Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang aktivis Anarko Sindikalis menyebut aksi corat-coret yang dilakukan massa berbaju hitam-hitam di Sekolah Luar Biasa atau SLB Kota Bandung tak sesuai dengan tujuan gerakan itu. "Banyak yang tidak sepakat karena melenceng dan kontraproduktif dengan tujuan utama gerakan," kata pria yang meminta namanya disamarkan tersebut kepada Tempo, Ahad 5 Mei 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut aktivis itu, kelompok Anarko Sindikalis menjalankan strategi aksi tanpa kekerasan. "Musuh utama Anarko Sindikalis adalah kapitalisme atau pemilik modal yang berkongkalikong dengan negara menindas buruh, bukan orang-orang yang terpinggirkan termasuk kalangan disabilitas," ujar dia.
Penulis buku tentang anarkisme itu menjelaskan, dari varian anarko sindikalis itu ada juga kelompok yang menggunakan jalur kekerasan. Kelompok itu disebut Anarko Insureksioner. Ia mengungkapkan dalam aksinya mereka biasanya merusak fasilitas yang menjadi alat negara, contohnya merusak pos polisi di kawasan Kampus UIN Sunan Kalijaga pada peringatan Hari Buruh 1 Mei 2018 lalu. “Mereka muak dengan sistem dan sekeras mungkin melakukan aksinya,” kata dia.
Namun kata aktivis ini, jumlah kelompok Anarko Insureksioner ini sedikit. "Jumlahnya hanya sekitar 50 orang," kata dia.
Dosen Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta AB. Widyanta mengatakan gerakan Anarko Sindikalis sebenarnya diikuti orang-orang terdidik, suka membaca, dan berpikir kritis. Mereka terjun langsung melawan berbagai ketidakadilan dan ketimpangan sosial di sekitar mereka.
Mereka terlibat dalam berbagai konflik agraria dan berbagai perusakan lingkungan. Mereka melawan proyek PLTU di sejumlah daerah, bersolidaritas untuk warga Pegunungan Kendeng Jawa Tengah yang terdampak proyek semen, dan membela warga Temon, Kulon Progo yang terdampak proyek pembangun Bandara Kulon Progo. “Afiliasi gerakan mereka cair, bisa bertemu dengan gerakan lain yang mereka anggap strategis atau sejalan dengan tujuan mereka,” kata dia.