Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran (Unpad) baru-baru ini mengembangkan metode pemijahan buatan untuk budidaya ikan gabus. Inovasi pemisahan sperma dan telur untuk pembuahan itu dikembangkan oleh tim bernama ‘Striataxmicropeltes’ yang mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perwakilan tim, Muhamad Guntur Masyal, mengatakan teknik pemijahan buatan sangat sulit dilakukan, dan tidak bisa diterapkan untuk semua spesies ikan. “Harapannya inovasi terbaru ini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan nasional,” katanya, melalui keterangan tertulis, Selasa, 30 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terobosan pemijahan ikan itu dikembangkan Guntur bersama Muhamad Rheno Arifat, Firli Aulia Rohmah, Bagus Susilo, dan Putri Berlianita Sudarto. Ide tersebut dikembangkan sebagai solusi penurunan populasi ikan gabus.
Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2022, ekologi dan populasi gabus dikhawatirkan rusak karena populasinya sudah anjlok 15,98 persen secara tahunan. Masyarakat tak berminat membudidayakan ikan ini karena pertumbuhannya yang lamban.
Guntur menyebut peternak gabus di Indonesia umumnya menggunakan metode alami dan semi buatan dalam pemijahan ikan gabus. Artinya, teknik pemijahan buatan pada salah satu jenis ikan genus Channa ini tergolong baru. Tim Striataxmicropeltes dari Unpad menggelar penelitian itu di Laboratorium Kawasan Perikanan Darat Ciparanje FPIK Unpad selama tiga bulan, sejak Mei hingga Juli 2024.
Pemijahan buatan versi mahasiswa Unpad itu diawal dengan seleksi indukan yang telah matang gonad—sebutan untuk salah satu fase pertumbuhan tubuh ikan. Indukan itu diinjeksi dengan hormon gonadotropin sintetik (ovapim) dengan dosis 0,4 mililiter per kilogram (ml/kg) untuk indukan jantan, dan 0,6 ml/kg untuk indukan betina. Perbandingan pengencerannya 1:1 dengan NaCl Fisiologis untuk ovulasi pada indukan ikan.
Pemijahan ikan dilakukan 12 jam setelah penyuntikan hormon. Telur ikan dikeluarkan dengan metode stripping, sedangkan sperma dikeluarkan dengan pembedahan gonad. Telur-telur yang telah difertilisasi dengan sperma nantinya akan dibilas dengan air bersih, sebelum dimasukkan ke dalam akuarium bersuhu 28-30 derajat Celcius.
“Dengan teknik pemijahan buatan yang lebih efisien, kami optimis produksi ikan gabus akan meningkat,” kata Guntur.