Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rina Trisnawati awalnya hanya ingin mengisi masa pensiun dengan berbisnis kecil-kecilan, yakni membuat camiilan keripik. Dia mulai membangun bisnis Tintin Chips pada 2014 dengan modal Rp 600 ribu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantaran termasuk jenis usaha kecil, wanita 47 tahun itu hanya dibantu oleh adiknya, Wulan Diasari. Mereka menggunakan modal tadi untuk membeli bahan baku dan peralatan memasak, misalnya oven. Rina tak menyangka banyak yang suka dengan keripik Tintin Chips.
"Banyak pesanan tapi yang mengerjakan hanya saya dan keluarga," kata Rina di acara Indonesia Women’s Forum 2018 di Jakarta, beberapa waktu lalu. Lantaran tak sanggup, dia kemudian menggandeng anggota komunitas Ikatan Keluarga Anak Difabel atau IKADK yang dibina oleh Wulan Diasari untuk ambil bagian dalam memproduksi keripik Tintin Chips.
"Jadi sebagian keuntungan yang didapat untuk keperluan anak difabel," ucap Rina Trisnawati. Ide tersebut disambut baik. Sebanyak 40 perempuan yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Anak Difabel mulai membantu proses produksi dengan jam kerja berbeda-beda.
Durasi bekerja para ibu itu tidak lebih dari 4 jam setiap harinya karena harus mengurus anak mereka yang berkebutuhan khusus. "Anak-anak difabel juga membutuhkan perhatian ekstra," kata Rina. Dari bisnis bernilai sosial itu, Rina meraih penghargaan Sabilungan Award 2015 dan Perwira Award 2018.
Para ibu yang membantu membuat Tintin Chips bisa mendapatkan penghasilan tambahan untuk membayar biaya terapi, parenting, pengajian, kelas memasak, sampai tamasya.
Foto 
