SUMARLIN, satu dari trio ekuin terdahulu yang dikenal dengan Trio RMS (Radius-Mooy-Sumarlin), agaknya masih akan mendapat tempat. Ia disebut-sebut bakal menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan. Sebuah sumber TEMPO menyebutkan, kemungkinan besar orang Blitar, Jawa Timur, yang kini berusia 60 tahun itu akan menggantikan posisi Jenderal (Pur) M. Yusuf. Urusan periksa-memeriksa fulus memang bukan barang baru untuk bekas Menteri Keuangan yang pernah dinobatkan sebagai Finance Minister of The Year (1989) oleh majalah Euromoney ini. Oleh majalah yang terbit di AS itu, Sumarlin yang bertubuh kecil dan suka main tenis ini dijuluki Man in a Hurry. Doktor lulusan Pittsburgh University, AS, itu sejak 1970 sudah duduk sebagai Sekretaris Dewan Moneter. Jabatan ini dipegangnya tiga tahun. Dan pada waktu yang sama, ia merangkap sebagai Deputi Ketua Bappenas Bidang Fiskal dan Moneter. Selanjutnya, jabatan Sumarlin tak lepas dari urusan duit dan perencanaan pembangunan. Pada 1973, dia pernah merangkap tiga jabatan: Wakil Ketua Bappenas, Ketua Opstib, dan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara selama sepuluh tahun. Adalah Sumarlin juga yang memimpin operasi penyehatan Pertamina, antara lain memberesi utang tanker, 19 tahun silam. Mantan ketua Bappenas ini termasuk kelompok yang sangat konservatif dan berhati-hati dalam jajaran keuangan. Dengan sederet reputasi tadi, barangkali memang cocok kalau ia diberi tugas memimpin BPK. Yang akan mendampinginya sebagai wakil ketua, disebut-sebut nama bekas Kapolri, Jenderal Pol. Kunarto. Lembaga tinggi negara yang lain yang akan berganti pimpinan adalah Dewan Pertimbangan Agung. Ketua DPA Jenderal (Pur.) M. Panggabean akan segera berakhir masa tugasnya. Calon kuat untuk kursi ketua DPA adalah bekas Menko Polkam Sudomo. Kamis pekan lalu, Sudomo kelihatan menemui Menteri Moerdiono dan keduanya berbicara setengah jam. Namun, tak seperti biasanya, orang Malang ini tak bicara ceplas- ceplos seusai pertemuan. ''Ditawari Presiden? Ah, tidak. Orang saja menduga begitu. Lagi pula saya sudah tua, 66 tahun, meski dari mata ke bawah masih 26 tahun ...,'' kata Sudomo sambil tertawa keras kepada Linda Djalil dari TEMPO. Toh, sebagai prajurit, Sudomo pasti tak akan menolak sebuah tugas. Sebagai pejabat yang sudah lama menjadi pembantu Presiden, Sudomo mungkin pantas menerima tugas Ketua DPA itu. Selepas menjabat KSAL (1969-1973), Sudomo sudah berada di dekat Presiden. Dia pernah menjadi Kaskopkamtib, kemudian Panglima Kopkamtib merangkap Wakil Panglima ABRI (1982-1983). Setelah itu menjadi Menteri Tenaga Kerja. Pendampingnya di DPA, sebagai wakil ketua, disebut-sebut Suhardiman, ketua umum SOKSI. Dan tampaknya masih ada sejumlah mantan pejabat tinggi yang ingin tetap ''beredar''. Salah satu pos yang laris, misalnya duta besar. Orang pun lantas melirik sejumlah mantan menteri yang mungkin layak untuk itu. Yang belakangan beredar di bursa dubes adalah nama Arifin Siregar, bekas Menteri Perdagangan, untuk Amerika Serikat, dan mantan Gubernur BI Adrianus Mooy untuk Masyarakat Eropa (EC). Dan lagi, Sekjen Golkar Rachmat Witoelar pun disebut-sebut calon dubes untuk Moskwa. Bisa jadi, masih ada beberapa mantan pejabat yang akan masuk bursa calon dubes itu. Sementara sederet diplomat karier di Deplu pun menunggu-nunggu. TH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini