Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Banjir Dan Badai Telah Berlalu

Musibah banjir & angin topan yang menimpa daerah Aceh Barat belum dapat dipastikan angka kerugiannya. Bantuan bahan pangan sulit disampaikan karena sulitnya perhubungan. Bahaya busung lapar mengancam.(dh)

10 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANJIR telah berlalu. Tapi sisa-sisanya semakin nyata di hampir seluruh Kabupaten Aceh Barat (TEMPO 3 Juni -- Daerah). Dari udara masih jelas terlihat kawasan Sungai Woyla dan Sungai Meureubo meninggalkan bekas delta yang luas. Desa-desa tak berbentuk lagi, kecuali lebih banyak berupa puing-puing berpencar. Sekitar 27.000 hektar sawah musnah, sementara irigasi persawahan tak berbekas lagi. Di Desa Ujung Blang, Kecamatan Sungai Mas, di mana pernah berdiri sebanyak 276 buah rumah, seluruhnya musnah. Di Kampung Babah Krueng Telep (Kecamatan Kawai XIV), dari 38 buah rumah yang ada 17 di antaranya hancur. Penduduknya untung semua selamat karena sempat memanjat pohon atau atap-atap rumah beton. "Setelah 34 tahun berada di Meulaboh, belum pernah saya mengalami banjir sehebat ini," kata Soetan Noerdin Pasariboe, 64, ketika menuturkan banjir dan topan pertengahan bulan lalu kepada Zakaria M Passe dan Darmansyah dari TEMPO. Pada saat musibah itu terjadi di beberapa tempat luapan air ke tempat pemukiman penduduk ada yang mencapai tinggi 5 meter. Di beberapa tempat terlihat penduduk membenahi barang-barang mereka yang basah atau rusak kena rendaman air. Ada buku-buku tua, qur'an-qur'an lama yang menguning dijemur di bekas halaman rumah. Dari 14 kecamatan yang ada di Aceh Barat, 9 buah di antaranya disapu banjir. Dan 4 buah kecamatan dinyatakan paling menderita. Yaitu Kecamatan Kawai XVI, Woyla, Sungai Mas dan Darul Makmur dekat perbatasan dengan Aceh Selatan yang selama ini dikenal sebagai lumbung beras bagi Aceh Barat. Kawasan Kecamatan Kawai XVI hampir seluruhnya hancur. Di sini juga korban manusia paling banyak, 10 orang. Rp 7,8 milyar Hingga akhir Mei lalu belum terdapat angka pasti berapa jumlah kerugian. Tapi Saladi Trisnosiswojo dari Tim Kordinasi Penanggulangan Bencana Alam Aceh Barat menghitung, "setelah diadakan penataan kembali untuk sementara diketahui jumlah kerugian mencapai Rp 7,8 milyar." Maksud Saladi yang juga kepala BRI Cabang Meulaboh itu, masih diharapkan angka-angka pasti dari daerah-daerah terpencil yang selama ini belum mampu dicapai oleh tim. Dari 40.000 orang pengungsi, diperkirakan sekitar ¬ di antaranya sekarang dalam keadaan terancam. Terutama dalam hal makanan mereka. Menurut Bupati T. Usman Mahmud yang baru-baru ini meninjau pelosok pedalaman yang lebih banyak dilakukan dengan berjalan kaki (karena tak ada sarana perhubungan) persoalan paling sulit yang dihadapi daerah itu adalah menyampaikan bantuan bahan pangan bagi penduduk di pelosok-pelosok itu. Bahkan angka-angka pasti tentang jumlah mereka yang perlu mendapat bantuan belum diketahui, karena camat setempat belum berhasil menembus tempat kediaman mereka. Sumber TEMPO di Kantor Bupati Aceh Barat mengungkapkan kekhawatirannya akan munculnya bahaya kelaparan dalam beberapa hari ini dan berkembangnya busung lapar. Indikasi busung lapar mulai memperlihatkan tanda-tanda antara lain di Desa Kelembah, Kecamatan Woyla. Bantuan uang, bahan makanan serta obat-obatan memang sudah mengalir ke Meulaboh, ibukota Kabupaten Aceh Barat. Berasal dari berbagai pihak. Di antaranya dari Menteri Sosial dan Menteri PU di samping Gubcrnur Aceh sendiri. Tapi persoalannya tinggal, bagaimana menyampaikan bantuan-bantuan itu hingga diterima langsung oleh mereka yang betul-betul mengharapkannya. Bupati Usman Mahmud pekan lalu mengungkapkan usaha helikopter Pertamina untuk mendrop bantuan-bantuan tadi ke dareah-daerah terpencil. Tapi cara ini rupanya tak cukup cekatan, terutama karena luasnya daerah yang harus dicapai dan persediaan bahan bakar yang harus didatangkan dari Polonia Medan. Usaha bantuan melalui jalan darat ternyata tak banyak memberi harapan. Langoo, sebuah desa paling menderita di Kccamatan Kawai XIV misalnya, sampai Senen pekan lalu masih belum dapat ditembus lewat jalan darat. Daerah-daerah lain sedapat mungkin dicapai dengan cara estapet. Gagal dengan mobil, dilanjutkan dengan sepeda motor dengan rakit dan lalu berjalan kaki. Tapi artinya jumlah bantuan yang dibawa sangat sedikit, belum lagi waktu terbuang berhari-hari. Ditambah lagi 14 buah rakit desa yang ada selama ini dan berasal dari dana PMD ikut hanyut dibawa air. "Padahal rakit-rakit itu merupakan alat perhubungan utama bagi kami di Aceh Barat ini, tambah Bupati Usman. Bukan saja upaya agar semua bantuan diterima oleh warga yang membutuhkan, tapi Juga Bupati Usman mulai menggugah semangat warganya yang lesu akibat musibah tadi. Karena "ada yang menyangka kita akan memberi bantuan setiap hari," ucap sang bupati. Meskipun demikian ada pula penduduk yang tampak biasa-biasa saja. Warga Kampung Tegalsari di Kecamatan Kawai XVI, 30 km dari Meulaboh, misalnya, seperti tak hirau akan kejadian yang baru saja lewat "setiap hari mereka tetap bekerja di ladang atau sawah, tak hanya menunggu bantuan datang." Selain itu sebagai Ketua Tim Kordinasi Penanggulangan Bencana Banjir Aceh Barat, Usman Mahmud dalam kunjungannya ke pelosok baru-baru ini telah menjewer camat-camat yang lambat mengirim data bencana di daerahnya. Malahan ada camat yang baru muncul di desa yang hancur bersamaan ketika rombongan bati sampai di tempat itu. Dan ia sendiri harus tingak-tinguk menanyakan angka-angka kerugian kepada penduduk begitu bupati memintanya. Kepada aparat-aparat pemerintah tingkat bawah ini juga baik Bupati Usman maupun Danres Aceh Barat mengingatkan agar jangan sampai mempermainkan bantuan. "Saya tidak menghendaki ada hal-hal memalukan di daerah saudara," kata Letkol Polisi drs. Utoro kepada para bawahannya di pedalaman-pedalaman. Tapi lebih dari semua itu, adalah rencana menyeluruh yang harus segera dilaksanakan untuk memulihkan daerah bencana itu. Wajah yang rusak itu harus segera ditata kembali. Bagaimana? "Tunggu dulu, sedang kami fikirkan," kata Bupati Usman Mahmud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus