Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUARA Refrizal mendadak meninggi tatkala ditanyai soal tindakan saling lapor antarkader Partai Keadilan Sejahtera. Daripada menjelaskan, kader senior partai dakwah tersebut memilih defensif sembari marah-marah. Anggota Majelis Syura PKS ini menuding media sengaja mengipas-ngipasi konflik internal yang merundung partainya. "Kalian, media massa, hanya hendak mengadu domba," kata Refrizal, Selasa pekan lalu.
Anggota Komisi Badan Usaha Milik Negara Dewan Perwakilan Rakyat ini membantah dugaan tentang adanya perseteruan antarkader partai. Menurut dia, justru media yang memperkeruh suasana sehingga "terkesan" sejumlah kadernya berkonflik. "Tidak ada apa-apa!" ujarnya.
Pernyataan Refrizal berbanding terbalik dengan kenyataan yang sebenarnya. Setidaknya menurut Ketua PKS Al-Muzzammil Yusuf. "Biarkan urusan ini menjadi persoalan internal kami," kata Muzzammil.
Menyeruaknya ribut-ribut ini bermula tatkala Wakil Sekretaris Jenderal PKS Mardani Ali Sera mengatakan ada kader yang memprotes Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Keluhan itu disampaikan karena Fahri dianggap terlalu berpihak pada Setya Novanto saat sidang kasus "Papa Minta Saham" di Mahkamah Kehormatan Dewan. "Protes dari kader ya terjadi," ujar Mardani.
Ketidakpuasan kader itu kemudian mampir ke Badan Penegak Disiplin Organisasi. Menurut Mardani, organisasi inilah yang bakal memutuskan apakah ada pelanggaran disiplin oleh anggota PKS. Pernyataan ini membuat Fahri meradang. Menurut dia, badan itu tak berwenang mengevaluasi anggota partai. Fahri menegaskan, yang berhak mengevaluasinya adalah Fraksi PKS di DPR. "Karena saya bernaung di bawah fraksi," katanya. Tak terima perkaranya dibuka di media, Fahri balik melaporkan Muzzammil dan Mardani ke Badan Penegak Disiplin.
Sejumlah kader partai dakwah menuturkan, polemik itu sebenarnya buntut suksesi kepemimpinan partai ini pada Agustus tahun lalu yang tak sepenuhnya memuaskan semua pihak. Setelah sepuluh tahun menjabat Ketua Majelis Syura, Hilmi Aminuddin lengser, digantikan Salim Segaf al-Jufri. Suksesi ini juga diikuti dengan terpilihnya Muhammad Sohibul Iman sebagai Presiden PKS menggantikan Anis Matta.
Perubahan itu, menurut beberapa kader PKS, memunculkan kembali gesekan faksi keadilan dan faksi sejahtera di partai ini. Tak adanya pengurus teras di era Anis Matta, seperti Fahri Hamzah dan Mahfudz Siddiq, menandai tergusurnya faksi sejahtera dari kepengurusan pusat partai. Sebaliknya, nama-nama yang diidentikkan dengan faksi keadilan, seperti Hidayat Nur Wahid dan Al-Muzzammil Yusuf, duduk di struktur inti partai.
Konflik kedua faksi ini menguat saat muncul wacana rotasi pimpinan alat kelengkapan Dewan. Seorang kader menuturkan, faksi sejahtera bereaksi mendengar Fahri hendak digusur dari posisinya sebagai pemimpin Dewan. Kubu ini mengungkit kisah ketika Sohibul Iman menjadi Wakil Ketua DPR saat PKS masih dipimpin Anis Matta. "Posisi Sohibul kala itu tak pernah diotak-atik," ujar politikus ini.
Menyadari hiruk-pikuk ini menjadi santapan media, seorang politikus menuturkan, pengurus pusat melarang kadernya berbicara kepada publik. Karena itu, politikus PKS memilih bungkam saat dimintai konfirmasi mengenai mekanisme penyelesaian kisruh ini. Fahri, misalnya, tak bersedia menjawab ihwal gesekan antarfaksi ini. "Saya sedang ke Bagdad," katanya. Muzzammil setali tiga uang. "Silakan tanyakan kepada presiden atau sekretaris jenderal," ujarnya.
Presiden PKS Sohibul Iman mengatakan tak ingin mengekspos kasus ini ke media. Dia beralasan persoalan yang dihadapi kadernya adalah masalah rumah tangga partai. "Biarkan kami tak terlalu mengeksposnya."
Wayan Agus Purnomo, Egi Adyatama, Mawardah Nur Hanifiyani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo