APA sih artinya sebuah logo atau lambang organisasi itu? Macam-macam. Tafsirnya pun macam-macam. Ada yang bilang, setangkai gandum itu lambang kesejahteraan. Tctapi ada juga yang bilang, lambang kesejahteraan adalah setangkai padi. Bahkan, harga logo pun macam-macam. Sebuah pabrik mi kering cukup menyuruh anaknya yang nilai gambarnya di SMP selalu delapan untuk menggambarkan lambang. Tetapi Bir Bintang, kabarnya, membayar Rp 150 juta untuk logo bintangnya yang baru. Pendesain logo baru itu adalah yang juga mendesain logo baru Fuji Film. Bank Duta Ekonomi pun tak segan-segan membayar mahal sebuah blro konsultan Inggeris untuk mengganti logonya, sekaligus memperbaiki citra perusahaan. Biro konsultan itu dipilih karena sebelumnya telah melakukan hal yang sama untuk Chartered Bank. Bagi perusahaan yang berkepentingan dengan citranya, logo tentulah bukan hal yang sepele. Baru-baru ini di Amerika Serikat terjadi kasus logo yang bikin repot pemiliknya. Procter & Gamble, sebuah konglomerasi yang produknya antara lain kita kenal di sini sabun Camay - sedang kebakaran jenggot gara-gara logonya yang menggambarkan wajah pria berjenggot di permukaan bulan dengan 13 bintang itu dianggap sebagai lambang pemujaan setan. Entah dari mana desas-desus itu menyebar, logo yang sudah dipakai selama 103 tahun oleh Procter & Gamble itu tiba-tiba membuat setori. Mulai 1982 muncul selebaran gelap yang menuduh pemujaan setan itu terhadap P & G. Katanya, bila dilihat di cermin, jenggot pria bulan itu akan tampak seperti huruf 666 - lambang anti-Yesus. Padahal, Prince of Darkness itu hanya imajinasi seorang artis abad lalu. Sedangkan 13 bintang itu melambangkan jumlah koloni Amerika Serikat pada waktu itu. P & G lalu membuka jalur telepon gratis untuk konsumennya yang ingin minta penjelasan langsung dari perusahaan. Tiap bulan 15 ribu dering telepon membanjiri markas besar P & G untuk menanyakan hal itu. Bagian humas P & G menjadi sibuk menjelaskan bahwa gambar pria bulan dengan rambut dan jenggot itu justru lebih mengasosiasikan shampoo, salah satu produk P & G, ketimbang lambang pemujaan setan. P & G bahkan telah menyewa beberapa detektif partikelir yang disebar ke seluruh dunia untuk mencari sumber desas-desus. Maklum, mereka lebih percaya bahwa desas-desus itu disengaja oleh pihak tertentu yang menginginkan keambrukan P & G. (Selama tiga tahun ini memang keuntungan P & G terus merosot, sekalipun volume penjualan meningkat!). Teror dan sabotase memang sudah masuk dalam acara pemasaran internaslonal. Tetapi, P & G akhirnya menyerah. Para detektifnya, yang mungkin hanya sekaliber Charlie's Angels, tak berhasil menemukan dapur desas-desus yang merugikan konglomerasi raksasa itu. Mereka akhirnya memutuskan untuk melepas logo yang sudah dipakai seabad lebih itu dari produk-produk mereka, dan menggantinya dengan logo baru. Tetapi logo lama masih akan tetap dipakai pada kepala surat. "Demi keantikan, dan sekaligus untuk membuktikan bahwa akal sehat tak perlu menyerah pada isapan jempol tolol semacam itu," kata salah seorang pejabat P & G. Logo yang baik bisa bertahan puluhan, bahkan ratusan tahun. Tetapi dalam perjalanannya sering juga tersandung batu. Partai Persatuan Pembangunan, karena suatu hal, baru-baru ini terpaksa mengganti logonya dari gambar ka'bah menjadi gambar bintang. Pada 1976, NBC (sebuah stasiun pemancar televisi di Amerika) membayar sebuah biro konsultan untuk memoles citranya. Psikolog, ahli riset pemasaran, dan para perancang grafis bekerja berbulan-bulan - tentu saja dengan biaya berjuta-juta - untuk menampilkan sebuah logo yang keren. Eh, tidak tahunya ada sebuah pemancar radio kecil di Nebraska yang telah menggunakan logo yang mirip (dan, dengan ongkos hanya beberapa ratus dolar). Coca-Cola pun pernah pada suatu saat menghadapi masalah logonya yang dijiplak orang. Coca-Cola angkat kaki dari India pada 1970. Tetapi, seorang Sikh yang berhasil mendapatkan resep dan formula Coca-Cola lalu meneruskan produksi. Minuman botolnya itu diberi merk Campa Cola, dengan bentuk grafis yang mirip dengan Coca-Cola. Percuma berhadapan dengan India, pikir Coca-Cola, yang mendiamkan saja gejala itu. Mereka baru kaget ketika menemukan Campa Cola tak hanya beredar di India, tetapi juga di Inggris, Negeri Belanda, dan Afrika Timur. Soalnya, terutama di Inggris, ada tarikan etnis dari orang-orang India yang bermukim. Campa bahkan akan merebut pasar Pepsi Cola di Uni Soviet. Coca-Cola tambah tersundut ketika di Nigeria Campa Cola mendirikan pabrik hanya empat blok jaraknya dari pabrik Coca-Cola. Nah, lu! Bondan Winarmo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini