Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Aktivis 98 yang Masuk Kabinet Prabowo Dikaitkan dengan Stockholm Syndrome, Apa Itu?

Stockholm Syndrome, yang dikaitkan dengan aktivis 98, adalah sebuah respons emosional yang dirasakan korban kejahatan yang mengalami penyanderaan.

18 Oktober 2024 | 10.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Prabowo Subianto telah mengundang 59 calon wakil menteri dan calon kepala badan pemerintahan ke kediamannya di Jalan Kertanegara IV, Jakarta, Selasa, 15 Oktober 2024. Pertemuan tersebut menarik karena beberapa di antaranya adalah para aktivis 98.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka adalah Budiman Sudjatmiko, Nezar Patria, Agus Jebo, Mugiyanto, Faisol Riza, dan Fahri Hamzah. Hal ini cukup mengejutkan karena Prabowo adalah salah satu pihak yang diduga melakukan penculikan terhadap aktivis 98. Tak ayal bila para aktivis 98 tersebut dikaitkan dengan Stockholm Syndrome.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa itu Stockholm Syndrome?

Dilansir dari WebMD, Stockholm Syndrome merupakan sebuah respons emosional yang dirasakan oleh para korban kejahatan yang mengalami penyanderaan. Respon yang diberikan oleh para korban adalah berusaha memahami alasan penyanderaan tersebut dan memunculkan perasaan positif terhadap pelakunya.

Perilaku tersebut dapat terjadi karena kontak antara keduanya yang semakin intens selama dalam masa penyanderaan ataupun setelahnya. Kondisi ini dapat mengarah ke hubungan positif antara korban dan pelaku sebab rasa simpati yang muncul dari korban akan muncul juga pada pelaku.

Beberapa korban atau seseorang yang mengalami stockholm syndrome kemungkinan akan bingung dengan perasaannya terhadap pelaku kejahatan. Hal ini dikarenakan penderitanya akan menumbuhkan perasaan cinta, simpati, empati, hingga keinginan untuk melindungi pelaku kejahatan. 

Tidak semua korban penculikan atau penyanderaan akan mengalami sindrom ini. Namun, sindrom atau respon emosi ini dapat muncul sebagai bentuk mekanisme bertahan hidup di situasi yang ekstrim. Para korban akan mencoba untuk berdamai dengan apa yang sedang dilaluinya bersama dengan pelaku.

Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut beberapa gejala yang mungkin dialami seseorang yang mengidap Stockholm Syndrome: 

- Perasaan positif terhadap penculik atau pelaku. 

- Simpati atas keyakinan dan perilaku penculiknya. 

- Perasaan negatif terhadap polisi atau tokoh otoritas lainnya. 

- Respon emosi Stockholm Syndrome tidak selamanya membawa korban ke masa depan yang lebih baik. Bagi beberapa penderitanya justru akan mengalami kebingungan dengan respon yang sudah ia berikan kepada pelaku.

Berikut adalah beberapa dampak buruk yang dapat terjadi pada penderita Stockholm Syndrome:

- Malu tentang emosi korban terhadap pelaku. 

- Mudah menunjukkan sikap kebingungan.

- Sering merasa bersalah.

- Sulit mempercayai orang lain. 

- Mengalami gangguan stres pasca trauma (PTSD), seperti mimpi buruk, insomnia, hingga perasaan mudah mengungkit masa lalu. 

NI MADE SUKMASARI | HARIS SETYAWAN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus