Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Dalam rapat kerja kesehatan pada Rabu, 24 April lalu, Jokowi mengatakan, negara kehilangan devisa sebesar US$ 11,5 miliar atau Rp180 triliun karena banyak masyarakat yang memilih berobat ke luar negeri. Jumlah masyarakat yang berobat ke luar negeri mencapai 1 juta lebih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, salah satu alasan masyarakat berobat ke LN karena layanan kesehatan belum merata di semua rumah sakit. Layanan itu seperti bedah jantung, layanan kemoterapi, hingga alat pemeriksaan laboratorium.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Layanan itu belum tersedia di seluruh Rumah Sakit di kabupaten dan kota," kata Siti saat dihubungi, Jumat, 26 April 2024.
Untuk mengatasi hal itu, Kemenkes mendukung Rumah Sakit Umum Daerah di Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Program Pengampuan untuk 4 Penyakit penyebab kematian dan biaya tinggi yakni penyakit jantung, stroke, kanker, dan ginjal.
Dalam progam itu, Kemenkes menyiapkan sarana dan prasarana daerah untuk mendukung ketersediaan Sumber Daya Manusia melaui insentif daerah.
Selain itu, ada penambahan 6 Rumah Sakit vertikal tuk memperluas layanan kesehatan di kawasan timur, yaitu Rumah Sakit Ibu Kota Nusantara, Rumah Sakit di Makassar, Rumah Sakit di Ambon, dan Rumah Sakit di Kupang. "Lalu ada di Rumah Sakit di Papua, dan Rumah Sakit di Surabaya," kata Nadia.
Alasan warga Indonesia berobat ke luar negeri
Koran Tempo edisi 13 Maret 2023 menulis bahwa waktu tunggu penanganan yang lama di rumah-rumah sakit Indonesia menjadi penyebab banyak WNI memilih beroba ke luar negeri. Kementerian Kesehatan mencatat, seorang pasien jantung bisa menunggu sampai tiga tahun untuk bisa mendapat layanan operasi seperti memasang ring.
Hal itu karena hanya ada 10 rumah sakit yang bisa menangani operasi jantung dan 40 rumah sakit yang melayani pemasangan ring. Selain itu, keberadaan rumah sakit tidak merata di seluruh Indonesia dan kebanyakan berpusat di Jakarta.
Setidaknya ada tujuh sebab yang melatarbelakangi keputusan pasien Indonesia berobat ke luar negeri menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RS Bethsaida Gading Serpong, Tangerang, Dasaad Mulijono. Berikut ulasannya:
- Kurangnya mutu pelayanan dan pengawasan kesehatan rumah sakit Indonesia
- Teknologi dan obat-obatan di rumah sakit luar negeri yang diyakini lebih canggih
- Kurang puas terhadap komunikasi dokter dan SDM rumah sakit yang menurut mereka kurang bersahabat
- Ketepatan diagnosis. Sebab, pernah terjadi dokter di Indonesia menyampaikan diagnosis pasien menderita TBC lalu dibawa ke rumah sakit di Singapura. Di Singapura, pasien hanya diberi antibiotik dua minggu dan sudah sembuh. "Ternyata salah diagnosis," kata Dasaad.
- Standar makanan hingga sarana hiburan di rumah sakit luar negeri menciptakan suasana yang menyenangkan selama berobat
- Reputasi kelas dunia
- Testimoni kepuasan dari banyak pihak membuat orang Indonesia makin mantap berobat ke luar negeri.