Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 telah mengumumkan syarat, ketentuan pilihan program studi, dan jadwal pelaksanaan Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). SNBP merupakan jalur seleksi yang dibuka pertama kali sebelum panitia membuka jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dan Seleksi Mandiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk jalur SNBP, panitia mengimbau agar para siswa untuk memilih program studi sesuai minat. Menurut Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB Eduart Wolok, para siswa sebaiknya menyesuaikan program studi dengan mata pelajaran yang diambil ketika di sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jadi jangan sampai ada siswa yang dari SMA-nya sudah tidak mengambil mata pelajaran yang menjadi syarat untuk prodi tertentu, lantas memilih prodi itu,” kata Eduart dalam konferensi pers yang digelar di Kantor Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Rabu, 11 Desember 2024.
Menurut Eduart, terjadi banyak kasus seperti pendaftar SNBP tidak diterima karena mata pelajaran yang mereka kuasai tidak sesuai dengan pilihan program studi. Padahal, kata dia, siswa yang mendaftar memiliki nilai yang bagus.
"Misalnya nih, di SMA tidak pernah mengambil pelajaran kimia, biologi, lantas ketika SNBP memilih kedokteran. Tentu ini untuk nilainya kan tidak mungkin (sesuai),” kata Eduart. Oleh karena itu, Eduart mengatakan nilai rapor tidak bisa menjadi satu-satunya patokan ketika mendaftar SNBP.
Lalu, program studi apa saja yang memiliki tingkat persaingan tinggi? Berdarakan pelaksanaan SNBP 2024, berikut adalah 10 program studi dengan seleksi paling ketat:
1. Manajemen (Universitas Pendidikan Indonesia): 1,12 persen (25 lulus dari 2.227 peserta)
2. Ilmu Komunikasi (Universitas Negeri Jakarta): 1,17 persen (20 lulus dari 1.713 peserta)
3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Universitas Sriwijaya): 1,32 persen (22 lulus dari 1.664 peserta)
4. Kedokteran (Universitas Negeri Semarang): 1,42 persen (10 lulus dari 703 peserta)
5. Manajemen (Universitas Padjajaran): 1,44 persen (26 lulus dari 1.810 peserta)
6. Kedokteran (Universitas Pendidikan Indonesia): 1,45 persen (10 lulus dari 689 peserta)
7. Ilmu Komunikasi (Universitas Pendidikan Indonesia): 1,45 persen (25 lulus dari 1.719 peserta)
8. Farmasi (Universitas Sebelas Maret): 1,47 persen (16 lulus dari 1.090 peserta)
9. Farmasi (UPN Veteran Jakarta): 1,49 persen (12 lulus dari 805 peserta)
10. Keperawatan (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa): 1,56 persen (17 lulus dari 1.089 peserta)
Winda Oktavia berkontribusi dalam penulisan artikel ini.