SARANG teror! Setelah peristiwa September Hitam, stempel tak enak itulah yang kini diterakan pada negeri ini. Menteri Senior Lee Kuan Yew pun ikut-ikutan. Katanya, Singapura masih berisiko jadi sasaran terorisme karena para pemimpin sel organisasi ekstrem masih bebas berkeliaran di Indonesia.
Minggu sebelumnya, Straits Times memublikasikan sebuah dokumen bersandi Operasi Jibril, yang berisi rencana operasi yang disusun di Solo oleh Jamaah Islamiyah untuk mengebom sekaligus tiga gedung Kedutaan Besar AS?di Singapura, Malaysia, dan Jakarta?4 Desember lampau.
Tudingan yang kelewatan? Untuk itulah Karaniya Dharmasaputra dan Wicaksono dari TEMPO mewawancarai Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), As'at Said. Orang Kudus, Jawa Tengah, 52 tahun ini merupakan orang yang tepat untuk menjelaskan soal peka ini. Ia sudah menggumuli dunia intelijen selama 27 tahun, termasuk mengintai jaringan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Nama lelaki yang besar di keluarga Nahdlatul Ulama ini muncul ketika Presiden Abdurrahman Wahid, Januari 2001, mengangkatnya menjadi orang nomor dua di BIN. Dialah sipil pertama yang berhasil menduduki jabatan yang sebelumnya hanya diduduki jenderal berbintang dua itu. Petikannya:
Benarkah tuduhan Lee Kuan Yew itu?
Hal itu berkait dengan kepentingannya. Kalau Abu Bakar Ba'asyir (pemimpin Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Solo) masih berkeliaran, ya iya. Tapi apa dia sudah melakukan teror? Kan belum. Kalau ada indikasi ke arah sana, pasti kami tindak.
Rumornya, "Dokumen Jibril" itu di-sebarkan Kepala BIN Hendropriyono?
Tidak benar. Itu aneh, wong dia sendiri yang minta saya untuk menganalisisnya. Saya mendapatkan dokumen itu dari anak buah saya, setelah Straits Times memuatnya.
Apakah dokumen itu otentik?
Isi dokumen itu tidak benar. Masa, operasi di tiga tempat dimasukkan dalam satu dokumen? Menurut prinsip keamanan dan intelijen, seharusnya disekat supaya aman. Kalau bisa, sel satu tak mengenal sel yang lain. Keanehan lain: masa, rencana operasi pakai bab pendahuluan segala, ha-ha-ha.... Saya menduga, itu cuma bikinan mereka sendiri.
Siapa mereka itu?
Faksi-faksi DI/TII. Motifnya persaingan di antara mereka untuk saling menjatuhkan. Jamaah Islamiyah sendiri sudah keluar dari Darul Islam tahun 80-an.
Jadi, Jamaah Islamiyah memang eksis di sini?
Jelas ada, meskipun pengikutnya tak banyak lagi. Tapi Darul Islam sebagai sebuah ideologi tetap eksis. Mereka melakukan rekrutmen dan menjaga militansi. Tapi banyak juga yang kini telah bertobat. Kami terus memantau mereka.
Mereka merupakan sel tidur Al-Qaidah seperti digambarkan media Barat?
Ah, itu berlebihan. Wong, ada yang cuma tukang ojek, miskin-miskin.
Tapi rencana peledakan kedutaan Ame-rika di Jakarta memang ada?
Saya tidak pernah mendengarnya. Kami sudah paham gerak-gerik Jamaah itu.
Dalam dokumen itu disebut nama Hambali, penyandang dana kasus bom Natal di Bandung yang tinggal di Malaysia.
Itu salah siapa? Bukan kita yang membesarkan dia. Setelah lama tinggal di Malaysia, dia kembali pada 1998 setelah diampuni Pak Habibie, lalu melakukan regrouping. Dia bukan Direktur Operasi Al-Qaidah di Asia Tenggara. Perannya cuma pendanaan.
Jadi, seberapa besar jaringan Jamaah Islamiyah itu?
Mereka memang punya sayap militer, tapi kecil. Anggotanya anak-anak eks Afganistan. Jaringannya pun longgar dan mereka berpindah-pindah faksi.
Lalu apa peran Abu Bakar Ba'asyir?
Perannya sebagai pemimpin agama. Keluar dari DI/TII, dia mendirikan Jamaah bersama Abdullah Sungkar (pendiri Pesantren Al-Mukmin, Ngruki) dan membesarkannya di Malaysia.
Solo merupakan titik penting?
Dari segi gerakan, iya, tapi apakah pusat militernya di situ? Saya kok tidak percaya.
Di mata intelijen, seberapa bahaya jaringan ini?
Pelaku beberapa peledakan memang diidentifikasi sering kumpul-kumpul dengan jaringan itu. Tapi belum tentu mereka bergerak atas perintah pemimpin Jamaah. Yang paling jelas kaitannya mungkin kasus bom Atrium Senen. Pelakunya merupakan anggota Jamaah Islamiyah Malaysia.
Bagaimana halnya Fathur Rahman Al-Ghozi yang kini ditahan di Manila?
Ya, memang seperti yang telah diberitakan itu. Tapi nama Fathur ini baru terdengar.
Apakah Parlindungan Siregar, orang Bandung yang dihubungkan dengan kerusuhan Poso dan jaringan Al-Qaidah, juga terkait dengan Jamaah Islamiyah?
Hingga kini saya belum melihat sentuhannya. Ini kelompok lain lagi.
Dari daftar aset, adakah rekening dan perusahaan Usamah bin Ladin yang terkait di sini?
Setelah kita cek, tidak ada. Di sini kan bukan tempat yang enak untuk menyimpan duit, haha-ha?.
Jadi, ini cuma kampanye AS?
Saya tidak ngomong begitu. Amerika tahu kita bersepakat memerangi teroris. Kalau mereka bilang tidak, itu mereka pura-pura tidak tahu saja.
Karaniya D Saputra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini