Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font face=verdana size=1><B>Adam Air</B></font><br />Kabar Adam dari Washington

Kotak hitam pesawat Adam Air yang tersungkur sembilan bulan lalu di Laut Majene sudah bisa dibaca. Betulkah ada kerusakan alat navigasi?

17 September 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KABAR samar-samar itu datang dari Washington. Kotak hitam pesawat Adam Air yang jatuh di laut Majene, Sulawesi Barat, 1 Januari lalu, sudah bisa dibaca. Hingga akhir pekan lalu, tim dari Departemen Perhubungan dan sejumlah petinggi Adam Air masih menunggu di negeri koboi itu.

Pesawat Adam Air dengan nomor penerbangan 574 itu terbang dari Jakarta ke Surabaya dengan tujuan akhir Manado. Di langit Sulawesi Selatan, kontak dengan pemandu lalu lintas udara di Makassar lenyap begitu saja. Belakangan diketahui burung besi itu nyungsep di laut Majene. Enam awak pesawat dan 96 penumpang dipastikan tewas.

Setelah dicari dengan rupa-rupa cara, termasuk sejumlah dukun yang ikut memeriahkan pencarian, kotak hitam itu ditemukan pada 27 Agustus 2007. Diangkut dari kedalaman 2.000 meter, kotak besi itu sudah lecet di sana-sini. Sedikitnya Rp 45 miliar dihabiskan untuk mengangkut boks itu.

Walau kecil, peti itu besar gunanya. Di dalamnya terdapat flight data recorder (FDR), yang merekam keadaan pesawat sebelum jatuh. Apa yang terjadi pada alat navigasi, mesin, dan sejumlah peralatan pesawat akan diketahui dari alat ini.

Juga ditemukan cockpit voice recorder (CVR), yang merekam suasana di ruang kokpit. Nah, dari dua rekaman itu bisa ditelusuri sebab-musabab jatuhnya pesawat tersebut.

Repotnya, Indonesia belum memiliki peralatan membaca isi kotak mungil itu, meski lalu lintas udara kita lumayan meriah. Maka, dari Majene kotak hitam itu diterbangkan ke National Transportation Safety Board (NTSB) di Washington, Amerika Serikat—lembaga semacam Komite Nasional Keselamatan Transportasi(KNKT) di sini.

Setelah diurai berhari-hari, pada awal pekan lalu isi kotak hitam itu sudah bisa diunduh. Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Perhubungan, Bambang Ervan, menegaskan bahwa isi kotak hitam itu memang sudah bisa dibaca.

Data yang ada sebanyak 200 parameter dalam voice recorder. Tapi, kata Bambang, ”Hasil yang sudah bisa dibaca itu belum berarti sudah ada kesimpulan.”

Kasak-kusuk menyebutkan hasil pemeriksaan terhadap kotak hitam itu cukup mengejutkan. Pekan lalu, sejumlah koran menulis alat navigasi pesawat Adam Air itu telah rusak 17 kali sebelum menghunjam ke laut pada hari jahanam itu. Kerusakan navigasi itu menyebabkan pilot kehilangan arah.

Selain alat navigasi, disebutkan pula bahwa radar di pesawat mengalami gangguan. Kerusakan radar menyebabkan pilot tidak bisa mengetahui keadaan di udara.

Pilot juga tidak bisa mengetahui angin besar yang menghantam pesawat. Sebelum jatuh, pesawat itu memang ditengarai dihantam angin samping dari arah barat.

Berita kerusakan alat navigasi 17 kali dan ngadatnya radar Adam Air itu dibantah Bambang Ervan. ”Belum ada kesimpulan seperti itu,” katanya. Kata Budhi Mulyawan, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, hasil akhir penyebab jatuhnya Adam Air baru diketahui sebulan lagi.

Setelah proses di Washington itu, kata Mulyawan, isi kotak hitam akan diboyong ke Jakarta. Di sini akan dicocokkan dengan data lain seperti data satelit dan data radar. Dua data itu penting untuk mengetahui rekaman jalur penerbangannya. Jadi, Budi menambahkan, ”Kita tidak bisa cuma mengandalkan kotak hitam.”

Prosesnya lama, kata Bambang, karena sebelum ditemukan kotak itu sudah ngendon delapan bulan di dasar laut. ”Keadaannya sudah tidak mulus lagi dan banyak goresan di sana-sini,” kata Bambang.

Direktur Utama Adam Air, Adam Suherman, mengaku sudah mendengar informasi bahwa kotak hitam itu sudah bisa dibaca. Suherman, yang mengirim stafnya ke Washington, menyatakan bahwa data dari kotak hitam itu perlu dianalisis lebih lanjut. Pasalnya, kotak hitam itu cuma berisi data mentah.

Berbeda dengan Bambang, Suherman menegaskan bahwa sewaktu diangkat dari dasar laut, keadaan kotak hitam itu masih mulus. Karena masih mulus itu, isi kotak mudah dibaca di Washington.

Suherman membantah keras bahwa radar dan alat navigasi Adam Air pernah rusak 17 kali. ”Ngawur tuh beritanya,” kata Suherman. Ia menambahkan, pilot tentu tidak mau menerbangkan pesawat yang alat navigasinya rusak.

Wenseslaus Manggut, Irmawati (Makasar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus