Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komunikasi terkadang menjadi kendala bagi para penyandang disabilitas untuk mengungkapkan berbagai rasa sakitnya. Hal itu diakui dokter spesialis anak Prof. dr. Dr. Rini Sekartini, SpA(K) selaku. Rini mengatakan hal itu menjadi tantangan bagi orang tua atau juga tenaga kesehatan ketika berkomunikasi dengan para penyandang disabilitas perkembangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kadang orang tua saja kebingungan. Apalagi kita sebagai nakes, sulit sekali untuk menangkap ekspresi sang anak. Sulit untuk memahami bahasa dari para penyandang disabilitas untuk memberi tahu bahwa mereka tengah sakit. Sehingga, dibutuhkan alat yang secara mudah dapat dipahami,” kata Rini pada Daewoong Media Day Q4 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rini bercerita ia sempat mengalami banyak kesulitan dalam merawat anak-anak dengan gangguan perkembangan. "Mereka seringkali tidak mampu menjelaskan gejala penyakit yang sederhana sekalipun seperti pilek dan sakit perut,” ujar Rini.
Buku bergambar Augmentative and Alternative Communication (AAC), yang berjudul “Katakan Rasa Sakitmu” dalam kampanye Say Pain by Daewoong Pharmaceutical/Daewoong
Ada beberapa dampak yang bisa terjadi ketika para penyandang disabilitas perkembangan ini sulit mengungkapkan rasa sakitnya. “Ketika orang dengan gangguan perkembangan merasa sakit, sulit bagi mereka untuk menjelaskan gejalanya kepada pendamping dan dokter, sehingga seringkali sulit untuk memberikan perawatan yang tepat,” ujar Tri Puspitarini, S.Psi, M.Psi, peneliti di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sekaligus psikolog perkembangan.
Salah satu solusi yang sedang dilakukan perusahaan perawatan kesehatan global asal Korea, Daewoong Pharmaceutical, adalah mengembangkan dan memproduksi buku bergambar Augmentative and Alternative Communication (AAC), yang berjudul “Katakan Rasa Sakitmu”. Buku ini diharapkan bisa membantu penyandang disabilitas mengungkapkan gejala sakitnya kepada dokter sehingga dapat menerima diagnosa dan pengobatan yang tepat.
Buku bergambar AAC mengacu pada metode komunikasi ilmiah yang melengkapi dan menggantikan kata-kata untuk orang yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal dan tertulis. Penggunaan AAC telah meningkat di luar negeri seperti di Amerika Serikat dan Inggris untuk memberikan akses layanan medis yang lebih baik kepada penyandang disabilitas. Di sisi lain, di Indonesia, masih diperlukan perbaikan besar untuk membangun kesadaran dan infrastruktur terkait hal ini.
Para penyandang disabilitas biasanya menunjukkan skala rasa sakit yang dirasakannya kepada orang tua, pendamping, atau para tenaga kesehatan yang sedang menanganinya. "AAC bisa menjadi solusi untuk masalah komunikasi ini,” ujar Tri Puspitarini.
Daewoong Pharmaceutical telah menjalankan program “Say Pain!” di Indonesia sejak Mei 2022, yang mendukung penyandang disabilitas perkembangan untuk menerima diagnosis dan pengobatan yang tepat dengan menyediakan buku bergambar AAC. Kata- kata dan gambar yang mudah dipahami dalam buku AAC, dapat membantu mereka berkomunikasi dengan pendamping dan dokter mereka.
Berdasarkan pengalaman dalam memproduksi buku bergambar AAC di Korea, Daewoong Pharmaceutical memproduksi buklet versi Bahasa Indonesia berjudul “Katakan Rasa Sakitmu”. Dokter anak, guru khusus, dan peneliti disabilitas perkembangan melakukan tinjauan profesional terhadap buku tersebut untuk penggunaan yang efektif bagi penyandang disabilitas perkembangan dalam mengekspresikan penyakit mereka.
