SEJAK awal tahun ini, SMA Albertus, Malang, seperti tak punya hari libur. Sebab, sekalipun hari Minggu, sekolah yang tergolong elite itu tetap dibanjiri ratusan siswa. Dan, jangan kaget, mereka - semuanya siswa kelas I - bukan datang untuk pelajaran tambahan, tapi tengah menekuni pelajaran baru: Ilmu Komputer. Pelajaran baru itu, yang lagi jadi mode dan biasanya diajarkan mulai dari tinkat kursus sampai akademi, diberikan di sekolah yang terletak di Jalan Dempo, Malang, setiap Minggu. Selama empat jam, para guru yang dibayar khusus oleh sekolah memperkenalkan kepada mereka dasar-dasar ilmu komputer. Yakni mencakup penerapan program bahasa program, dan sistem operasionalnya. Dengan menyewa delapan unit komputer pelbagai merk untuk praktek para siswanya, sekolah itu menambah satu jam pelajaran setlap harinya. Tidak jelas berapa biaya yang keluar untuk menyewa komputer itu. Romo E. Siswanto, Kepala SMA itu, yang ditemui TEMPO, tak mau menyebut berapa jumlah dana yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan tambahan itu. Namun, pengurus sekolah, katanya, menyiapkan dana sekitar Rp 1 juta sebulan untuk keperluan baru itu. Pihak sekolah, tuturnya lagi, sebelumnya telah berunding dengan orangtua siswa dan memutuskan pengutipan dana sebesar Rp 3.000 sebulan dari para orangtua siswa. Dan atas persetujuan mereka pula, kata Romo Siswanto, program itu bisa dilaksanakan. Untuk sementara program baru itu diprioritaskan pada anak-anak kelas satu saja. Siswa kelas II dan III, karena dianggap cukup sibuk dengan pelajaran, masih dibebaskan dari program yang dimasukkan dalam program keterampilan sekolah itu. "Tapi mereka akan dapat kesempatan nanti setelah kurikulum baru dimulai," ujar Romo Siswanto. Dia tampak yakin bahwa program keterampilan baru itu perlu diterima para siswa. "Karena sekarang 'kan zaman serba komputer, jadi siswa sebaiknya dapat tambahan pengetahuan tentang hal itu." Sekalipun tanpa sanksi, sekolah yang terkenal keras itu mengharuskan seluruh siswa kelas I mengikuti program komputer itu. Karena itu, mereka juga diwajibkan membayar biaya tambahan yang sudah ditentukan. Namun, jika mereka membolos, menurut Romo Siswanto, tak bakal mendapat sertifikat dalam ujian yang diselenggarakan tiap akhir semester. Pelajaran baru itu memang program tambahan. Tapi, karena biayanya beitu mahal apakah sudah perlu? Ide memasukkan komputer dalam kegiatan kurikulum sebenarnya datang dari Romo Siswanto sendiri. Dia didukung oleh para pengajar komputer yang kebetulan merupakan alumni SMA Dempo itu. "Komputer itu perlu untuk melatih siswa berpikir logis," kata Ir. Kuswara Setiawan, salah seorang pengajar. Dia menolak anggapan bahwa kegiatan itu akan membebani siswa non-eksakta yang kurang berbakat di bidang itu. Belajar komputer, menurut Kuswara, tak perlu harus pandai matematika atau fisika lebih dulu. "Latihan berpikir logis perlu bukan hanya buat anak IPA, tapi juga IPS," katanya. Dan latihan itu paling baik, katanya, dengan memberikan pengetahuan komputer. Tak jelas benar apakah pendapat Kuswara pernah didiskusikan sebelumnya. Namun, mungkin saja pelajaran komputer itu dalam kurikulum yang akan berlaku tahun pelajaran ini bisa dimasukkan dalam daftar pelajaran pilihan. Pihak Kanwil P & K Jawa Timur yang dihubungi TEMPO tampaknya belum tahu kegiatan baru di Albertus itu. "Saya akan cek dulu. Tapi, kalau tidak membebani kantung orangtua siswa, rasanya tak jadi soal," kata Sugiyo, Kepala Kanwil P & K Jawa Timur. Sementara Sugiyo masih akan mengecek ke Albertus, SMA IPIEMS di Surabaya sudah bersiap mengikuti jejak sekolah Malang itu. Bahkan sekolah yang berada di bawah Yayasan Institut Pendidikan Ilmu Eksakta Menengah Surabaya dan baru berdiri setahun yang lalu itu akan melaksanakan kegiatan itu untuk siswa kelas satu sampai tiga sekaligus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini