Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa stasiun televisi mengingatkan kembali ke publik sejarah kelam Gerakan 30 September atau G30S menyiarkan film Pengkhianatan G30S/PKI. Dokudrama pesanan pemerintah Orde Baru melalui melalui Perusahaan Pembuatan Film Nasional (PPFN) ini tayang pada 1984, mengisahkan kembali tragedi di dini hari 1 Oktober 1965 tersebut. Produksi film ini menghabiskan dana mencapai Rp 800 juta, angka yang besar saat itu untuk sebuah produksi film.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film Pengkhianatan G30S/PKI ditulis dan disutradarai Arifin C. Noer, serta diproduseri oleh G. Dwipayana. Alurnya dibuat berdasarkan versi resmi menurut pemerintah kala itu, yang ditulis oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh. Keterlibatan Partai Komunis Indonesia atau PKI dalam peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap 6 jenderal, seorang letnan satu, dan seorang polisi tergambar jelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film berdurasi 270 menit ini dibintangi aktor dan aktris kawakan pada masa itu, bahkan beberapa pekerja seni dan sastrawan turut terlibat, sebut saja Amoroso Katamsi, Umar Kayam, Su’bah Asa, Amoroso Katamsi, Wawan Wanisar, dan Ade Irawan.
1. Umar Kayam sebagai Sukarno
Umar Kayam merupakan seorang penulis, budayawan, dan akademisi. Pria kelahiran 30 April 1932 ini berkarier sebagai Guru Besar Fakultas Sastra, kini Fakultas Ilmu Budaya, di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Khayam terkenal berkat novelnya, Para Priyayi (1991), dan kumpulan esainya yang terbit di Tempo dan Kedaulatan Rakyat.
Mengutip Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978 dalam Sinematek Indonesia & Badan Penelitian dan Pengembangan, Penerangan, Departemen Penerangan RI, Kayam pernah terlibat di beberapa film. Dalam Film Pengkhianatan G30S/PKI dia berperan sebagai Presiden Sukarno. Selain itu, Kayam juga pernah menjadi pemeran pembantu dalam Karmila (1974) dan Kugapai Cintamu (1976). Umar Kayam yang juga kakek Nino Kayam ini meninggal pada 16 Maret 2002.
2. Syu’bah Asa sebagai DN Aidit
Syu’bah Asa merupakan seorang sastrawan, seniman, dan wartawan senior Indonesia kelahiran 21 Desember 1941. Dia pernah menjadi redaktur TEMPO sejak 1971 hingga 1987. Syu’bah aktif di Teater Muslim dan Bengkel Teater di Yogyakarta pada 1950 hingga 1969. Pada era 1970-an, pernah juga menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta.
Syu’bah juga menulis sejumlah novel, di antaranya Cerita di Pagi Cerah (1960). Selain itu, dia juga banyak menulis kolom, termasuk juga puitisasi ayat-ayat Alquran dan menerjemahkan karya klasik berbahasa Arab ke bahasa Indonesia. Karyanya antara lain Asraful Anam dan Qasidah Barzanji. Dalam film Pengkhianatan G30S/PKI, Syu’bah berperan sebagai tokoh pemimpin PKI DN Aidit.
3. Amoroso Katamsi sebagai Soeharto
Amoroso Katamsi adalah seorang pemeran berkebangsaan Indonesia kelahiran 21 Oktober 1938. Dia dikenal lewat film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI yang mana berperan sebagai Soeharto. Demi perannya, Laksamana Pertama TNI ini sampai menghabiskan waktu seharian bersama Soeharto di peternakan Tapos, Bogor, Jawa Barat untuk mengobservasi perilaku tokoh yang diperankannya itu.
4. Wawan Wanisar sebagai Pierre Andries Tendean
Wawan Wanisar merupakan aktor kelahiran 13 Desember 1949. Wawan meninggal dunia pada Senin, 29 Maret 2021. Dia mengawali karier aktingnya dalam film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI berperan sebagai Letnan Satu Pierre Tendean. Pierre adalah seorang perwira militer Indonesia yang menjadi salah satu korban peristiwa G30S 1965.
5. Ade Irawan sebagai Johana Nasution
Arzia Dahar atau lebih dikenal sebagai nama panggung Ade Irawan merupakan aktris kelahiran 5 April 1937. Ade meninggal pada 17 Januari 2020. Dalam film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI, Ade berperan sebagai istri Jenderal A.H Nasution, Johana Nasution. Salah satu adegan epik Ade di film ini adalah saat memerankanmenggendong Ade Irma Suryani yang telah berlumuran darah karena ditembak pasukan Cakrabirawa. Dikisahkan bahwa saat proses syuting, akting Ade dilihat langsung oleh Jenderal Nasution bersama istrinya.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.