Guru sedang jelaskan soal buku bergambar Augmentative and Alternative Communication (AAC) kepada anak disabilitas perkembangan/Daewoong
Pada buku AAC ini terdapat tiga bagian. Pertama adalah bab 'Gejala' untuk mengungkapkan area dan jenis rasa sakit. Pada bagian pertama, terdapat gambar dengan tulisan “Sakit di mana?” yang menampilkan seluruh bagian tubuh. Misalkan bagian kepala, akan ada ilustrasi “Bagaimana kepalamu bisa sakit?”. Ada berbagai gambar yang bisa dipilih sesuai dengan perasaan dari pasien.
Bagian kedua disebut bab 'Skala' untuk mengungkapkan tingkat dan titik awal rasa sakit. Disajikan ilustrasi tentang seberapa keras dan juga sakit sejak kapan. Akan ada bagian-bagian mulai dari yang ringan hingga terberat. Pasien bisa memilih untuk memudahkan pengecekan. Lalu ada pula bab 'Sebab' untuk mengungkapkan alasan gejala penyakit. Semua informasi yang diperlukan untuk merawat pasien, mulai dari gejala hingga penyebab, disertakan dalam satu buklet.
Rini mengatakan , buku ’Katakan Rasa Sakitmu’ mudah dan jelas, sehingga anak-anak dengan gangguan perkembangan dapat benar-benar memahami isinya tanpa kesulitan. "Saya berharap buku ini didistribusikan ke berbagai institusi medis dan digunakan secara efektif untuk merawat orang-orang dengan gangguan perkembangan dalam waktu dekat.”
Daewoong Pharmaceutical (CEO Seng-ho Jeon dan Chang-jae Lee) dan Korea Foundation for International Cultural Exchange (KOFICE, President Kilhwa Jung) pada tanggal 13 Desember 2022 mengumumkan bahwa mereka telah mendonasikan barang-barang ke lembaga pendidikan Indonesia untuk penyandang disabilitas perkembangan untuk meningkatkan lingkungan medis dan pendidikan. Pada tanggal 12 Desember 2022, Daewoong Pharmaceutical bersama KOFICE mengadakan upacara penyerahan donasi di dua lembaga pendidikan khusus di Jakarta, Indonesia, yaitu ‘Sekolah Purba Adhika’ dan ‘Malika Center’. Daewoong dan KOFICE mengirimkan buku bergambar AAC (Augmentative and Alternative Communication), perangkat multimedia, alat musik, dan Korean Culture Kits.
Daewoong Pharmaceutical mendonasikan 240 buku bergambar AAC untuk membantu penyandang disabilitas perkembangan mengomunikasikan gejala penyakit mereka. KOFICE mengirimkan
perangkat multimedia seperti TV dan laptop untuk meningkatkan lingkungan pendidikan bagi penyandang disabilitas perkembangan, alat musik untuk terapi rekreasi, dan 240 'K-Culture Kits' yang terdiri dari permainan dan mainan tradisional Korea.
CEO Daewoong Pharmaceutical Seng-ho Jeon, berharap agar donasi dari perusahaannya dan KOFICE bisa berkontribusi tingkatkan kualitas hidup para penyandang disabilitas di Indonesia. "Daewoong Pharmaceutical akan terus mengembangkan kampanye ‘Say Pain!’ hingga setiap orang dengan masalah komunikasi, termasuk mereka yang mengalami gangguan perkembangan, dapat menerima layanan medis secara mandiri,” kata Seng-ho Jeon.
“Saya merasa bahwa status perusahaan Korea di Indonesia telah meningkat baru-baru ini karena ‘Hallyu,’ dan saya berharap akan ada lebih banyak peluang kemitraan publik-swasta untuk meningkatkan citra kultur Korea dan kultur perusahaan Korea,” katanya.
Baca: Pernah Diasuh Penyandang Disabilitas, Kevin Ardilova Tak Canggung Berbahasa Tubuh