DISAIN, ilmu merancang yang sering dikaitkan dengan pekerJaan
seniman, akan menjadi disiplin ilmu tersendiri. Paling tidak
ITB, Bandun, berdasarkan SK Rektor ITB, sedang mementuk
Fakultas Seni dan Disain sebagai salah satu dari 7 fakultas yang
ada. Persiapan pun telah banyak dilakukan, termasuk diskusi
panel "Pendidikan Disain di Indonesia", di Galeri Soemardja ITB,
awal Maret. "Anggapan disain adalah milik seniman, dan merupakan
pekerjaan mengkhayal, harus dihilangkan," kata Drs. Imam
Buchori, ketua Konsorsium Pendidikan Bidang Disain ITB.
Ruang lingkup disain yang diajarkan pada beberapa jurusan di ITB
selama ini dianggap terlalu sempit, sehingga ketergantungan
terhadap kemudahan perhitungan teknis sering mengorbankan rasa
keindahan. "Akibatnya banyak disain jembatan yang tak indah dan
bentuk telepon umum mirip kotak sabun," kata bekas ketua Jurusan
Senirupa ITB itu memberi contoh.
Di ITB sendiri bagian yang mengkhususkan diri dalam bidang
disain, baru jurusan senirupa - yang terbagi atas disain
interior, disain industri, disain tekstil, patung dan grafis.
Akibatnya unsur seni terasa dominan. "Saya bingung, kayaknya
saya mau dijadikan seniman," kata Agus sachri, mahasiswa tingkat
akhir jurusan disain interior senirupa ITB.
Agus merasa rendah diri karena temantemannya selalu mengartikan
disain sebagai penciptaan bentuk yang dilakukan oleh seniman.
"Menciptakan bentuk memerlukan pendalaman terhadap fungsi dari
benda itu sendiri dan ini berarti mendalami teknologi," katanya
memberi alasan.
Itu sebabnya dalam pendidikan disain nanti akan diberikan
pendidikan dasar teknik, seperti matematika, fisika, kimia, ilmu
bahan, ergonomi (ilmu tentang kharakteristik kegiatan manusia),
ekonomi, psikologi dan elektronika. "Jadi yang diterima hanya
siswa jurusan IPA," kata Imam Buchori pula. Selama ini senirupa
ITB menerima siswa SMA dari berbagai jurusan.
Walaupun begitu, tak berarti seorang disainer arus menguasai
semua ilmu. Tujuan akhir pendidikan disain adalah kerja sama
ahli teknik dalam menciptakan produk jadi. "Penciptaan yang baik
adalah hasil kerjasama," kata Prof. Drs. A. Sadali, uru besar
senirupa ITB. Pendapat ini diperkuat Bagas Prasetyowibowo Dipl
Ing Desg, ahli disain interior lulusan Jerman Barat yang bekerja
di PT Nurtanio. "Kerja sama dengan disiplin lain mutlak perlu,"
katanya. Sebagai contoh ia menceritakan pengalamannya merancang
disain pesawat CN-235 di Nurtanio. "Saya bekerja sama dengan
banyak disiplin lain seperti kontruksi, elektronika, dalam
menghasilkan bentuk pesawat," kata Bagas lagi.
Toh tak semua orans setuju dengan pemisahan pendidikan disain
itu. "Saya justru ingin menyatukannya," kata Ir. Yuswadi Saliya
M. Arch, ketua Jurusan Arsitektur ITB. Ia khawatir pemisahan ini
akan menyebabkan terpisahnya kehidupan ahli teknik dari
pendidikan ilmu-ilmu sosial.
Tapi Hariadi Supangkat sendiri, rektor ITB, menyebutkan
perubahan pembagian fakultas itu sesuai dengan SK Presiden
tentang struktur organisasi ITB, yang menuntut pengembangan
bidang ilmu pengetahuan (sains), teknologi dan senibudaya.
"Karena ITB adalah institut yang menghasilkan ahli teknik, maka
jurusan senirupa diubah menjadi Fakultas Seni dan Disain,"
katarya. Dan itu berarti, tahun depan pendidikan disain tidak
lagi menjadi ilmu yang terserak-serak di berbagai jurusan ITB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini