Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Jangan Teperdaya Gimik Kampanye

Kubu calon presiden-wakil presiden serta partai berlebihan menonjolkan gimik kampanye. Hanya memanfaatkan suara anak muda.

3 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tempo/Kendra Paramita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUKANNYA bersaing menunjukkan kampanye berkualitas dalam Pemilihan Umum 2024, para calon presiden-wakil presiden malah berlomba-lomba menonjolkan gimik. Demi menggaet suara anak muda yang jumlahnya mencapai 52 persen dari total pemilih nasional, mereka lebih berfokus pada atraksi dan jargon. Kampanye yang seharusnya mempertontonkan adu gagasan justru menjadi ajang pertempuran narasi kosong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiga kubu capres-cawapres kian kencang berkampanye di berbagai platform media sosial yang disukai anak muda. Sigi Polling Institute menunjukkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berhasil menarik perhatian kelompok milenial kelahiran 1981-1996 dan generasi Z (1997-2012) dengan gimik gemoy—artinya “menggemaskan”. Prabowo-Gibran pun mendominasi berbagai media sosial, seperti TikTok (50,6 persen). Sementara itu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. masing-masing memperoleh 20,9 dan 20,3 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penggunaan gimik dalam kampanye sebenarnya sah-sah saja untuk memancing perhatian dan menimbulkan kesukaan. Namun penggunaan jargon seperti “gemoy”, “slepet” (Anies-Muhaimin), dan“sat-set” (Ganjar-Mahfud) yang berlebihan tanpa menyajikan materi substansial menunjukkan para calon tersebut miskin gagasan. Cara itu juga mengalihkan atensi anak muda dari program dan rekam jejak mereka. Survei Polling Institute pun mencatat banyak anak muda penggemar Prabowo tak memperhatikan program yang akan dijalankan Menteri Pertahanan itu.

Partai-partai pun menempuh strategi yang sama untuk mendulang suara anak muda. Partai Amanat Nasional, misalnya, sibuk dengan joget “PAN-PAN-PAN” yang juga tak substansial. Begitu pula Partai Solidaritas Indonesia yang memunculkan slogan politik santuy alias santai. Ini moto yang seolah-olah menyembunyikan fakta bahwa putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, bisa menjadi Ketua Umum PSI dengan melompati banyak kader di partai itu hanya dalam hitungan hari.

Cara para calon dan partai yang lebih menonjolkan gimik memperlihatkan bagaimana mereka memandang anak muda: sebatas angka potensial untuk meraih kekuasaan. Padahal generasi muda bakal berhadapan dengan berbagai persoalan berat yang juga merupakan warisan dari pemerintah saat ini. Misalnya, lapangan kerja yang kian kompetitif ataupun kerusakan lingkungan. Belum lagi pembatasan ruang berekspresi, seperti intimidasi terhadap mahasiswa yang mengkritik pemerintah.

Para calon, juga partai, kerap berteriak lantang soal pentingnya membangun generasi emas. Namun mereka yang menggunakan gimik berlebihan justru tak memaparkan dengan rinci bagaimana memberdayakan anak muda untuk mencapai tujuan tersebut. Boleh dibilang mereka hanya menunggangi kaum milenial serta Gen Z untuk kepentingan elektoral belaka. Mereka sedang bergaya sok muda tanpa memikirkan kepentingan generasi muda sesungguhnya.

Kunci perbaikan sesungguhnya ada pada milenial dan Gen Z itu sendiri. Pada masa kelam demokrasi saat ini, anak muda bakal menjadi penentu. Bukan hanya untuk memilih calon terbaik, tapi juga menentukan nasib mereka sendiri. Semua itu bisa dimulai dengan bersikap kritis, tidak santuy terhadap jargon seperti “gemoy”, “slepet”, atau “sat-set” yang sebenarnya miskin gagasan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus