Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Terdampak Konflik Antarkampung di Mataram, Para Siswa akan Dapat Trauma Healing

Sebelumnya para siswa sempat belajar di rumah akibat konflik antarkampung di Mataram.

19 Oktober 2023 | 18.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi tawuran. TEMPO/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Konflik antarkampung di Kelurahan Monjok dan Karang Taliwang, Kecamatan Cakranegara Kota Mataram Nusa Tenggara Barat yang terjadi awal Oktober berdampak pada aktivitas pendidikan di wilayah sekitar. Tak hanya terhadap kegiatan belajar di sekolah, para siswa dikhawatirkan mengalami trauma.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram Yusuf mengatakan pihaknya akan melaksanakan kegiatan trauma healing atau pemulihan trauma bagi pelajar yang berada di wilayah konflik itu. "Besok pagi (Jumat 20/10) kegiatan trauma healing kami pusatkan di SMPN 4 Mataram. Insya Allah, Pak Wali Kota Mataram akan hadir memberikan arahan kepada siswa di sekitarnya," kata dia, Kamis, 19 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Yusuf, kegiatan trauma healing itu diberikan untuk memulihkan gangguan psikologis anak-anak akibat kejadian konflik tersebut. Terlebih, mereka sempat harus belajar di rumah selama beberapa hari demi keamanan.

Dinas mencatat sekitar 1.900 siswa, terdiri atas siswa SD dan SMP harus belajar daring setidaknya sejak 7 Oktober. Mereka baru mulai belajar tatap muka kembali pada Senin, 16 Oktober lalu setelah ada jaminan keamanan dari Kepala Polresta Mataram.

"Untuk itulah, guna menghilangkan trauma anak-anak terhadap konflik tersebut, kami laksanakan kegiatan trauma healing, diikuti perwakilan siswa SD dan semua siswa SMPN di wilayah itu," kata Yusuf.

Dalam kegiatan itu, selain akan dibuat pernyataan siswa dari perwakilan lima lingkungan, akan dilaksanakan berbagai permainan. Melalui permainan, diharapkan dapat mengembalikan keceriaan anak-anak dan anak-anak dari dua wilayah konflik bisa membaur serta menyadari bahwa semua siswa bersaudara.

"Dengan demikian anak-anak bisa melupakan konflik yang terjadi di wilayah mereka," kata Yusuf.

Yusuf pun mengimbau kepada masyarakat di dua kampung yang bentrok agar tetap tenang sehingga anak-anak mereka bisa nyaman menuntut ilmu. "Jangan sampai korbankan anak-anak untuk kepentingan kita sebagai orang tua. Tetapi mari kita pikirkan kepentingan dan masa depan anak dan kami tidak ingin anak-anak menjadi korban akibat masalah ini," kata dia.

Adapun konflik antarkampung ini disebut sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu. Penyebabnya diduga karena kasus penganiayaan personal yang merembet menjadi tawuran antarkampung.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus