Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik
Terlibat Jamaah Islamiyah

Berita Tempo Plus

Terstigma JI di Negeri Jiran

Dituduh terlibat Jamaah Islamiyah, enam warga Indonesia ditangkap polisi Malaysia. Benar anggota JI-kah mereka?

15 Maret 2004 | 00.00 WIB

Terstigma JI di Negeri Jiran
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

BILA saja Ahmad Said Maulana tidak dicokok polisi Malaysia, Desember 2003, apa yang terjadi? Bisa-bisa 1 Juli nanti Kepolisian RI memperingati Hari Bhayangkara dalam duka menyayat. Pada hari itu, Ahmad dan lima warga negara Indonesia lainnya berencana menubrukkan bom mobil ke Markas Besar Kepolisian RI.

Ahmad dan kawan-kawan, menurut satu sumber di kepolisian Malaysia yang dikutip AFP, AP, dan Reuters dua pekan lalu, ditangkap di satu kapal pengangkut tenaga kerja ilegal asal Filipina. Waktu itu, kapal lagi merapat di Pelabuhan Sandakan, Negara Bagian Sabah.

"Rencana" tersebut diungkap Ahmad kepada interogator polisi, bulan silam. Jaringan Ahmad, kata sumber di atas, adalah anggota Jamaah Islamiyah (JI) yang baru usai berlatih di kamp militer Moro Islamic Liberation Front (MILF). Seorang di antaranya, Denny, bahkan disebut-sebut sebagai mentornya.

Berita itu kemudian simpang-siur. Selain hanya menyebut satu narasumber anonim, ketiga kantor berita asing tadi alpa mengkonfirmasi pihak Indonesia. Malaysia sendiri membantah menangkap mereka. "Dari mana Anda mendapat kabar? Tidak tepat itu," kata juru bicara Kepolisian Nasional Malaysia, Superintenden Jamshah Mustafa, lewat telepon kepada TEMPO. Namun, saat dicecar, Jamshah langsung memutus hubungan.

Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur dan Konsulat Jenderal RI di Sabah juga menidakkan. Merujuk keterangan Kepolisian Kota Sandakan, Kepala Bidang Penerangan KBRI, Budi Rahardjo, ikut menyanggah. Sebaliknya, Kepala Bidang Konsuler KBRI, Mas Tata Mahron, mengiyakannya. Jumlah tangkapan bahkan bertambah dari 6 ke 20 orang. "Tapi itu soal pelanggaran keimigrasian, bukan terorisme," kata Mas Tata. Menurut dia, penangkapan semacam itu lumrah di sana.

Di Jakarta, juru bicara Departemen Luar Negeri, Marty Natalegawa, justru mengangguk. Katanya, begitu mendengar kabar penangkapan, pihaknya langsung mengkonfirmasi kepolisian Malaysia. "Mereka membenarkan, ada enam warga kita ditahan dengan tuduhan terlibat latihan di kamp militer di Mindanao," kata Marty. Kepolisian Malaysia, ujarnya, bahkan mengundang Kepolisian RI memeriksa langsung keenam orang yang tercokok.

Apakah Malaysia ingin merahasiakan penangkapan tersebut dan baru membukanya setelah terpaksa? "Belum. Saya belum mendengar, belum mendapat kabar," jawab Wakil Kepala Divisi Humas Kepolisian RI, Brigjen Soenarko.

Minus yang dari Marty, keterbatasan informasi mempersulit pengujian kebenaran berita itu. Juga tentang jati diri "Ahmad Said Maulana" dan "Denny". Bahkan para tertuding "terindikasi" JI juga angkat bahu. "Saya tak kenal dia, tak pula pernah mendengarnya," kata Fatimah Zahrah Abdul Aziz, istri Abu Jibril alias Muhammad Iqbal. Warga Indonesia ini dituduh menjadi pelaku terorisme serta terlibat JI dan Kelompok Mujahidin Malaysia.

"Kita belum tahu, malah baru dengar," kata juru bicara Majelis Mujahidin Indonesia, Fauzan al-Anshori. Ustad Fikri Irsyad, pengasuh Pesantren Ngruki, Solo, juga menggeleng. "Kami belum pernah mendengar nama tersebut," ucapnya kepada Imron Rosyid dari TEMPO. Kata Fikri, pihaknya akan membantu bila ada informasi awal bagi pelacakan.

Juru bicara MILF, Eid Kabalu, memang mendengar ada 20 warga Indonesia yang ditahan di Malaysia sejak sekitar dua bulan lalu. Namun ia menyanggah mereka anggota JI asal Indonesia yang baru selesai di-drill di satu kamp MILF. "Mereka mungkin saja sempat ke sini," kata Kabalu, "tapi tentunya tidak kami terima...."

Jangan-jangan mereka cuma penganggur yang lagi mencari pekerjaan. "Begitu masuk Filipina, orang Indonesia langsung kena stigma JI," kata Johannes Manginsela, Deputi Konsul Indonesia di Davao, Filipina. Pada April 2002, empat warga Indonesia juga ditangkap dengan tuduhan menjadi anggota Jamaah Islamiyah dan ikut latihan "baris-berbaris" di Moro. Padahal keempatnya umat Nasrani.

Darmawan Sepriyossa, Faisal Assegaf (TNR)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus