Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Beda Keterangan Polri dan Masyarakat Soal Penembakan Poro Duka

Polisi membantah menembak warga Sumba bernama Poro Duka di Pesisir Marosi, Nusa Tenggara Timur, pada 25 April 2018.

3 Mei 2018 | 13.28 WIB

Konferensi pers kasus penembakan warga sipil di Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, NTT, yang membela lahannya. (Dari kiri) Kuasa hukum warga Patiala Bawa Rm. Paulus Dwiyaminarta, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Nusa Tenggara Timur Umbu Wulung, kuasa hukum Petrus Paila Lolu, dan Kepala Desa Patiala Bawa Luter Laku Nija, di kantor Walhi, 2 Mei 2018. Tempo/Rezki Alvionitasari.
Perbesar
Konferensi pers kasus penembakan warga sipil di Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, NTT, yang membela lahannya. (Dari kiri) Kuasa hukum warga Patiala Bawa Rm. Paulus Dwiyaminarta, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Nusa Tenggara Timur Umbu Wulung, kuasa hukum Petrus Paila Lolu, dan Kepala Desa Patiala Bawa Luter Laku Nija, di kantor Walhi, 2 Mei 2018. Tempo/Rezki Alvionitasari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Polisi membantah menembak warga Sumba bernama Poro Duka di Pesisir Marosi, Nusa Tenggara Timur, pada 25 April 2018. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian RI Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, saat itu, pihak investor dan tim pemerintah sedang mengukur tanah. Petugas kemudian dihadang dan diserang warga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Polisi membubarkan massa sesuai dengan prosedur, menembakkan peluru kosong ke udara dan peluru karet pantul," ucap Setyo saat ditemui di PTIK, Jakarta Selatan, Kamis, 3 Mei 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pernyataan Setyo tersebut merupakan kronologi kerusuhan pengukuran tanah oleh Badan Pertanahan Negara dan PT Sutera Marosi di pesisir Marosi, Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, NTT. Akibat insiden itu, Poro Duka tewas karena tertembak di bagian lambung.

Keterangan Setyo tersebut bertentangan dengan keterangan Kepala Desa Patiala Bawa Luter Laku Nija. Menurut versi Luter, kerusuhan terjadi saat BPN dan PT SM melakukan pengukuran di bidang 5. Ketika itu, warga mengambil foto dan merekam aktivitas tersebut, salah satunya Poro Duka. "Polisi lalu berusaha mengambil HP milik warga," ujar Luter.

Dalam sebuah rekaman video yang diambil adik Poro Duka, terdengar suara tembakan dua kali. Polisi juga merampas ponsel milik adik Poro Duka.

Setyo menuturkan permintaan pengamanan pengukuran tanah itu datang dari BPN. Namun, saat proses pengukuran itu, ia menjelaskan, tidak ada anggota yang membawa senjata.

"Tapi ada anggota lain yang menunggu di tempat lain membawa senjata. Itu pun hanya polisi tertentu," kata Setyo.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus