Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJUMLAH penonton televisi di seantero Indonesia terkesima ketika gambar di layar kaca mendadak hilang, Rabu petang pekan lalu. Kemudian disusul bunyi tuuut... tak putus-putus. ”Maaf, kerusakan bukan pada pesawat televisi Anda”? Ternyata lebih gawat: pengumuman potensi tsunami di wilayah Bengkulu!
Untungnya, tsunami tak benar-benar terjadi. Itulah bagian dari Tsunami Early Warning System, peringatan dini terhadap kemungkinan bencana alam dahsyat yang pernah melibas Aceh pada akhir 2004. Badan Meteorologi dan Geofisika tak punya pilihan selain segera menyebarkan peringatan dini begitu gejala potensi tsunami muncul. ”Peringatan itu harus segera disebar,” kata Kepala BMG Sri Woro Budiati Harijono.
BMG tak ingin kecolongan seperti ketika tsunami melanda pantai Pangandaran, Cilacap, Jawa Tengah, Juli tahun lalu. Waktu itu, peringatan dini dari badan pemantau tsunami di Hawaii, 39 menit sebelum bencana, tak ditanggapi. Walhasil, 80 warga tewas.
Sistem peringatan dini tsunami dikendalikan di sebuah ruangan di kantor pusat BMG, Jakarta. Nurhayati, yang bertugas ketika gempa Bengkulu terjadi, terenyak ketika tanda segitiga berkedip dan sirene menyalak. Itu artinya ada gempa minimal 4 pada skala Richter. Tim analis lalu membaca sinyal dari seismograf yang memantau wilayah sekitar Padang: ada gempa 7,9 pada skala Richter di 159 kilometer dari barat daya Bengkulu di kedalaman laut 10 kilometer.
BMG langsung memberikan peringatan potensi tsunami ketika kekuatan gempa lebih besar dari 6,0 pada skala Richter, dan terjadi di dasar laut dengan kedalaman kurang dari 60 kilometer. Jadilah sebuah woro-woro: ”Info Gempa Mag:7.9 SR, 12-Sep-07 18:10:23 WIB, Lok: 4.67 LS-101.13 BT (159 km Barat Daya Bengkulu-Bengkulu), Kedlmn: 10 Km.Potensi TSUNAMI utk dtrskn pd msyrkt. BMG”.
Teks itulah yang dikirim BMG melalui pesan pendek ke istana kepresidenan, menteri, kepolisian, pejabat daerah, serta petugas terkait. BMG mengirimkan lebih dari 400 pesan. Mereka juga bekerja sama dengan 11 stasiun televisi. Hasilnya bisa dilihat, ketika semua televisi blank, lalu muncul tulisan peringatan potensi tsunami.
Gempa di Bengkulu akhirnya tidak menimbulkan tsunami karena pergeseran kulit bumi sejajar dengan Patahan Besar Sumatera. BMG pun memberikan informasi berupa berakhirnya peringatan tsunami dua jam kemudian. Sampai Jumat pekan lalu, BMG empat kali mengirimkan peringatan potensi tsunami.
Secara teoretis, gelombang tsunami memiliki kecepatan 500 sampai 1.000 kilometer per jam di perairan terbuka. Sedangkan gempa bumi kecepatannya 14.400 kilometer per jam. Peringatan seharusnya bisa diterima masyarakat setempat lima menit setelah gempa. Barulah 10 menit kemudian peringatan tsunami tersiar pada skala nasional.
Peringatan muncul dengan kombinasi pengamatan getaran tanah, gelombang, tekanan, serta perubahan permukaan air laut. Ada 74 unit seismograf yang telah ditancapkan di berbagai penjuru Indonesia. Tahun depan, BMG menargetkan jumlahnya menjadi 160 unit. Namun alat pengamat gelombang dan tekanan air laut, buoy, serta alat pemantau perubahan permukaan air laut, pengukur pasang-surut air, belum terpasang. ”Ini sudah bukan wilayah BMG,” ujar Sri.
Yandi M.R.
Skenario Sistem Peringatan Dini Tsunami
0 menit Gempa bumi terjadi
1 menit Sinyal terekam dari seismograf dan akselerograf
2-3 menit Pengolahan dan pemberian parameter: waktu, pusat, magnitude serta kedalaman gempa
4-5 menit Penyimpanan ke database dan analisa interaktif
4-5 menit Peringatan tsunami regional
4-10 menit Peringatan tsunami nasional ke pejabat dan media
30 menit Monitoring buoy
90 menit Pembatalan atau konfirmasi tsunami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo