Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pematung muda Alfiah Rahdini membuat patung Sailor Moon berhijab. Karyanya dipajang keliling di empat taman di Bandung untuk pameran Koganecho Art Bazaar di Jepang awal November 2020. Gagasannya memancing tanggapan publik soal kontroversi patung di tempat umum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Patung berjudul Sailormoonah itu seukuran orang. Alfiah menjadikan tubuhnya sendiri sebagai model. Berkostum khas Sailor Moon, seorang gadis dalam tokoh komik dan animasi kartun Jepang, tapi rok mininya diganti jadi memanjang sampai ke betis karena telah hijrah. Berpose seperti gaya kekinian anak muda yang siap difoto, jari telunjuk dan tengah kanan tangannya terentang di sisi mata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tinggi total patung Sailormoonah yang ditopang kotak berukuran 1,2 x 1,2 meter mencapai 2,7 meter. Karya dari bahan resin itu seluruhnya berwarna kelabu. Tujuannya untuk menguatkan kesan dari keinginannya meniru gaya patung klasik yang bermaterial logam atau batu.
“Kalau diwarna lain akan terlihat sangat pop dan bisa terkesan sculpture action figure,” kata Alfiah, Senin, 26 Oktober 2020.
Coretan penilaian warga untuk patung Sailor Moon berhijab yang dipasang sementara di sebuah taman kota di Bandung, Ahad, 25 Oktober 2020. Patung ini akan jadi bagian dari Koganecho Art Bazaar di Yokohama, Jepang, November 2020. TEMPO/Prima Mulia
Sosok seperti Sailormoonah sebenarnya tak asing, khususnya di kalangan anak muda penggemar cosplay. Mereka berkostum seperti sosok jagoan idolanya di komik atau film kartun pada acara khusus atau lomba. Sekitar 2-3 tahun lalu ketika marak budaya pop Jepang, sebagian pemakai hijab pun ikut bergaya seperti itu. Bahkan kostum khusus Sailor Moon untuk hijabers sampai kini masih dijajakan di toko daring.
Tapi Alfiah tidak membahas fenomena itu. Lulusan Seni Patung Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB berusia 30 tahun itu lebih tertarik ke soal penerimaan patung di ruang publik oleh warga. Ada beberapa pertanyaan di bagian bawah patungnya, seperti apakah patung Sailormoonah aman atau tidak kalau dipasang. Pertanyaan provokatif lainnya yaitu apakah patung itu perlu dirobohkan atau tidak.
Untuk mendapatkan jawaban itu dari warga, Sailormoonah dipajang berkeliling di empat tempat. Bersama timnya Al-Toransufuoomu Project, pemasangannya di Taman Cikapayang Jalan Dago, juga Taman Film dan Skatepark di kolong jalan layang Pasteur-Surapati pada Sabtu, 24 Oktober. Kemudian di Taman Vanda dan Taman Superhero, Ahad 25 Oktober 2020.
Dari temuan di lapangan, mayoritas warga yang menanggapi patung Sailormoonah suka dan menyatakan aman kalau dipasang.
Warga berfoto dengan patung Sailor Moon berhijab di sebuah taman kota di Bandung, Ahad, 25 Oktober 2020. Patung bernama Sailormoonah ini adalah karya perupa Alfiah Rahdini dan Al Toransufuoomu Project. TEMPO/Prima Mulia
“Ada yang tidak suka dan lebih baik nggak usah ada patung,” kata Alfiah. Dia mengaku senang dengan jawaban warga yang beragam seperti itu dan masih penasaran pada orang yang kontra.
Interaksi dan tanggapan warga serta wawancara yang direkam video dari pameran Sailormoonah itu akan dikirimkan ke Koganecho Art Bazaar di Jepang. Karya video dan patungnya dalam bentuk video mapping akan tampil di gelombang kedua sepanjang November 2020. “Bentuk karyanya jadi instalasi video,” kata Alfiah.
Mendaftar sejak Januari lalu, panitia semula akan mengundang peserta dari berbagai negara sebagai seniman tamu untuk berkarya dan memajangnya di Jepang. Namun program itu gagal karena pandemi Covid-19.
Akhirnya setiap seniman hanya bisa berkarya di tempatnya masing-masing lalu karyanya direkam video untuk dipamerkan di sana.
Perubahan itu membuat Alfiah mengubah konsep karya patungnya. Dia kemudian memilih untuk menggabungkan soal keberadaan patung di ruang publik dengan konteks agama, budaya, etnisitas, vandalisme, juga kontroversinya serta budaya Jepang seperti anime yang masuk ke Indonesia seperti di Bandung.
ANWAR SISWADI