USAHA menyelamatkan penduduk dari gangguan Gunung Merapi rupanya
masih agak berkepanjangan. Contohnya penduduk Desa Gudig dan
Sentong, yang terletak persis di pinggir Kali Krasak, Kelurahan
Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Kedua desa itu dinyatakan amat terancam jika sewaktu-waktu
terjadi banjir lahar dingin. Karena itu setahun yang lalu kedua
desa itu dikosongkan dan 62 KK penghuninya disuruh pindah ke
tempat penampungan.
Tempat penampungan itu diberi nama Panti Pemukiman Bencana Alam,
sekitar « km dari Kali Krasak. Kemudian diresmikan bernama Desa
Bangunrejo. Persoalannya mulai muncul, ketika ternyata penghuni
Desa Bangunrejo sangat betah tinggal di desa baru itu. Padahal
menurut Bupati Sleman, drs. Suyoto Projosuyoto, mereka
dimukimkan di tempat itu hanya untuk sementara, yaitu sekitar, 5
tahun -- sesuai dengan perkembangan Kali Krasak. Selanjutnya
mereka diharap bersedia ditransmigrasikan. "Kami tidak mau
bertransmigrasi," tutur Harman (32) yang berasal dari Desa
Gudig: "di sini tidak pernah kurang makan." Dan memang, di
samping padi kelapa, juga buah salak cukup untuk menghidupi
mereka di tempat baru itu.
Akhir April lalu Menteri Sosial Sapardjo meninjau pemukiman itu.
"Sampai sekarang kesadaran bertransmigrasi belum tinggi, padahal
mereka seharusnya sudah mulai berangsur-angsur dipindahkan,"
lapor Bupati Sleman kepada Sapardjo. Itu artinya kesulitan akan
lebih-lebih lagi jika tiba saatnya 20.000 jiwa penduduk di
kawasan berbahaya Gunung Merapi harus ditransmigrasikan. Dalam
kesempatan itu Menteri Sapardjo menyumbang uang Rp 500.000 untuk
membantu penduduk Bangunrejo yang belum sempat mendirikan rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini