Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Cina dan Penurunan Rantai Produksi Global

Selama lebih dari satu dasawarsa Cina telah dihantui jebakan pendapatan di bawah tingkat pendapatan negara maju (middle income trap).

7 Januari 2020 | 06.57 WIB

Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina semakin memanas.
Perbesar
Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina semakin memanas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Tri Winarno
Pengamat Kebijakan Ekonomi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Selama lebih dari satu dasawarsa Cina telah dihantui jebakan pendapatan di bawah tingkat pendapatan negara maju (middle income trap). Namun akhirnya negara tersebut mampu mengatasinya. Meski demikian, model pertumbuhan Negeri Panda dan integrasi ekonominya ke dalam rantai produksi global sedang menghadapi tantangan dari berbagai front. Bagaimana Cina menanggapi tantangan tersebut akan menentukan kecepatan pertumbuhan ekonominya dan pertumbuhan ekonomi global.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sebelum krisis global 2008 terjadi, rantai produksi global (global value chains) berkembang dengan pesat, yang akhirnya mentok di kisaran 70 persen dari perdagangan internasional.

Namun, setelah itu, rantai tersebut berhenti dan semakin lambat. Penyebab utamanya adalah perubahan orientasi sistem produksi di Cina, yang secara radikal telah mengurangi pemakaian input antara yang bersumber dari impor dengan memproduksi sendiri kebutuhan input produksinya dan meningkatkan ekspor input antara dalam proses produksi global.

Akibatnya, Asia, yang dulu menjadi pemasok utama input antara ke Cina, sekarang pangsa rantai produksi globalnya semakin kecil, sehingga ekspor mereka ke Cina semakin lambat. Pada waktu bersamaan, ketergantungan Eropa pada Cina semakin meningkat, sehingga rantai produksi dari dalam Eropa sendiri menyusut. Amerika Serikat juga telah menyerap peningkatan input antara dari Cina, sehingga pangsa rantai produksi global Amerika semakin tergerus.

Dampak total dari fenomena ini adalah, menurut catatan Alicia Garcia-Herrero dari Bruegel, Cina semakin tidak bergantung pada dunia, dan dunia semakin bergantung pada Cina. Dengan demikian, sistem produksi lintas batas sekarang semakin kompetitif, efisien, dan seimbang, tidak terkonsentrasi hanya di belahan bumi utara.

Namun model rantai produksi global tersebut semakin rentan terhadap konflik geopolitik dan geoekonomi. Mengingat kerentanan tersebut, pemain-pemain Cina akan semakin meningkatkan kemampuan rantai produksinya sendiri, yang akan berakibat semakin surutnya rantai produksi global hingga batas minimal.

Di samping itu, Cina sedang mengubah model pertumbuhan ekonominya, dari ketergantungan pada investasi menjadi semakin mengandalkan inovasi. Agar strategi itu berhasil, Cina bergantung pada kompetisi antar-perusahaan dalam sistem ekonominya. Padahal saat ini Cina sedang menghadapi masalah dalam menyalurkan kredit ke perusahaan usaha mikro, kecil, dan menengahnya. Masalah utamanya adalah bagaimana terlepas dari perusahaan yang produktivitasnya rendah, yang selama ini sangat bergantung pada topangan kebijakan. Cina diperkirakan semakin mengandalkan kompetisi pada perusahaan-perusahaan dan meningkatkan iklim investasi di seluruh sektor ekonomi.

Secara umum, perubahan teknologi yang cepat telah menjadi tantangan utama rantai produksi global saat ini. Pergeseran dari transfer barang dan jasa ke informasi semakin memperparah fragmentasi akibat meningkatnya spesialisasi rantai produksi. Daripada memproduksi mobil secara utuh, suatu negara cukup berfokus pada produksi suku cadang tertentu, seperti gearbox atau transmisi, sebagai bagian dari rantai produksi global.

Namun robot dan kecerdasan buatan akan semakin mengacaukan rantai produksi global tersebut. Selain itu, Cina sedang melakukan investasi besar-besaran pada teknologi itu, yang akan semakin mengukuhkan Cina terlepas dari rantai produksi global.

Akselerasi perubahan teknologi akan mengakibatkan perubahan yang semakin cepat terhadap pekerja, karier, dan jabatan, yang berarti semakin meningkatkan ketidakpastian pekerja. Yang lebih buruk lagi, ketimpangan pendapatan akan semakin lebar dan pola pertumbuhan semakin memperluas disparitas regional di seluruh dunia. Pasar tenaga kerja, baik di negara maju maupun negara berkembang, semakin terpolarisasi karena lenyapnya pekerjaan keahlian menengah. Ketegangan sosial yang semakin tinggi akan semakin memicu politik populis yang menuntut pemerataan kesempatan dan peningkatan jaring keamanan sosial.

Meski demikian, ancaman terbesar saat ini terhadap rantai produksi global dan peran Cina berasal dari kebijakan pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump. Dengan menutup pasokan untuk Cina dalam rantai produksi yang berasal dari Amerika, Amerika dengan sengaja memaksa Cina keluar dari ketergantungannya kepada Negeri Abang Sam.

Hal ini justru memaksa Cina semakin aktif dalam menentukan wajah baru multilateralisme abad ke-21. Selain itu, ini merupakan kesempatan bagi Cina untuk memperluas jaringan produksinya di Asia sehingga akan semakin mengurangi ketergantungan pada Amerika dan negara Barat. Dengan demikian, hubungan Cina dengan Asia akan semakin meningkat dan pada akhirnya standar teknologi di Asia akan mengacu pada Cina, yang sangat berdampak signifikan terhadap tatanan ekonomi global sekarang dan masa mendatang. Proses menuju ke arah tersebut baru dimulai.

Pada akhirnya, Cina semakin memahami bahwa ketegangan antara negara tersebut dan Amerika berakar dari perbedaan sistem politik mereka. Tanpa ada kemauan Cina untuk meliberalisasi sistem otoritariannya, dapat dipastikan transformasi yang dialami oleh ekonomi global saat ini dan masa mendatang tidak bakal mulus.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus