Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

TNI-Polri Kuasai Markas TPNPB-OPM Pimpinan Egianus Kogoya, Bagaimana Nasib Pilot Susi Air?

Komandan pasukan TNI-Polri menantang pimpinan TPNPB-OPM, Egianus Kogoya, untuk membuktikan ucapannya.

11 Maret 2023 | 14.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Brigadir Jenderal TNI Juinta Omboh Sembiring menyatakan tim gabungan TNI-Polri sudah menguasai Kampung Aluguru, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, yang menjadi persembunyian dan markas Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pimpinan Egianus Kogoya. Meskipun demikian, pasukan gabungan belum dapat menyelamatkan Pilot Susi Air, Kapten Philips Max Mehrtens, yang disandera kelompok tersebut sejak awal Februari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juinta yang merupakan komandan operasi pembebasan Philips menantang Egianus Kogoya untuk membuktikan ancamannya agar pasuka TNI-Polri tidak memasuki Kampung Aluguru. Dia menyatakan Egianus sempat memviralkan video tersebut di dunia maya.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Maka (saya) sampaikan kepada KST (Kelompok Separatis Teroris) Egianus Kogoya buktikan omongannya, bahwa Aluguru sudah dikuasai dan duduki tim gabungan TNI-Polri," kata Komandan Resor Militer 172/PWY tersebut dalam keterangan resminya, Jumat, 10 Maret 2023. 

Pemerintah dimina membuka Kampung Aluguru dari keterisolasian

Sembiring menyatakan bahwa kelompok Egianus Kogoya telah menjadikan Aluguru sebagai markasnya selama lima tahun terakhir. Setelah daerah ini dikuasai TNI-Polri, Sembiring menyampaikan kepada Bupati Nduga untuk membangun Aluguru yang subur untuk daerah pertanian dan perkebunan. Pasalnya, selama dikuasai KST, warga Aluguru sulit mencari nafkah dan anak-anaknya tidak bisa bersekolah.

"Karena sejak kurang lebih 5 tahun dijadikan markas oleh KST, membuat masyarakat sulit mencari nafkah, anak-anak kecil tidak sekolah dan kegiatan lainnya terganggu. Untuk itu perlu kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Nduga dengan Pemerintah Pusat untuk membuka isolasi ke Kampung Aluguru dengan membangun jembatan agar stigma Aluguru merupakan markas KST dapat hilang,” kata dia. 

Ia pun mengultimatum kelompok Egianus Kogoya dan Elkius Kobak untuk tidak membunuh warga sipil. Juinta juga menyatakan kepada keduanya untuk mencari lawan yang sepadan untuk bertempur.

“Karena masyarakat hidup untuk bekerja memenuhi nafkah keluarganya,” kata dia.

Juinta Sembiring ceritakan pembunuhan warga sipil oleh kelompok Kogoya

Juinta pun menceritakan kisah pembunuhan yang pernah dilakukan pasukan TPNPB-OPM pimpinan Kogoya terhadap seorang pendeta asal Kampung Wosak beberapa waktu lalu. Dia menyatakan pendeta yang menasihati Kogoya untuk tak membunuh itu justru ditembak hingga mati. 

Selain itu, menurut Juinta, kelompok yang sama sempat melakukan pembunuhan terhadap seorang akan kecil pada Februari 2023. Anak dari tokoh masyarakat Kampung Pimbinom bernama Yuangga Tabuni tersebut, menurut dia, dibunuh karena penduduk kampung itu tidak mampu memberi makan kelompok Egianus Kogoya.

Brigjen JO Sembiring mengatakan TNI-Polri mengalami kendala untuk memberantas kelompok Kogoya karena mereka selalu membawa anak kecil dan perempuan untuk dijadikan tameng hidup.

"Namun saya sampaikan semua itu adalah tantangan sehingga saya tekankan kepada prajurit dalam bertempur harus cerdas dengan sasaran terpilih. Dan sampai saat ini sudah profesional dengan tidak melakukan bombardir pemukiman dan tidak membakar rumah maupun honai milik masyarakat karena masyarakat tidak semua mendukung kepada KST, namun karena takut,” tutur Sembiring.

Selanjutnya, nasib Pilot Susi Air

Terkait perkembangan penyelamatan Kapten Philips Max Mehrtens, Juinta mengatakan hal itu masih berlangsung. Dia menyatakan bahwa penyelamatan pilot berkewarganegaraan Selaindia Baru itu menjadi tugas pokok tim gabungan TNI-Polri yang dia pimpin. 

Dia menyatakan sejauh ini, pihaknya berhasil memecah belah kekuatan TPNPB-OPM pimpinan Egianus Kogoya yang menyandera Pilot Susi Air tersebut. 

"Sampai saat ini diperoleh indikasi KST Egianus Kogoya berupaya memecah konsentrasi aparat keamanan dan posisinya berpindah-pindah. 
Kita juga sudah bisa memecah kekuatan KST untuk tidak bersatu," kata dia. 

Sembiring mengatakan hasil investigasi di Yahukimo menemukan kelompok-kelompok OPM di Yahukimo ada yang merupakan pecahan dari pasukan Egianus Kogoya. Kelompok Separatis Teroris (KST) ini, kata dia, sengaja memutarbalikkan fakta dan memprovokasi.

"Aksi teror Egianus Kogoya terus berlanjut. Untuk itu saya mengimbau kepada masyarakat agar berani melapor kepada aparat keamanan apabila ada kelompok KST masuk ke kampung dengan memanfaatkan alat komunikasi yang ada di desa dan distrik. Jadi masyarakat jangan takut dan melaporkan kepada aparat keamanan,” ujar dia.

TPNPB-OPM menyandera Kapten Philips Max Mehrtens sejak 7 Februari 2023. Panyendaraan itu bermula ketika Philips mendaratkan pesawat Susi Air yang dia kemudikan di Bandara Paro, Kabupaten Nduga. Pasukan pimpinan Egianus Kogoya langsung menyergap pesawat tersebut dan membakarnya. Setelah melepaskan para penumpang, mereka lantas menyandera Philips hingga saat ini. 

Eka Yudha Saputra

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus