Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebijakan PSM mendatangkan Agung Prasetyo dari PSMS Medan ke Makassar merupakan manuver jitu. Kendati belum begitu diperhitungkan di kancah sepak bola nasional, prospek pemain belakang ini menjanjikan. Agung diproyeksikan menjadi calon bintang masa depan PSM ataupun tim nasional Indonesia.
Anak sulung dari lima bersaudara ini punya modal untuk memenuhi segunung harapan itu. Selain bakat alami, kondisi fisiknya memang sangat ideal sebagai palang pintu di lini belakang. Berperawakan tinggi dan besar, Agung menjadi momok bagi penyerang lawan. Tak mudah melewatinya, apalagi ketika berduel di udara.
Berbekal kemampuan itu, Agung, 22 tahun, sempat berkostum timnas Indonesia U-23. Sayang, ia tak menjadi pilihan tim Garuda Muda dalam SEA Games di Myanmar, Desember lalu. Kembali berkostum garuda di dada menjadi impiannya di masa depan. "Sekarang fokus ke PSM. Semoga tampil bagus dan bisa kembali ke timnas," ucap dia di Makassar, kemarin.
Pengalaman membela tim sepak bola negara memberinya banyak pelajaran berharga. Sejumlah uji tanding yang dilakoni membantunya dalam meningkatkan kemampuan. Misalnya, saat menjajal Jakarta All-Star, Juni lalu, dia mesti mengawal pemain berpengalaman, seperti Kurniawan Dwi Julianto dan Budi Sudarsono plus Radja Nainggolan.
Pemain kelahiran Medan yang gemar bermain video game ini mengaku sering menimba ilmu dari para pemain senior. Sewaktu di PSMS, Saktiawan Sinaga sangat membantunya dalam mengajari bermain sepak bola dengan baik. "Saya dapat banyak pelajaran dari senior," tutur dia.
Kini, banyak pemain senior bisa menjadi mentornya di PSM, sebut saja Ponaryo Astaman, Syamsul Chaeruddin, Markus Haris Maulana, dan Andi Oddang. Ia mengaku bangga bergabung dengan klub tertua di Indonesia itu. Seperti klub asalnya, PSMS, PSM merupakan tim papan atas dengan sejarah panjang di liga Indonesia. "Saya pilih PSM karena tim besar," kata dia.
Meski bukan putra daerah, Agung mengaku akan berupaya habis-habisan membawa PSM menggapai prestasi. Sebagai pemain profesional, dia ingin sukses bersama klubnya sekarang. Keputusan merantau ke Kota Daeng tidak boleh sia-sia. "Harapanku bisa persembahkan yang terbaik dan membawa PSM kembali ke papan atas (liga Indonesia)," ujar dia.
Menengok ke belakang, Agung menyebut kesenangan mengolah si kulit bundar bermula sejak duduk di bangku sekolah dasar. Dukungan orang tua sangat membantu perjalanan kariernya. Di kota kelahirannya, namanya cukup tenar. Berulang kali Agung membela Sumatera Utara dalam pelbagai kejuaraan nasional, dari Piala Medco U-15 pada 2006 sampai Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun lalu.
Karier pemain yang mengidolakan Hamka Hamzah ini penuh perjuangan. Berlatar belakang keluarga kurang mampu, dia sulit menyalurkan bakat dan minatnya dengan baik. Agung kecil tidak mempunyai perlengkapan sepak bola. Orang tuanya terpaksa berutang ke tetangga demi membelikan sepatu sepak bola. "Sejak itu, saya serius menekuni sepak bola karena mau angkat derajat keluarga," ujar dia.
Direktur Olahraga PSM, Andi Darussalam Tabusalla, menilai Agung yang baru berumur 22 tahun merupakan aset masa depan. Alasan itu pula yang membuat pihak manajemen mempertahankannya. PSM memilih mendepak Christian Febre. Andi mengaku senang karena Laskar Ayam Jantan dihuni banyak pemain muda bertalenta.
Pendapat serupa disampaikan Manajer PSM, Abdul Rahim. Kinerja Agung sangat baik dibanding pemain lain seusianya di Indonesia. Jika konsisten berlatih, pihaknya yakin kelak sang pemain menjadi bintang sepak bola nasional. "Agung bagus. Dia mainnya tenang," ucap Aim-sapaan akrabnya. TRI YARI KURNIAWAN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo