BILA dua superstar bertemu di panggung tontonan, yang terjadi adalah adu kebolehan. Tapi, bila H. Rhoma Irama dan H. Zainuddin Hamidy Mz. yang bersua, yang berlangsung adalah peluk cium di pipi. Ketika pertemuan itu terjadi pada 1977 dan 1982, maraklah massa Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pada saat itu mereka berada di satu panggung kampanye. "Kami memang tidak berkawan sejak kecil. Kami dipertemukan oleh tujuan yang sama," tutur Zainuddin di hadapan Rhoma, pekan lalu. Tapi memang Rhoma lebih dulu melangit, merajai gebyar-gebyar dunia dangdut. Sementara itu, Zainuddin Mz. baru belakangan menyusul. Rhoma sanggup mengundang puluhan ribu orang lewat dangdut, sedang Zainuddin memanggilnya dengan tablig-tablig. Jamaah pendengarnya bisa dibikin bersorak, bertepuk tangan, dan bergemuruh. Selanjutnya, Zainuddin boleh dibilang dai paling kondang di antara para dai yang ada di masa sekarang ini. Berikut pandangan Rhoma tentang Zainuddin dan dakwah: Satu firman Allah berbunyi Ud'u ila sabili Robbika bil hikmati wal mau'idhotil hasanah. Serulah ke jalan Tuhan-Mu dengan cara yang bijaksana, dengan nasihat yang baik. Berdialoglah dengan mereka dengan cara yang sebaik-baiknya. Jadi, kalau Ustad Zainuddin dikatakan superstar di hidang dakwah dan mampu mengundang massa, ya, saya kira pantas. Beliau mempunyai ciri khas. Dalam menyampaikan ayat-ayat Allah atau materi dakwah, beliau menyertakan argumen-argumen yang kukuh, logis, merakyat, dan secara langsung menyentuh masalah masyarakat. Untuk menciptakan suasana segar dan menarik perhatian jamaah, beliau menyisipkan humor dalam setiap tablignya. Ini suatu kelebihan, suatu maunah yang harus disyukuri. Bila kemudian beliau menerima honor atau rezeki dari pengajian, itu halal, dapat dibenarkan oleh agama. Adapun bila ia dimanfaatkan orang lain untuk mengumpulkan dana, saya kira kalau tujuannya positif, mengapa tidak? Seorang mubalig yang memiliki nama besar memang harus dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan positif. Artinya, apabila mubalig itu potensial dalam memberikan dan menanamkan keimanan pada masyarakatnya, manfaatkanlah. Apabila dia potensial untuk menghimpun dana, ya, manfaatkanlah. Asal, dana itu benar-benar dipergunakan demi pembangunan Islam. Nah, kalau tablig Ustad Zainuddin Mz. mampu mengundang massa dan dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan dana, masya Allah, ini suatu rahmat. Ya, suatu rahmat. Jika saya dan Zainuddin dikatakan memiliki kelebihan, maka itu adalah maunah. Tapi sulit untuk menyebutkan suatu konsepsi mengenai keberhasilan dakwah. Resep yang baik menurut saya adalah kita harus jujur terhadap yang kita sampaikan. Artinya bagaimana kita menyampaikan sesuatu, bukan bagaimana caranya mengumpulkan massa. Kalau orang berbondong-bondong menghadiri pertunjukan saya atau tablig Zainuddin Mz., saya cuma bisa mengatakan, semata-mata karena rahmat Allah. Yang penting kita harus jujur. Apa yang kita katakan dan lakukan bukanlah sandiwara. Bila kita dapat bersikap begitu, maka apa yang ada pada hati akan sampai juga ke hati. Tetapi kalau kita mengada-ada, mustahil akan ada rahmat. Tentang hubungan kami, yang jelas beliau pernah bertamu ke sini bersama seorang teman. Waktu itu sudah lama sekali. Ya, kemudian kami memang sering bertemu di panggung kampanye. Tetapi, yang pasti Innamal mukminuna ikhwah, sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara. Saya mendengar perjuangan Ustad Zainuddin, maka saya mencintainya. Apalagi sesama mukmin adalah bersaudara. Saya mencintainya karena kami memiliki tujuan yang sama. Priyono B. Sumbogo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini