Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Perlu pertimbangan yang matang

Pro dan kontra rencana pembangunan megaproyek PLTN di gunung muria. ada yang diuntungkan dan sebaliknya. kebocoran reaktor nuklir chernobyl menimbulkan derita seumur hidup.

12 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada awal tahun 1994, surat kabar dan majalah meramaikan pro dan kontra rencana pembangunan megaproyek PLTN di Gunung Muria. Bila dilihat sepintas, kelompok yang setuju dengan pembangunan PLTN adalah orang-orang yang merasa diuntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, tanpa melihat dampak yang timbul. Keuntungan tersebut tidak hanya berupa uang, tapi juga gengsi dan posisi. Lepas dari pro dan kontra tentang rencana pembangunan PLTN di Gunung Muria tersebut, saya mengajak para pembaca melihat kembali peristiwa yang ada hubungannya dengan tenaga nuklir, misalnya peristiwa bocornya reaktor atom di Chernobyl, kota di bekas negara Uni Soviet. Kebocoran itu mengakibatkan penderitaan seumur hidup bagi mereka yang terserang langsung, dan rasa cemas bagi yang belum terserang. Ketika Prancis mengapalkan uranium pesanan Jepang, banyak negara yang menentangnya dan menyatakan wilayah mereka tertutup bagi tanker pembawa uranium tersebut. Bukankah ketika itu Indonesia termasuk negara yang memberikan reaksi keras terhadap pengiriman uranium tersebut? Lalu mengapa sekarang bertolak belakang dengan reaksi yang kita tunjukkan waktu itu? Ada lagi yang perlu dipertanyakan: apakah Indonesia memiliki uranium, bahan utama tenaga nuklir, sehingga merencanakan pembangunan PLTN di Gunung Muria? Mengingat mahal, langka, dan bahayanya tenaga nuklir, saya beranggapan Indonesia belum sangat membutuhkan pembangunan proyek tersebut. Sebagai alternatif lain dari PLTN, di negara kita ini masih dimungkinkan dibangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) atau proyek listrik tenaga air (PLTA). Bahkan, tidak tertutup kemungkinan diadakan penelitian dan pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi karena di Indonesia masih banyak terdapat gunung berapi. Lebih dari itu, untuk merealisasikan segala proyek tersebut, dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang tak hanya memiliki keahlian dan kecerdasan otak, tapi juga diimbangi dengan hati yang mulia, agar mereka tak hanya mencari keuntungan dengan menggunakan segala cara.R.T. YUNARTO Semarang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus