para ulama dan umat untuk laksanakan kegiatan setelah pilpres. Walaupun kami juga membahas mengenai pilpres yang lalu,” ujar Bernard di lokasi.