Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sahabat Dalam Satu Perahu

Kunjungan 4 hari bekas PM. Jepang Fukuda ke Indonesia untuk meningkatkan peran politik dan ekonomi di Asia Tenggara dan menegaskan bahwa doktrin Fukuda tetap dilanjutkan penggantinya, PM. China. (nas)

14 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA datang menumpang pesawat Garuda. Hanya didampingi 3 orang staf dan 4 anggota Parlemen. Tidak lagi dibawanya air minum, bahan makanan dan juru masak sendiri seperti waktu kunjungannya 2 tahun lalu. Makanannya cukup dipesan dari restoran Yamasato di tempat pengmapannya di Hotel Indonesia Sheraton. Walau disambut sebagai tamu negara tidak resmi, kunjungan 4 hari bekas PM Jepang Fukuda (72 tahun) pekan lalu ke Indonesia dianggapnya sebagai "kunjungan sentimentil." Hanya 2 petugas keamanan berpakaian preman yang mengawalnya selama kunjungannya di sini. Di samping Dirjen Protokol dan Kon suler Deplu Joop Ave dan Dubes Jepang Hidemichi Kira, tampak menyambut kedatangan Fukuda di lapangan terbang Menpen Ali Murtopo dan Mayjen Sudjono Humardani. Sebelum Jakarta, Fukuda telah mengunjungi Singapura dan Bangkok. Apa maksud kunjungannya ke negara-negara Asean? "Fukuda menegaskan lagi bahwa doktrinnya akan dilanjutkan penggantinya PM Ohira," kata Jusuf Wanandi, Direktur Pusat Pengkajian Masalah Strategis dan Internasional (CSIS) yang ikut mengatur kunjungan Fukuda. Artinya, Jepang akan meningkatkan peranannya di bidang ekonomi dan politik dan tetap bertanggungjawab pada kestabilan Asia Tenggara. Doktrin Fukuda ini dijelaskannya pada KTT Asean di Kualalumpur 1977. Sekalipun tidak lagi menjabat PM, kedudukan Fukuda dalam partai Liberal Demokrat yang kini berkuasa di Jepang masih tetap kuat. Menlu Jepang sekarang, Sunao Sonoda, adalah salah satu anggota fraksinya. Penengah "Saya membicarakan usaha untuk meningkatkan perdamaian dan kemakmuran di Asia," ujar Fukuda pada pers seusai pertemuan 1 jamnya dengan Presiden Soeharto di Bina Graha Jum'at pagi lalu. Diakuinya, soal minyak dibicarakannya juga dengan Presiden. Tapi tidak terungkap isi pembicaraanya yang lain, termasuk hasil pertemuannya dengan Ali Murtopo dan Soedjono Humardani. Tampaknya kunjungan Fukuda ini tidak terlepas dari usaha Jepang belakangan ini untuk meningkatkan peran politiknya, terutama di Asia Tenggara. Jepang misalnya telah menerima baik permintaan RRC, untuk menjadi penengah dalam usaha menormalisasikan hubunan RRC-Indonesia. Menlu Sonoda telah menawarkan jasa baik ini pada Presiden Soeharto Juni lalu ketika Presiden berkunjung ke Tokio. Kabarnya Presiden secara tersamar menolaknya dengan dalih 'masih ada masalah dalam negeri Indonesia yang belum memungkinkan." Usaha Jepang ini diulangi beberapa minggu kemudian ketika Sekjen Partai Komeito Jepang, Junya Yano -- yang berperanan penting dalam normalisasi hubungan Beijing-Tokio -- mengunjungi Jakarta dan bertemu Presiden Soeharto. Apakah Fukuda melakukan hal yang sama? "Sejauh yang saya ikuti, Fukuda tidak membicarakan itu. Seandainya benar, Indonesia tidak akan menanggapinya," kata Jusuf Wanandi. Tawaran rujuk dari Cina sering diterima Indonesia. Hampir semua kepala pemerintahan yang mengunjungi Beijing, seperti Malcolm Fraser, Michael Somare dan Hussein Onn, dititipi pesan serupa. Enggan Usaha lain dari Jepang adalah usul yang disodorkan Menlu Sonoda sewaktu bertemu dengan para Menlu Asean di Bali awal bulan ini. Jepang menawarkan pembentukan suatu "Masyarakat Pasifik" yang juga beranggotakan negara-negara Asean. Ditawarkannya juga prakarsa untuk mengadakan konperensi internasional membicarakan masalah Kamboja. "Kita menanggapinya dingin-dingin saja, maka persoalan itu tidak menonjol," kata Menlu Mochtar Kusumaatmadja pada A. Margana dari TEMPO di Bali 2 pekan lalu. Kabarnya Asean enggan membicarakan masalah ini karena situasi Kamboja yang belum jelas. "Selama situasi Kamboja belum menentu, Asean tidak mau membicarakannya dalam suatu konperensi," kata seorang pejabat Deplu. Meski begitu, tidak berarti Jepang gagal mengambil peranan politik di Asia Tenggara. "Pengakuan Jepang atas Wawasan Nusantara merupakan bukti keterlibatan Jepang atas kestabilan wilayah ini," kata Menlu Mochtar. Dalam masalah pengungsi Indocina, Jepang juga berperan penting dengan sumbangan dananya untuk membangun pusat pemrosesan Galang dan kas UNHCR. Kabarnya Asean telah meminta Jepang untuk menekan Vietnam yang kemudian ditanggapinya dengan mengurangi setengah bantuannya pada Vietnam. Mengapa hanya separuh? Dalih Sonoda pada para Menlu Asean "Agar Jepang mempunyai alasan kuat menegor Vietnam." Fukuda menyebut Presiden Soeharto "sahabat lama saya." Sedang hubungan Jepang-Asean dilukiskannya sebagai "dua orang dalam satu perahu." Tampaknya kunjungan Fukuda ke Indonesia, termasuk beristirahat dan main golf selama 2 hari di Bali, dimaksudkan untuk menegaskan komitmennya pada para teman seperahu ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus